Epitermal

17.9K 3.1K 1.3K
                                    

Renjun menghela napas saat melihat Jeno pulang dengan keadaan berantakan, laki-laki itu membawa sebuah kotak berwarna biru cerah yang diyakininya pemberian paman Chanyeol. Wajah Jeno tampak ragu dan pria permukaan itu hanya berdiri diam di halaman seolah ada sesuatu yang menahannya.

"Suami mu sudah sembuh ya? Wajahnya senang sekali saat Chanyeol mengajaknya pergi memancing." Kata sosok wanita yang baru saja menerima obat dari Renjun.

Renjun tersenyum, "yah begitulah bi.."

"Musim sudah hampir berganti, tapi kenapa rambutnya masih hitam?"

Renjun terkekeh, "dia spesial, rambutnya memang jarang berubah mengikuti musim, mungkin satu tahun hanya berubah satu kali.."

Wanita itu mengangguk, percaya dengan jawaban Renjun sedangkan Renjun langsung memuji dirinya yang begitu pandai berbohong. Jelas saja rambut Jeno tidak berubah warna kan laki-laki itu bukan penduduk asli Agartha yang rambutnya berubah warna setiap pergantian musim.

"Kalau begitu aku pulang dulu, terima kasih obatnya.."

Renjun mengangguk pelan diiringi senyum manis, sebagai bentuk perhatian ia mengantar wanita itu hingga ke teras rumah. Wanita yang menjadi pasien pertama Renjun hari itu tersenyum sopan pada Jeno sebelum melangkah meninggalkan pekarangan.

"Kenapa tidak masuk?"

Jeno menatap Renjun lalu menyodorkan kotak yang dibawanya, Renjun terkejut saat melihat dua ekor ikan Trout berukuran besar sedang berenang di dalamnya.
"Ikan Trout, kesukaan mu." Kata Jeno pelan.

Renjun menatap Jeno dengan tatapan yang sulit diartikan, ia mengambil alih kotak yang dibawa Jeno lalu meletakkannya di atas meja teras.
"Tahu darimana?"

"Paman Dobi."

Renjun melipat tangannya di depan dada, "kenapa memancing membuat mu basah kuyup seperti itu? Kau memancing sambil berkubang?"

Jeno meringis, ia menggaruk tengkuknya sebelum kembali menatap Renjun dengan tatapan dimanis-maniskan berharap Renjun tidak mengomelinya.
"Aku tidak bisa memancing, jadi aku mengambilnya dengan jaring dan karena ikan itu berenang sangat cepat aku harus berlari di air, lalu.. lalu aku basah kuyup."

Renjun menghela napas, "lalu kenapa pergi memancing kalau kau tidak bisa memancing?"

"Karena kau menyukai Trout.."

Renjun mengatupkan bibirnya mendengar jawaban Jeno, kalau seperti itu jawabannya tidak mungkin Renjun bisa marah dan tidak mungkin juga bisa menyangkal hatinya yang tersentuh. Ia sadar, Jeno melakukan ini pasti karena rasa sungkan, laki-laki dewasa menumpang rumah dan makanan, siapa yang tidak kepikiran dengan kata 'menumpang'.

"Renjun kau marah? Maaf aku tidak izin pada mu, tapi aku harap kau mengerti kalau aku- ingin sedikit membantu mu."

Renjun tersenyum lalu menggeleng pelan, "terima kasih ikannya, Jeno.. aku tidak melarang mu pergi beraktivitas tapi kau harus tahu kalau luka mu baru pulih, tidak boleh sembarangan dan jangan telat makan karena dari pemeriksaan ku, kau pasti sering mengabaikan makan."

Jeno membenarkan ucapan Renjun, ia adalah pengacara ternama dengan banyak kasus yang menunggu untuk ditangani dan makan adalah salah satu penghambat aktifitasnya karena membutuhkan banyak waktu.

"Lain kali jangan ulangi.. beruntung aku tahu letak sungainya jadi kau bisa sarapan tepat waktu."

"Iya, maafkan aku."

"Jadi dimana kotak makannya?"

Mata sipit Jeno membola kaget, ia menatap Renjun dengan tatapan bersalah, "astaga! Aku lupa, sepertinya tadi tidak sengaja tersenggol lalu jatuh ke sungai dan akhirnya hanyut."

AGARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang