8. Calum, Eleanor.. Fabien?

452 109 4
                                    

"Kau harus makan, El,"

Calum sedang membujuk Eleanor yang kini justru menangis tersedu-sedu.

"Aku tidak bisa, Cal. Aku tidak mau," Eleanor mengusap air matanya yang masih terus mengalir.

"Tidak, kau harus bisa dan kau harus mau. Bayangkan bagaimana perasaan yang mulia kalau sampai tau ternyata ratunya tidak mau makan selama dirinya diasingkan. Yang mulia pasti sedih melihat keadaanmu yang lemah begini,"

Eleanor menatap temannya itu dengan mata yang masih basah karena sisa-sisa air mata.

Calum tersenyum, "sedikit saja. Dua suap saja tidak masalah, yang penting perutmu terisi, ya?"

Eleanor akhirnya mengangguk. Sebenarnya ia lapar, sangat lapar, hanya saja ia merasa seperti berkhianat jika memilih untuk makan sementara suaminya sedang berada dalam pengasingan tanpa perbekalan.

"Bagus," Calum mengusap rambut Eleanor kemudian menyodorkan sesendok sup. Tangan Eleanor benar-benar lemas, oleh karena itu Calum tanpa berpikir panjang memilih untuk menyuapinya.

Eleanor melahap seporsi sup ayam dengan disuapi oleh Calum.

"Nanti aku kembali lagi untuk menyiapkan air hangat, kau harus mandi. Diam dulu disini ya," sekali lagi Calum tersenyum sebelum beranjak untuk mengembalikan nampan berisi mangkuk kosong ke dapur. Eleanor mengangguk kemudian memejamkan matanya.

.
.
.
.


Ia melihat Ethan dan Kevin.


"Oh, wow. Ternyata dia masih punya keberanian untuk menatapku seperti itu, hahahahah!"

"Haha– kau terlalu merendahkanku bajingan,"

Brukk!!

Tubuh Ethan terhempas sangat kencang menghantam tembok batu.

"Tidak!!! Ethan!!"

"Uhuk–!"

Ethan menatapnya dengan tatapan sendu, tangannya terulur seperti meminta pertolongan hingga akhirnya tubuh Ethan tergeletak tak berdaya dengan darah yang keluar dari mulutnya.

"Ethan sudah mati! Sekarang kau milikku, Eleanor!"

Matthias mencengkeram kedua sisi wajah Eleanor, mengucapkan kalimat yang sangat tidak ingin ia dengar dengan tatapan keji.

.
.
.
.

"Hah–"


Eleanor terbangun dengan napas yang terengah-engah, keringatnya mengucur deras, membuat beberapa helai rambut menempel di wajahnya.

"El! Astaga, ada apa?! Kau mimpi buruk? Kau berteriak menyebut nama Ethan!"

Eleanor bergerak mundur hingga dirinya berada di tepi ranjang.

Matthias baru hendak membuka pintu kamar ketika tadi ia mendengar Eleanor berteriak-teriak di dalamnya, dan sekarang Eleanor menjauhinya dengan tatapan horor.

"J-jangan! Jangan mendekat, penjahat!! Ethan belum mati! Ethan tidak mungkin mati!!" Eleanor menunjuk wajah Matthias sambil berteriak. Ekspresinya tampak ketakutan.

Eleanor menarik kakinya, menyembunyikan wajahnya dibalik lutut.

Ia menangis.

"Semua karena ulahmu dan teman-temanmu itu," Eleanor bergumam disela-sela tangisannya.

Full Moon • The Boyz [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang