The First Time Gilang Questions His Sexuality

1.5K 253 4
                                    

"Gilaaaanggg, buka pintuuuuu. Gue keujanan...."

Gilang tersentak bangun. Mata masih merah, nyawa masih berserak, ia bangkit dan membuka pintu waktu mendengar suara Tama.

Benar saja. Ketika pintu dibuka, Tama berdiri di hadapan Gilang, basah kuyup dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Lagi ngapain lo?! Berbuat yang tidak-tidak ya??!!" tuding Tama sambil masuk ke kamar Gilang tanpa dipersilakan.

Gilang menguap lebar seraya memiringkan badan agar tidak kecipratan basah saat Tama melewatinya. Ia juga memilih untuk mengabaikan perkataan Tama. Sambil mengucek matanya yang masih berat, Gilang menutup pintu, meredam derasnya suara hujan di luar.

Gilang menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dengan satu tangan dilipat di belakang kepalanya, ia memperhatikan Tama yang entah sejak kapan sudah bertelanjang dada.

Seketika, kesadaran Gilang naik hingga 75%.

Tanpa ia sadari, ia menelan ludah.

"Lo dari mana?" tanya Gilang dengan suara berat khas bangun tidur.

"Ngerjain tugas bareng Kinan," jawab Tama. "Pinjem baju dong, Lang, dingin nih," tambah cowok itu sambil bersedekap kedinginan.

"Kinan?" Gilang mengerutkan kening. Ia sedikit terganggu mendengar nama perempuan keluar dari mulut Tama.

"Anak sastra. Sekelas ama gue di kuliah umum. Eh baju mana baju?!"

"Ambil di lemari," tunjuk Gilang.

Tama membuka lemari Gilang. Dari kasur tempat ia rebahan, Gilang hanya dapat melihat punggung Tama. Cowok itu sedikit membungkuk, berusaha mencari baju yang bisa ia pakai.

Gilang menyipitkan mata, berusaha melihat lebih jelas. Ia lupa di mana menaruh kacamatanya, pun terlalu malas untuk mencari.

Sosok Tama agak samar di pandangan Gilang. Meskipun begitu, ia dapat melihat tulang belikat Tama yang bergerak seiring pergerakan tangannya. Gilang baru sadar bahwa Tama tidak terlalu berisi, cenderung kurus, tetapi berotot. Benik mata Gilang menelusuri garis punggung Tama, otot yang membentuk pinggangnya, panjang tulang belakangnya. Tatapannya berhenti agak lama pada tanda lahir di dekat panggul Tama, tampak jelas di atas kulit putih laki-laki itu.

Di luar kendali, jantung Gilang berdegup sedikit lebih kencang.

Gilang bersyukur ia tidak sedang memakai kacamata. Jika pemandangan setengah kabur begini saja bisa membuat jantungnya memompa darah lebih kencang, apa kabar jika pemandangan di depannya tersaji dalam versi Ultra HD?

Saat Tama hendak membuka celana jeans-nya yang juga kuyup, Gilang buru-buru mengambil bantal dan menutup wajahnya yang mendadak terasa sangat panas.

Ini cobaan, Gilang menguatkan diri.

Let Us Tell You a StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang