BAB 10 - gelisah

426 37 5
                                    

"Lebih baik, kamu minum obatmu dulu, Jallal," ujar Rukayah sambil menyiapkan obat untuk Jallal yang menghempaskan tubuhnya di sofa di ruang tamu.

"Terimakasih, Rukayah ..." Kepala Jallal masih berdenyut-denyut sakit yang tak tertahankan.

"Ada apa ini? Ada apa ini, Rukayah? Kok Jallal sampai sakit kepala?" tanya Bu Hamida panik, begitu melihat ekspresi wajah Jallal yang masih menahan sakit di kepala. Bu Hamida pun jadi gelisah dan memegang kepala Jallal hati-hati, sementara Bibi Maham Anga yang juga ada di sana, cuma bisa diam

"Aku nggak papa, Bu ... santai saja, cuma pusing kecil. Nanti setelah minum obat, pusingnya juga reda, mana obatnya Rukayah?" Rukayah segera memberikan beberapa butir obat ke Jallal, Jallal pun meminum obat itu sekaligus. "Lebih baik aku istirahat saja, aku mau tidur dulu, biar agak enakan!" ujar Jallal sambil berdiri dan segera berlalu ke kamarnya di lantai atas.

"Memangnya tadi ngapain aja Jallal? Kok bisa seperti itu?" tanya Bibi Maham Anga sambil menarik lengan Rukayah kasar, begitu Bu Hamida kembali masuk ke dalam ke kamarnya sendiri. Rukayah jadi bingung.

"Yaa ... Jallal tadi cuma jalan-jalan ke teras depan saja, lalu tiba-tiba kepalanya sakit, itu saja, Tante! Aku cukup tahu diri untuk nggak membahayakan Jallal, meskipun sebenarnya aku pengin banget ngomong semuanya ke dia-- ..."

"Awas kamu yaa!" sela Bibi Maham Anga. "Jangan macam-macam, jangan berani-berani ngungkit sesuatu yang Jallal nggak ingat, kamu tahu sendiri kan bagaimana akibatnya? Baru jalan-jalan ke depan saja, dia sudah sakit kepala, bagaimana jadinya kalau kamu ember ke dia? Awas kamu, Rukayah!" ancam Bibi Maham Anga sambil melotot, hingga kedua bolamatanya hampir melompat keluar.

"Iyaa ... iyaa ... aku tahu, Tante!" Rukayah benar-benar kesal dengan ancaman Bibi Maham Anga, sepertinya Bibi Maham Anga tidak pernah benar-benar bisa menjadi sekutunya, kadang Bibi Maham Anga pro dengan dirinya, tapi kadang pula berbalik dan menjadi musuhnya. Rukayah merasa harus berhati-hati sama Bibi Maham Anga.

♥♥♥♥♥♥♥

"Kok baru pulang jam segini?" tanya Jallal heran sambil duduk di ranjang dan merebahkan punggungnya di sandaran beberapa bantal dengan sebuah laptop di atas pangkuannya, saat Jodha masuk ke dalam kamar, sepulang kerja malam itu.

"Iyaa, ada kerjaan yang harus segera diselesaikan tadi, biar besok nggak gitu terburu-buru," sahut Jodha sambil meletakkan tas di atas meja, kemudian duduk di depan meja rias dan mulai membersihkan make up yang menempel di wajahnya. Jallal hanya menatapnya dari pantulan cermin rias. "Kamu sudah makan?" tanya Jodha sambil balas menatap Jallal dari pantulan cermin rias.

Jallal menggelengkan kepala, Jodha pun menghela nafas panjang. "Aku nunggu kamu, aku ingin makan malam bareng kamu, aku kira kamu pulang agak sore," sahut Jallal sambil menutup laptop dan meletakkannya di atas nakas di sebelah ranjang, lalu menghampiri Jodha yang masih duduk di depan cermin rias. Jallal lalu berdiri di belakang Jodha sambil menatap perempuan itu lekat. "Kalau mau pulang malam ngomong dulu dong, kamu kan bisa telfon akua tau WA, iya kan?"

"Selama ini kan ... nggak masalah kalau aku-- ..." Tiba-tiba Jodha menghentikan ucapannya sambil mengucir rambut panjangnya ke atas. "Shit! Aku nyaris kelepasan ngomong!" bathin Jodha resah, dilihatnya Jallal menatapnya dengan tatapan bingung.

"Nggak masalah apa? Kenapa kamu berhenti?" Tatapan mata Jallal menuntut sebuah jawaban, Jodha jadi bingung harus mengarang cerita apa? Karena selama ini sejak pertengkaran hebat mereka, Jallal tidak pernah peduli padanya lagi, Jodha mau pulang malam atau pulang pagi sekalipun, Jallal tidak mau tahu. Saat itu Jodha benar-benar sedih karena Jallal telah mengabaikannya.

Namun, kali ini situasinya berbeda, Jallal tidak ingat sama pertengkaran itu, jadi jawaban apa yang harus Jodha berikan ke Jallal? Jodha mencoba berfikir keras, Jallal jadi semakin bingung dan curiga lalu memegang lengan atas mantan istrinya itu dan menyuruhnya berdiri tepat di depannya.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang