Korosif

17.9K 2.9K 2.1K
                                    

Renjun menyesap secangkir teh telang hangat sambil menatap hamparan bunga Peony yang ditanam Jeno beberapa minggu yang lalu, memperhatikan bunga indah itu mulai bermekaran walau cuaca semakin dingin dari hari ke hari, ia terkekeh saat mengingat kata-kata Jeno yang rela berhenti menjadi pengacara jika tanaman pertanian di permukaan bisa tumbuh secepat di Agartha.

Angin beraroma bunga cherry kembali Renjun nikmati walau rasa dingin juga membuat tubuhnya yang dibalut cardigan rajut menggigil kedinginan. Rumah mungilnya terasa begitu sepi pagi ini, Jeno masih terlelap dalam tidurnya sementara Renjun belum memiliki semangat apapun untuk memulai aktivitas, hanya ada lantunan musik klasik yang menemani paginya. Semuanya terasa berat semenjak Telos membuat pengumuman bahwa raja akan melakukan pencarian besar-besaran terhadap manusia permukaan yang 'mungkin' saja masih tersisa di Agartha.

Renjun merasakan kekalutan yang tidak dapat dideskripsikan seberapa besarnya, ia hanya dapat melayangkan tatapan sendu pada wajah Jeno yang sedang terlelap, tidak ingin menunjukkan rasa takutnya pada Jeno walau ketakutan itu menggerogoti hatinya hari demi hari.

Renjun tersenyum tipis saat merasakan sebuah lengan melingkar di pinggangnya, ditambah bahu kanannya yang mulai terasa berat. Kehangatan melingkupi tubuh ringkihnya yang hampir menggigil kedinginan, ditambah aroma menyegarkan dari mentimun membuat Renjun yakin bahwa sosok Lee Jeno masih berada di sisinya. Jemari lentik Renjun membawa cangkir berisi teh telang kesukaannya itu ke depan bibir lalu menyesap rasa menyegarkan.

"Kenapa kau sangat menyukai teh telang?" Suara serak Jeno terdengar samar di telinga kanannya.

"Bukankah lebih baik bergelung dalam dekapan ku daripada menikmati teh sambil menahan udara dingin?"

Renjun tersenyum, ia meletakkan cangkir yang isinya telah berkurang setengah itu ke atas kusen jendela lalu mendaratkan jemari lentiknya di lengan sang dominan, bergerak perlahan menyusuri guratan otot yang membuktikan seberapa gagah seorang Lee Jeno.
"Teh telang baik untuk mengatasi gangguan kecemasan dan depresi."

Jeno menggumam pelan sebelum berbisik, "kau mengalami itu semua karena aku?"

"Tentu saja, memangnya siapa lagi manusia yang membuat perasaan ku jungkir balik tak jelas seperti ini?" Jawab Renjun disertai kekehan ringan.

Jeno tak melanjutkan ucapanya, ia hanya mengeratkan pelukannya pada pinggang Renjun dan menikmati aroma wisteria cina yang menguat dari perpotongan leher Renjun, aroma yang begitu candu dan mampu membuat Jeno merasakan ketenangan.
"Kau terasa berbeda.." Kata Jeno.

Renjun menyerit tak mengerti. "Hmm?"

Mengetahui bahwa sang submisif mulai kebingungan Jeno terkekeh pelan, "kemarin kau terdengar begitu galak, lalu berubah menjadi baik hati, lalu menjadi sosok manja dan suka menangis tersedu, tapi sekarang kau terasa begitu tenang dan dewasa.."

"Tapi bagaimana pun diri mu, aku menyukainya."

Kini kekehan terdengar dari bibir Renjun, ia menghentikan gerakan jemarinya di lengan Jeno lalu menggenggam tangan sang dominan.
"Di keadaan menegangkan seperti ini tidak mungkin kan aku tertawa terbahak-bahak atau sibuk menggelayuti mu kemana pun?"

"Ya, melihat mu selama dua hari menangis dan merengek enggan ditinggalkan rasanya sangat cukup bagi ku.."

Wajah Renjun bersemu, tidak dapat menyangkal kalau dua hari belakangan ia mudah menangis dan selalu ingin Jeno berada dijangkauan mata cantiknya. Namun kalau ia hanya menangis apa itu dapat merubah kenyataan bahwa Jeno adalah manusia permukaan yang sedang diburu?

Jeno tersenyum tipis, ia memperbaiki posisinya bersandar pada Renjun lalu mengeratkan pelukannya. "Dibanding melihat mu menangis, aku lebih suka seperti ini."

AGARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang