BAB 12 - pemandangan yang indah

410 33 5
                                    

"Jo! Jodha ... ada telfon dari Ibu! Ibu kamu!" teriak Jallal dari luar pintu kamar mandi sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dan memegang ponsel.

"Iyaa ... sebentar, kamu angkat dulu aja!" sahut Jodha dari dalam kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Okee! Hallo Ibu ... tunggu sebentar ya, Bu ... Jodhanya sedang mandi!" Jallal mulai ngobrol dengan Bu Meinawati, ibu mertuanya.

Tak lama kemudian Jodha keluar dari kamar mandi dengan pakaian kerjanya, blouse dan rok span yang sudah rapi, sementara rambutnya yang sudah sedikit kering, dibiarkannya tergerai.

"Nah ... itu Jodha sudah selesai mandi! Saya kasih ponselnya ke Jodha ya, Bu!" ujar Jallal sambil melambaikan tangannya ke Jodha agar mendekat padanya, Jodha pun menurut, menghampiri suaminya itu. "Nih! Ibu mau ngomong sama kamu!" Jallal lalu memberikan ponsel itu ke Jodha.

"Terimakasih!" Jodha segera mengambil ponselnya sendiri dan mulai menyapa sang ibu. "Pagi, Bu! Ada apa pagi-pagi telfon?" tanya Jodha sambil menyeringai lebar dan menyisir rambut panjangnya, sementara bahu dan telinganya mengapit ponsel itu.

"Jo, Ibu cuma mau kasih tahu kamu, kalau pagi ini Ibu mau ke Jakarta. Ibu mau nengokin Jallal! Udah lama kan Jallal sakit, tapi Ibu belum nengokin dia, jadi rencananya pagi ini ibu mau berangkat pake pesawat!"

"Pagi ini ...? Jam berapa, Bu? Sama Bapak juga?" tanya Jodha heran sambil menoleh ke Jallal yang masih berdiri di depannya dan memperhatikan gerak-gerik Jodha. "Sebentar, Bu." Jodha menghentikan percakapannya dengan sang ibu dan menatap Jallal dengan ekspresi yang bingung. "Kamu kenapa masih di sini? Ayook ... sana mandi!" ujar Jodha sambil menunjuk pintu kamar mandi dan menempelkan ponselnya di depan dada.

"Iyaa ... iyaa ... aku mandi, tapi cium dulu dong!" goda Jallal sambil mengerlingkan sebelah matanya ke Jodha.

"Ciumnya nanti aja! Sekarang mandi dulu! Ini udah jam berapa? Dan lagi aku bisa telat! Pleasee deh ..." sahut Jodha sambil mendorong tubuh Jallal ke arah pintu kamar mandi. Namun, tiba-tiba begitu tiba di depan pintu kamar mandi, Jallal berbalik dan segera mencuri ciuman di ke dua pipi Jodha dengan cepat lalu bergegas balik dan masuk ke dalam kamar mandi.

Jodha hanya bisa geleng-geleng kepala, melihat tingkah Jallal yang usil. "Maaf, Bu ... sempat kepotong, tadi Jallal— ..."

"Kamu tidur sekamar?" sela Bu Meinawati cemas, Jodha jadi speechless. "Bukannya ... kalian berdua mau cerai?" tanya Bu Meinawati heran. "Jawab pertanyaan Ibu, Jo!"

"Iyaa ... iyaa, Bu ... aku pasti akan cerita semuanya," bisik Jodha lirih sambil mengambil headset Bluetooth yang dipasangkan di telinganya lalu mengconnect-kan ke ponsel, sehingga bisa ngobrol sama ibunya dengan santai tanpa ribet harus memegangi ponsel, sementara dirinya bisa mulai memoleskan make up di wajah. "Ibu ingatkan apa yang aku ceritakan tempo hari ke Ibu? Kalau Jallal menderita amnesia?"

"Lalu ..."

"Jadi dalam ingatannya, aku ini masih istrinya, Bu. Yang dia ingat itu waktu aku keguguran, padahal itu kan sudah lama banget!" ujar Jodha lirih sambil memoleskan eyeshadow coklat di matanya plus eyeliner warna hitam dengan hati-hati.

"Jadi ... dia ngajak kamu tidur sekamar?"

"Tepatnya bukan dia, Bu ... tapi Bu Hamida. Beliau yang meminta aku, agar Jallal nggak curiga. Karena kalau sampai dia curiga, dia pasti akan berfikir keras dan mengingat-ingat apa yang telah terjadi diantara kami. Nah itu yang tidak disarankan oleh dokter, karena akibatnya bisa fatal kalau Jallal berusaha mengingat-ingatnya terus," jelas Jodha sambil berbisik dan mengoleskan lipstick warna merahnya di bibir, kemudian merapikan kembali rambutnya yang digerai bebas.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang