Teran dan Permukaan

19.1K 3.1K 800
                                    

"Jaemin.."

"Jaemin kenapa kau mengkhianati ku?"

"Hyung.. kenapa Jaemin mengkhianati ku?"

Jeno membuka matanya cepat, napasnya tersengal dengan keringat dingin membasahi kening dan tubuhnya. Lengan kokohnya menutup matanya penuh keresahan, bayangan tentang pengkhianatan yang dilakukan Jaemin, kekalahan sidang dan merasakan berada diambang kematian membuat Jeno mengalami mimpi buruk.

Jeno mendudukkan tubuhnya dan bersandar pada kepala ranjang, tangan besarnya mengusap wajah berusaha menghilangkan rasa takut. Ia tak menyangka bayang-bayang surat hasil pemeriksaan Jaemin mampu membuatnya tidak tenang hingga tanpa sadar menitihkan air mata.

"Kau belum tidur?"

Jeno menoleh dan menemukan Renjun berdiri diambang pintu yang sengaja tidak ditutup, pemuda manis itu mengusap matanya sebelum duduk diatas karpet berbulu halus. Jeno jadi tidak tega melihat Renjun tidur di ruang keluarga sedangkan ia tidur di ranjang empuk, karena rumah ini hanya ada dua kamar tidur dan satu kamar yang terletak paling depan telah diubah Renjun menjadi ruang praktek, akhirnya Renjun terpaksa tidur di depan televisi ruang keluarga dengan alas futon, tidak mungkin kan Jeno yang masih butuh istirahat penuh Renjun biarkan tidur di depan televisi.

"Maaf aku membangunkan mu, aku mengigau sangat keras ya?" Jeno bergumam penuh sesal, apalagi saat menatap mata rubah Renjun yang sayu ditambah lingkaran hitam.

Renjun tersenyum maklum, "kau mimpi buruk lagi?"

"Lagi?"

Renjun mengangguk, "sejak aku menemukan mu, kau sering mimpi buruk.. alis mu akan tertaut dan mengeluarkan keringat dingin."

Jeno terdiam, seingatnya beberapa hari belakangan ia tidak terbangun di tengah malam seperti ini. Yang Jeno rasakan hanyalah tidur penuh ketenangan dan dilingkupi kehangatan lalu ia dapat bangun pagi dengan tubuh lebih segar.

"Kau juga memanggil Jaemin, siapa Jaemin? Kekasih mu?"

Mulut Jeno terkatup lalu menggeleng, "dia bukan siapa-siapa di hidup ku."

Renjun hanya memberikan Jeno senyum hangat saat dirasa Jeno memiliki rahasia yang mungkin sangat lancang jika diketahui orang asing sepertinya.
"Mimpi mu pasti terasa sangat nyata ya?"

Jeno menatap jemarinya yang ditutupi beberapa buah plester lalu terkekeh pelan, kekehan yang membuat hati Renjun tidak nyaman.
"Ya begitulah.. baik nyata atau tidak dua-duanya hampir membuat ku gila."

Renjun menaikan alisnya sebelum kembali tersenyum tipis, berusaha memperbaiki suasana. "Biasanya aku mengusap kening mu hingga kau tenang dan kembali tertidur, tapi maaf ya, hari ini aku lelah sekali hingga tak mendengar mu mengigau sampai kau terbangun."

"Kau mengusap kening ku?" Jeno cukup terkejut dengan pengakuan Renjun.

Renjun mengangguk disertai senyum manis, "kau mau aku mengusap kening mu agar bisa tidur lagi?"

Jeno menggeleng pelan, "tidak, terima kasih.. kau tidur saja, merawat ku seharian pasti melelahkan."

"Tidak juga.."

Jeno terdiam sesaat, takut jika ia mengutarakan pikirannya Renjun akan tersinggung lalu melebeli dirinya laki-laki mesum, ia sudah merasa cukup dengan branding dari Renjun bahwa ia adalah salah satu manusia permukaan yang bodoh.

"Renjun.."

Renjun menghentikan gerakan tangannya memungut selimut milik Jeno yang sempat terjatuh akibat kebrutalan si laki-laki permukaan.
"Kenapa?"

AGARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang