Rongga - Huang Renjun

20.3K 3.3K 1.1K
                                    

Plak!

Suara tamparan menggema di ruangan bernuansa emas dan putih itu. Seorang laki-laki dewasa menatap marah seseorang yang baru saja ia tampar di depan keluarga besar.

"Buang dia! Manusia cacat sepertinya tidak pantas menjadi bagian dari keluarga bangsawan."

"Membuat ku malu di depan Raja!"

Tubuh lemahnya bergetar, tangisnya memang tanpa suara namun sorot matanya penuh kesedihan dan luka. Ia hanya diam saat dua orang berbadan besar mencengkram erat kedua lengannya yang lemah, seolah sosok ringkih seperti dirinya dapat memberi perlawanan yang merugikan keluarga terhormat.

"Hari ini! Aku mencabut marga Huang dari nama mu! Renjun!"

Dia Renjun sosok rupawan yang menangis karena dadanya sesak dipenuhi rasa sakit, mudah sekali sang ayah membuang dirinya yang dianggap cacat. Renjun tidak menyangka bahwa kegagalannya menjadi pendamping raja akibat ia tidak memiliki tanda kesuburan membuat dirinya harus dibuang sejauh mungkin.

Renjun melirik ibunya yang duduk disebuah kursi berlapis emas dan ia merasa hatinya semakin remuk karena bukannya membela Renjun sang ibu malah membuang muka, enggan menatap putra yang membuatnya terlihat gagal.

"Ibu.." Panggil Renjun serak.

Sosok yang dipanggil ibu itu menoleh sejenak hanya untuk memberikan tatapan jijik.
"Jangan pernah memanggil ku ibu setelah mempermalukan kami!!"

"Kau bahkan tidak akan pernah bisa menjadi sosok orang tua karena kecacatan mu!"

Renjun hanya dapat menangis tanpa suara, ia berusaha berdiri walau tubuhnya tak memiliki tenaga. Dua orang yang mencengkram lengan Renjun segera menarik putra bungsu keluarga Huang keluar dari ruangan yang menjadi saksi dibuangnya seorang Huang Renjun, tidak, dibuangnya seorang Renjun.

Tubuhnya diseret kasar di lorong mansion mewah membuat beberapa pelayan yang melihatnya menatap Renjun penuh rasa iba.

"Tuan muda! Tolong berhenti sebentar." Seorang pelayan berlari mendekati Renjun.

Renjun menggeleng, "jangan memanggil ku tuan muda.. aku bukan bangsawan lagi sekarang."

Pelayan itu menggeleng dengan tangisan tanpa suara, ia mengulurkan sebuah tas besar yang terbuat dari anyaman pandan duri. Renjun menerima tas yang diberikan pelayanan itu dengan raut bingung.

"Apa ini?"

Pelayan itu tersenyum, "beberapa pakaian, makanan dan obat-obatan serta perlengkapan medis milik tuan muda."

"Dia dilarang membawa apapun dari mansion."

Seorang pelayan yang sedang membersihkan lukisan menghentikan gerakannya lalu menatap dua orang berbadan besar yang diperintahkan mengusir Renjun.
"Itu pakaian, makanan dan obat yang kami beli dengan uang kami khusus untuk tuan muda."

Renjun menatap tak percaya. "Kalian.."

"Karena kami menyayangi tuan muda Renjun."

Renjun kembali menangis, terharu dengan kebaikan pelayan yang begitu menyayangi dirinya, padahal ia disebut cacat.

"Terima kasih telah menyayangi manusia cacat seperti ku." Kata Renjun disela tangisnya.

Pelayan itu menggeleng, menolak perkataan Renjun. "Saya tidak tahu seberapa penting sebuah tanda kesuburan bagi seorang bangsawan, namun saya yakin tuan muda adalah sosok yang sempurna walau tanpa tanda itu."

Renjun tersenyun tipis, ia mengusap air matanya yang kembali mengalir, "aku ingin memeluk kalian, tapi maaf aku tidak bisa."

Pelayan itu mengangguk, dengan berat hati ia dan teman-temannya harus melepas sosok baik hati seperti Renjun dari keluarga besar Huang. Hidup di negeri dengan sistem pemerintahan monarki membuat banyak bangsawan berlomba-lomba untuk menarik hati sang raja dengan menjadikan anak mereka sebagi selir, namun sayang Renjun bukan orang terpilih walau parasnya begitu ayu.

AGARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang