[Sorry, Jeje lagi Hiatus]
{BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA}
HAPPY READING ♥️
***
Ayu merasakan dekapan yang sangat erat, jantung seseorang yang berdetak kencang, tubuh sosok tersebut juga tak kalah gemetar dari tubuhnya.
"Gue takut," lirih Ayu disert...
Suara alarm menggema di dalam kamar Angga. Bunyi kicauan burung juga menjadi pengiring. Bahkan Sang mentari-pun belum memunculkan wujudnya. Tapi, Angga sudah bangkit dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Menatap sebentar pantulan wajahnya di dalam kaca dan mulai membersihkan dirinya serta mengambil air wudhu.
Berjalan santay keluar kamar dengan handuk yang melilit pinggangnya. Angga langsung memakai pakaiannya secepat kilat. Ia menggunakan baju Koko, sarung, serta peci hitam yang nampak kontras dengan kulitnya.
Menggelar sajadah, memfokuskan pikirannya pada sang Illahi dan mulai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Imam-ablesekaleeee
Setelah melaksanakan sholat subuh, Ia melirik jam yang bertengger di dinding kamarnya.
05.45
Berjalan menuruni tangga rumahnya, dan berharap di bawah sudah ada Maminya yang sedang memasak atau Papinya yang membaca koran sambil menyesap kopi, seperti keluarga harmonis lainnya.
Tapi, Ia tak menemukan siapa pun dirumahnya kecuali Mpok Nida, asisten rumah tangganya yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun.
Lagi, Ia kecewa pada harapannya yang tak kunjung nyata.
Apa Mami sama Papi gak inget kalo mereka punya anak?
"Eeh den Angga" sapa Mpok Nida.
Angga hanya tersenyum tipis.
"Mau dibuatkan sarapan apa den?" Tanya Mpok Nida dengan logat Jawa yang sangat medok.
"Bikinin saya susu aja Mpok, sekarang hari Senin saya harus datang lebih awal" jawab Angga.
"Oke den siap"
Angga berjalan kembali menuju kamarnya, Ia memakai atribut sekolah yang sudah ia siapkan semalam. Terakhir, ia memakai almamater OSIS kebanggaannya yang sangat pas ditubuh atletisnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meraih tas punggung yang tersampir di kursi belajarnya dan bergegas menuruni tangga dengan cepat.
"Weleh-welehnggantengee" puji Mpok Nida yang melihat Angga duduk dan meminum susunya.
"Biasa aja Mpok" balas Angga.
"Untung Mpok sudah tua. Coba saja kalo Mpok masih muda, pasti den Angga klepek-klepek ngeliat Mpok"