Renjun meletakkan hidangan terakhir yang menjadi menu makan siangnya dengan Jeno, ia menatap puas seluruh hidangan yang tersaji di meja makan dan berdecak mengagumi keahlian memasaknya yang semakin berkembang. Membayangkan Jeno duduk manis di kursi sambil menyantap makanan buatannya dengan lahap membuat pipi Renjun memerah, laki-laki permukaan itu semakin manis sejak berhasil membubuhkan sebuah ciuman di bibir ranum milik si submisif. Ada kalanya Renjun ingin bersembunyi, tidak siap dengan apa saja yang akan Jeno katakan atau lakukan untuknya, bahkan sekarang Jeno bangun lebih pagi hanya untuk memperhatikan wajah ayu si submisif yang masih terlelap.
Renjun mengeleng pelan berusaha menghilangkan bayang-bayang sikap manis Jeno, ia melirik jam di dinding lalu menghela napas kesal. "Sudah jauh terlewat dari jam yang dia janjikan.."
"Kalau pergi dengan paman Chanyeol selalu lupa waktu." Gumam Renjun.
Renjun segera melepas apron yang ia kenakan lalu mengotak-atik program di meja makan agar makanan yang susah payah dibuatnya tetap hangat hingga Jeno pulang.
Ting..
Ting..
Renjun menghela napas lagi saat mendengar suara bell ditekan, ia bergegas meninggalkan dapur sambil mengomel tentang seberapa menyebalkannya Jeno yang enggan membuka pintu dengan kedua tangannya sendiri.
Renjun segera menarik pintu rumahnya, "Kenapa tidak-"
Renjun terdiam kaku, bukan sosok tampan sang dominan yang berdiri di balik pintu rumah melainkan submisif manis yang ditakdirkan menjadi kakaknya.
"Selamat siang Renjun.." Jungwoo tersenyum manis.
Renjun yang masih terkejut hanya dapat meremat pakaiannya lalu memaksakan sebuah senyum balasan, "H-hyung.."
Tatapan mata Jungwoo mengedar memperhatikan sekitar. "Aku datang karena.. hmm bagaimana ya, kau tidak menghadiri upacara penobatan ku, jadi aku berkunjung kemari.."
"A-ah itu.. Jeno melarang ku hadir." Renjun menjawab gugup.
Raut wajah Jungwoo berubah, senyum manisnya tergantikan raut tak terbaca. "Kemana dia?"
"J-Jeno sedang pergi memancing.."
Jungwoo terkekeh, "sepertinya dia laki-laki miskin, kasihan sekali.."
Renjun memejamkan matanya lalu menarik napas, ia sudah berjanji kalau dirinya akan berdamai dengan rasa sakit yang dirasakannya selama ini. Mata cantiknya terbuka lalu ia berusaha menyunggingkan sebuah senyuman tulus.
"Bagi ku dia sangat kaya.." Balas Renjun.
Jungwoo menaikan satu alisnya lalu tertawa pelan, "baiklah.. mungkin selera mu sedikit menurun sejak ditendang keluar dari mansion kita."
Renjun hanya dapat tersenyum, ia mendekati Jungwoo lalu mengulurkan tangannya, "selamat atas diangkatnya Hyung sebagai keluarga kerajaan.. aku menunggu mu diliput dengan background istana Shambala."
Jungwoo menatap sangsi uluran tangan Renjun, ia memilih membuang wajahnya enggan membalas uluran tangan sang adik. Renjun melunturkan senyumnya lalu terkekeh pelan, ia menarik tangannya dengan perasaan tak menentu.
"Duduklah Hyung.."
Jungwoo segera mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi teras, "bagaimana kehidupan mu di tempat seperti ini?"
"Bahagia?" Tanya Jungwoo dengan nada memastikan.
Renjun tersenyum tipis, "Hyung tidak perlu repot-repot memikirkan kebahagiaan ku."
Jungwoo berdeham pelan mendengar jawaban Renjun lalu ia melayangkan sebuah senyum manis, "yah.. baiklah, aku berusaha memaklumi tata Krama mu yang berkurang karena hidup bersama manusia permukaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGARTHA
Fanfiction[E-book tersedia di Google Playbook] Segalanya Memiliki Dua Sisi. Bahkan Bumi. Bahkan Hati. Lee Jeno x Huang Renjun MPREG BxB Hollow Earth 🔞 21 Juni 2020 - 03 Maret 2021