"Kamu nggak mau kan jadi sasaran gossip mereka? Jadi mending sekarang kamu diem dan ikut aku!" ujar Jallal sambil menggeret lagi tangan Jodha yang sedari tadi belum dilepasnya. Jodha pun hanya bisa menurut, mengikuti Jallal, begitu pula Moti yang cuma bisa mengekor mereka berdua.
Akhirnya mereka tiba juga di taman bunga yang ada di samping gedung pernikahan. Jallal lalu menarik tangan Jodha agar tepat berada di depannya, hingga Jodha meringis kesakitan, sementara Moti berada tepat di belakang Jallal.
"Iiiih kasar amat sih! Pelan-pelan bisa kan?" Jodha menggerutu dengan rasa kesal.
"Sekarang ... bilang ke aku, mau apa kamu ke sini? Mau memata-matai aku?"
"Haaah? Apa ...? Mau mata-matai kamu? Hellooo ... kamu ini siapa? Iiih ...?" sahut Jodha sambil tersenyum sinis.
"Ya iyalah ... kamu memang lagi me-ma-ta-ma-ta-i aku! Kamu ingin memastikan kan ... apa aku ini benar menikah sama Rukayah atau tidak? Iya kan? Ngaku aja deh!" Jallal terus saja memojokkan Jodha.
"Iiih ... sok PD banget! Aku datang ke sini bukan untuk mastiin kamu nikah atau nggak! Tapi aku datang sebagai perwakilan perusahaanku!"
"Oh yaa ...?" ejek Jallal sinis.
"Iyaa! Kamu nggak percaya?"
"Ngapain aku percaya sama kamu? Lah wong Pak Hasto, atasanmu itu ada di sini! Lagian yang diundang itu cuma Pak Hasto! Jadi apa kapasitas kamu di sini?"
"Okee ... okeee, fine! Aku ngaku! Aku memang pengin tahu siapa anak Pak Humayun yang berinisal JR yang menikah hari ini! Makanya aku ke sini! Puas kamu?"
Jallal terkekeh, mendengar pengakuan Jodha yang polos. "Ha – ha – ha ... jadi kamu pengin tahu siapa anak Pak Humayun yang berinisial JR? Trus kamu kira itu adalah Jallal dan Rukayah gitu?"
Jodha hanya terdiam dengan muka cemberut dan salah tingkah di depan Jallal, Moti pun tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka berdua sudah tertangkap basah.
"Kamu mau tahu ... siapa anak Pak Humayun yang berinisial JR? Mereka itu ... Jasmine dan Rasheed! Jasmine itu kakakku dan Rasheed, kakak iparku, dia dari Turki! Makanya cari tahu dulu, Nona Jodha!"
"Yaa udah kalau gitu! Ayook, Mo ... kita pulang!" Jodha bergegas pergi meninggalkan Jallal. Namun, Jallal lebih sigap, tangannya segera menyambar tangan Jodha dan mencengkramnya erat.
"Permasalahan diantara kita belum selesai, Jodha!"
"Sudah selesai, Tuan Jallaludin Akbar!"
"Belum!"
"Sudah!"
"Belum!"
"Sudah!"
Jallal dan Jodha selalu saja berbeda pendapat, sementara Moti hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka berdua.
"Kamu belum memaafkan aku!"
Suara Jallal terdengar begitu keras, hingga membuat Moti jadi semakin cemas, jangan sampai ada orang lain yang tahu tentang pertemuan mereka ini, karena bisa-bisa pertemuan Jallal dan Jodha yang dilakukan secara diam-diam ini bakal menjadi bahan gossip para kuli tinta yang selalu memburu berita tentang keluarga Jallal.
"Dari dulu ... aku sudah memaafkan kamu. Kamu lihat sendiri kan? Hari ini aku datang ke sini ke pernikahan anak Pak Humayun yang aku kira itu kamu, itu aku akui," sahut Jodha sambil berusaha melonggarkan cengkraman tangan Jallal. "Sekarang, aku mohon ... tolong lepaskan tanganku dan biarkan aku pergi."
Jallal hanya terdiam. Namun, matanya menatap lekat ke Jodha. "Aku tidak akan melepaskan tanganmu dan membiarkan kamu pergi, sebelum kamu menjawab pertanyaanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
RomansaBagaimana jadinya kalau sepasang suami istri yang sudah sepakat untuk pisah dan bercerai, tiba-tiba memutuskan menangguhkan kasusnya, setelah adanya sebuah peristiwa yang menyadarkan mereka berdua, kalau mereka masih saling mencintai satu sama lain.