Jeno mematut diri di depan cermin besar yang ada di kamarnya, memperhatikan setiap detail pakaian mahal yang ia kenakan, kemeja putih ditambah setelan jas segelap mahogany dengan dasi hitam bergaris gingerbread membuatnya terlihat begitu menawan. Ia merapikan rambutnya, menyisir kebelakang helaian hitam yang hampir menutupi mata. Gerakan tangan Jeno terhenti saat mendengar suara pecah dari arah dapur, ia segera menyelesaikan kegiatannya lalu berlari keluar kamar.
Mata tajam Jeno terbelalak kaget saat melihat pecahan piring keramik di lantai. Ia melihat kekasihnya yang mengerang lemah seolah begitu tersiksa dengan rasa mual.
"Kau baik-baik saja, sayang?" Jeno melangkah hati-hati mendekati sosok ringkih yang sedang tertunduk di wastefel dan memuntahkan isi perutnya.
Pemuda manis yang tertunduk tadi segera menyalakan keran air, membasuh mulutnya lalu membersihkan sisa-sisa muntahan yang hanya saliva.
"Yah, aku baik."Jeno menyerit mendapat jawaban dingin dari sang terkasih, namun ia hanya menaikkan bahunya tidak masalah, mungkin Jaemin hanya sedang dalam mood yang buruk.
"Bagaimana hasil pemeriksaan mu kemarin?" Tanya Jeno saat Jaemin mulai memungut pecahan piring keramik yang tak sengaja tersenggol saat Jaemin muntah.
Jaemin tersenyum tipis, "katanya aku hanya kelelahan, asam lambung ku naik."
"Jangan memforsir dirimu sendiri Jaemin, kau harus tetap makan walau sibuk."
Jaemin terkekeh pelan, "aku kan harus mengikuti jadwal dan jam kerja Mark Hyung, kalau dia tidak istirahat mana mungkin aku istirahat."
Jeno menghela napas, "aku akan bicara dengannya nanti, sekarang aku harus berangkat.. kau istirahatlah di rumah, aku usahakan pulang lebih awal."
"Kau tak sarapan dulu?"
Jeno menggeleng, "tidak, karena pagi ini aku ada sidang putusan, kasus penganiayaan yang dilakukan anak menteri Choi semakin memanas."
"Baiklah.."
"Maaf tidak menemani mu sarapan."
Jaemin mengangguk, ia menerima satu ciuman hangat di keningnya dengan perasaan campur aduk, resah, rasa bersalah, sedih dan semua perasaan yang seharusnya tidak mengganti perasaan untuk Jeno selama ini.
"Aku berangkat!"
Jeno bergegas meninggalkan apartemen yang ia tinggali bersama kekasihnya selama kurang lebih dua tahun. Kekasihnya bernama Na Jaemin, pemuda manis yang menjabat sebagai kekasih hati Lee Jeno itu adalah sekretaris sang kakak, Mark Lee.
Sekitar lima belas menit akhirnya Jeno tiba di pengadilan tempatnya membela tersangka penganiayaan. Jeno adalah pengacara ternama, ia berhasil menjadi perbincangan banyak firma hukum, jaksa juga publik karena sembilan puluh persen kasus yang ia tangani berhasil menang walau kliennya adalah pihak yang bersalah. Tampan, mapan, cerdas berpendidikan membuat Jeno mampu mendapatkan siapa saja dan dielukan banyak orang, namun siapa sangka sosok Jeno adalah sosok yang begitu setia dan menghormati pasangannya.
Bukankah seorang Na Jaemin begitu beruntung?
"Jeno!"
Jeno menoleh saat mendengar suara berat memanggilnya, ia menoleh dan tersenyum bahagia. Tubuh tegapnya segera menarik tubuh yang jauh lebih besar untuk diberi pelukan singkat.
"Sedang apa pengantin baru di pengadilan? Tidak sedang menjalani sidang perceraian kan?"
Sosok besar yang dipeluk Jeno mendengus lalu mendorong Jeno menjauh, "sialan kau! Aku kemari untuk kerja, kerja, kerja! Kau tahu kan porsi makan Haechan besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGARTHA
Fanfiction[E-book tersedia di Google Playbook] Segalanya Memiliki Dua Sisi. Bahkan Bumi. Bahkan Hati. Lee Jeno x Huang Renjun MPREG BxB Hollow Earth 🔞 21 Juni 2020 - 03 Maret 2021