"Hmm ... sudah pagi ternyata," gumam Jodha yang terbangun pagi itu. Pagi itu Jodha baru teringat kalau dirinya tertidur di atas dada Jallal.
Semalam mereka berdua memang tidak bercinta, tapi Jallal meminta Jodha untuk tidur di atas dadanya, seperti yang biasa mereka lakukan dulu setiap malam, Jodha selalu tertidur dalam pelukkan Jallal.
Dan pagi ini Jodha merasa nyaman bisa kembali tidur di atas dada Jallal, ingin rasanya Jodha bisa tertidur dalam posisi seperti ini terus setiap malam dan bangun keesokan harinya dalam pelukkan laki-laki yang masih sangat dicintainya itu.
"Mau kemana ...?" tanya Jallal sambil mencengkram tangan Jodha saat Jodha hendak bangun dan turun dari tempat tidur.
"Aku mau mandi, hari ini kan aku harus kerja, banyak proyek yang harus aku tangani," sahut Jodha yang masih terduduk di ranjang.
"Lalu ... pulang malam lagi kayak semalem? Hmm ...?" tanya Jallal yang tiba-tiba sudah ada di belakang Jodha dan menaruh dagunya di bahu perempuan itu sambil menoleh ke arahnya. Mengagumi betapa alami dan cantik istrinya, meskipun baru bangun tidur.
"Belum tahu juga ... bisa pulang biasa, bisa juga pulang malem seperti semalem, kenapa?" sahut Jodha sambil menoleh ke belakang, hingga wajah mereka nyaris hampir bersentuhan, membuat debaran di jantungnya kembali berdetak kencang bila dekat dengan sang pujaan hati.
"Aku ingin kamu cuti hari ini, aku ingin berduaan sama kamu," pinta Jallal penuh harap, Jodha kaget dan bingung menjawabnya, bibirnya serasa terkunci. "Aku tahu ... kamu pasti nggak bisa cuti hari ini. Baiklah ... kalau begitu ... aku ganti saja permintaanku ... aku ingin makan malam sama kamu, kamu bisa kan? Kamu juga bisa kan pulang seperti biasa?" tanya Jallal lagi sambil mencium bahu Jodha lembut.
Darah Jodha pun mendesir, menggelanyar di seluruh tubuhnya, meskipun ciuman itu terhalang oleh piyama yang dikenakannya, tapi tetap saja sensasinya terasa dan hal itu membuat Jodha sedikit gelisah.
"Pulang ... se-per-ti biasa ...?" Jallal mengangguk sambil menatap Jodha dengan penuh cinta, Jodha jadi semakin resah.
"Kamu tahu kan, Jo ... aku bosan di rumah terus, nggak ada hiburan yang menyenangkan," sela Jallal dengan suaranya yang mengiba. "Yaa iyaa sih ... ada banyak permainan yang bisa aku lakukan di rumah, aku bisa main game, catur, scrabble atau permainan lainnya, tapi aku kan mainnya sama emak-emak tua, Ibu dan Bibi ... iya kan? Nggak asyik! Kalau ada kamu kan jadi makin seru!" jelas Jallal sambil menyeringai lebar.
"Kamu kan bisa nyuruh Rukayah ke sini! Dia kan juga asyik kalau diajak main game!"
"Sekarang aku tanya ... yang jadi istriku itu ... Rukayah atau kamu?" tanya Jallal kesal sambil berbalik dan terbaring lagi di ranjang, membelakangi Jodha. Jodha tahu kalau Jallal mulai merajuk, biasanya kalau Jallal sudah seperti ini, Jallal harus dirayu.
Jodha lalu berbalik dan mendekat ke Jallal, memegang bahu laki-laki itu sambil menatapnya dari belakang. "Baiklah aku akan pulang lebih cepat, nanti aku juga yang akan masak buat kamu. Kamu mau dimasakkin apa?" rayu Jodha sambil menatap mantan suaminya yang merajuk seperti anak kecil.
Jallal pun menyeringai lebar sambil melirik ke Jodha lalu membalik tubuhnya, terbaring di bawah Jodha dan menatapnya penuh cinta dengan matanya yang jenaka.
"Sungguh ...? Sungguh kamu mau masak buatku?" Jodha mengangguk mantap dengan senyum manisnya. "Baiklah ... aku akan menunggu dan untuk masakkannya, aku akan makan semua makanan yang kamu masak, terserah kamu saja mau masak apa, aku pasti suka!" sahut Jallal dengan ekspresi wajahnya yang sangat bahagia.
"Baiklah ... kalau begitu ... aku akan masak special buat kamu nanti! Kalau gitu ... aku mandi dulu yaa," balas Jodha yang merasa lega bisa mengembalikkan mood mantan suaminya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
RomanceBagaimana jadinya kalau sepasang suami istri yang sudah sepakat untuk pisah dan bercerai, tiba-tiba memutuskan menangguhkan kasusnya, setelah adanya sebuah peristiwa yang menyadarkan mereka berdua, kalau mereka masih saling mencintai satu sama lain.