Siklon Tropis

15.5K 2.8K 1.1K
                                    

Belum reda keterkejutan yang memenjarakan Jeno dan Renjun akibat datangnya tiga tamu tak diundang, namun senjata laras panjang yang ditodongkan pada Jeno kembali ditarik sebelum dilayangkan kembali menghantam sosok di depannya.

Bugh!

"Renjun!" Jeno berteriak keras, tidak menyangka bahwa sosok yang begitu ia kasihi menghadang hantaman senjata yang dilayangkan padanya.

Pangkal senjata laras panjang milik tentara kerajaan itu menghantam kepala bermahkota merah muda milik Renjun, hantaman yang begitu kuat tanpa dilingkupi keraguan. Renjun menjerit saat melihat kepalanya mulai dialiri darah segar, tidak bisa membayangkan jika ia harus kembali melihat Jeno dilumuri darah.

"Keparat kalian!" Maki Jeno pada para tentara di depannya. Amarah laki-laki permukaan itu meledak saat Renjun dilukai.

Rumah-rumah di sekitar hunian mungil nan asri milik Renjun dan Jeno mulai terang benderang saat teriakan histeris bercampur makian terdengar memecahkan keheningan malam. Renjun bersimpuh dengan pelipis dihiasi luka dan darah saat Jeno dipaksa berlutut di lantai lalu di hujani banyak pukulan, seharusnya laki-laki asal permukaan itu tidak dilukai seperti ini, seharusnya tidak boleh ada darah yang mengalir saat penangkapan, tapi entah karena apa dua dari tiga tentara itu tanpa basa-basi melukai Jeno hingga dominan berparas tampan itu harus dihiasi dengan tetesan darah yang mengalir dari kepalanya.

Jeno bergerak mendekat lalu menangkup wajah Renjun, jemarinya bergerak menghapus lelehan air mata bercampur darah milik sang kekasih, ia tersenyum tipis seolah memberikan setitik semangat untuk sang submisif.
"Sayang, lihat aku.. tatap mata ku."

"Semua akan baik-baik saja.." Desis Jeno, melawan keraguan yang memenuhi hatinya.

"Kau bisa menjalani semuanya, Renjun. Kau kuat oke! Kau sosok paling kuat yang pernah aku temui!" Kata Jeno yang dibalas gelengan oleh Renjun.

Air mata Jeno menetes perlahan seakan membasuh darah yang masih basah di wajahnya. "Jika Tuhan berkehendak aku akan kembali, merengkuh mu dan menjadikan mu istri sah ku, lalu kita hidup bahagia bersama satu atau dua malaikat yang Tuhan titipkan.."

"Dimana pun aku berada, aku tetap Lee Jeno yang mencintai mu."

"Hei, ku mohon tatap aku Renjun.." Pinta Jeno lirih saat Renjun tak menatap wajahnya, sibuk menangisi perpisahan mereka.

Renjun menggenggam erat tangan Jeno yang menangkup wajahnya, tangisan submisif berparas ayu itu menguat saat tatapan matanya dengan tatapan mata dominan yang mengisi hatinya itu bertemu. "Aku tidak bisa tanpa mu, hiks! Hiks!"

"Aku tidak bisa hiks!"

Bibir Jeno bergetar, ia meyakinkan Renjun dan berusaha menegaskan bahwa submisif itu adalah sosok terkuat sepanjang hidup Jeno. "Kau bisa! Kau pasti bisa sayang.. sekarang, masuk ke dalam rumah lalu obati luka mu oke! Ingat aku tidak suka istri ku dihiasi bekas luka.."

"Jeno.." Renjun berbisik lirih, tidak bisa mengeluarkan kata-kata selain membisikan nama sang dominan.

Lengan kokoh Jeno berusaha merengkuh Renjun ke dalam dekapannya, namun dengan kejam para tentara kerajaan itu menarik tubuhnya tanpa belas kasihan, menyeret pengacara tampan itu seperti menyeret hewan buruan. Tidak banyak waktu yang mereka berikan walau hanya untuk mengucap salam perpisahan, fakta bahwa mereka berhasil menangkap satu manusia permukaan yang begitu dekat dengan sosok keluarga bangsawan paling berpengaruh membuat mereka terbakar api semangat.

"Jeno!!" Renjun berteriak sekeras yang ia bisa, tubuh mungilnya bangkit dengan susah payah lalu berlari mengejar tiga orang yang membawa Jeno jauh darinya.

"Kembalikan Jeno ku! Berengsek hiks!"

"Jeno!!"

Jeno melirik Renjun lewat sudut matanya, bibirnya bergerak pelan seolah menggumamkan kata-kata penenang. Angin berhembus, kembali menghantarkan aroma bunga ceri yang kini berbaur dengan aroma anyir darah. Tangis Renjun memenuhi malam, mengundang iba dari para tetangga terdekat untuk membawa sosok berparas ayu itu dalam rengkuhan penenang.

AGARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang