Bab 7- menyusup

454 45 11
                                    

"Jo, ngapain sih kita ke sini? Kamu kan nggak diundang ke pesta pernikahannya Jallal!" ujar Moti sambil merangkul lengan Jodha dan berjalan bersisian di sebelah sahabatnya ini yang melangkah gontai memasuki pelataran gedung mewah dimana pernikahan Jallal dihelat di sana.

"Udah diem aja! Biarin! Aku cuma mau mastiin aja, apa bener ini pesta pernikahannya Jallal?" sahut Jodha santai sambil merapikan kebaya modern yang dikenakannya yang berwarna peach.

Jodha memang sengaja dandan cantik hari ini dengan makeup flawless-nya plus sanggul tekuk modern, menambah kecantikannya dalam berkebaya plus kain batik yang membalut kakinya yang jenjang. Begitu pula Moti yang saat itu juga mengenakan kebaya modern warna biru muda, seperti atas permintaan Jodha, juga tidak kalah cantik.

"Tapi, Jo ... kalau nanti dimintain undangannya gimana?"

"Bilang aja undangannya ketinggalan di rumah! Sante lagi ... lagian masa iya sih, mereka mau ngusir kita yang udah dandan repot-repot gini!"

"Eh, tapi jangan salah lho, Jo ... ada sebagian pejabat atau konglomerat gede yang mengharuskan tamu undangan untuk bawa undangannya lho! Inget nggak kasus salah satu artis yang ditolak masuk ke resepsi perkawinan anak salah seorang pejabat tinggi? Beritanya kan viral banget waktu itu!" ujar Moti cemas sambil terus melenggang ke gedung pernikahan yang di dekor sedemikian rupa dengan kesan mewah dan elegan.

"Kalau emang kudu gitu ... yaa apesnya kita aja! Tapi nggak ada salahnya dicoba kan?" sahut Jodha sambil melihat-lihat bunga-bunga segar yang ditata secara apik di sisi kanan kiri menuju ke pintu masuk utama. "Sepertinya dia memang suka banget sama bunga yaa! Lihat aja bunga segarnya banyak banget!"

"Tapi anehnya kok nggak ada tulisan pernikahan Jallal dan Rukayah yaa? Fotonya aja nggak ada!" Moti melongak-longok mencari-cari sesuatu yang mencirikan pernikahan Jallal dan Rukayah. "Kamu nyadar nggak? Jangan-jangan kamu salah alamat, Jo! Bukan di sini kali resepsi pernikahannya!"

"Nggak usah norak gitu deh, Mo! Tuuh liat inisialnya JR, nggak salah kan? Ini memang pernikahannya Jallal sama Rukayah!" sahut Jodha sambil menunjuk tulisan inisial JR yang terpampang di sebuah kanvas berbingkai yang disandarkan di sebuah easel atau penyangga lukisan.

"Tapi kok nggak ada fotonya? Biasanya kan pernikahan anak-anak konglomerat itu pake foto pre-wedding gitu! Ini kok nggak ada? Aneh?" Moti masih saja penasaran dan ragu kalau gedung yang mereka datangi ini, bukan gedung tempat pernikahan Jallal. "Apa kita tanya aja sama penerima tamunya?"

"Mo! Nggak usah malu-maluin deh! Nanti kalau kita masuk ke dalam, kan ketahuan juga ini pernikahannya siapa! Kalau memang bukan pernikahannya Jallal, ya udah kita balik! Tapi jangan lupa, cicipi hidangannya dulu! Mubazir lagi ... apalagi kita udah dandan cantik gini, ini kan pake modal!" ujar Jodha sambil setengah berbisik, seolah-olah takut ada yang mendengar percakapan mereka berdua.

"Eh, Jo ... tuh liat!" sela Moti sambil menunjuk ke arah tulisan yang berada di atas meja penerima tamu 'Tidak menerima sumbangan dalam bentuk apapun.' Jodha pun mengangguk sambil tersenyum datar. "Dasar orang kaya!"

"Yaa begitulah ... orang-orang kaum the have seperti mereka ini, memang nggak butuh sumbangan, Moti! Yang mereka butuhkan itu doa, doa agar pernikahan pasangan pengantin ini langgeng sampai kakek nenek!"

"Aamiin ... ayoook, giliran kita tuh!" sela Moti sambil mengeret lengan Jodha, menuju ke depan meja penerima tamu. Jodha dan Moti mulai menuliskan nama dan alamat mereka di buku tamu.

Setelah selesai menorehkan tanda tangannya di buku tamu, salah seorang gadis penerima tamu yang berdiri di depan mereka, memberikan dua buah goody bag dari Hermes yang berisi berbagai macam skincare yang mahal sambil tersenyum manis.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang