Bonus : Our childhood

356 93 19
                                    

Bruk!

"Aku kasihan padamu! Dasar miskin!"

Seorang bocah lelaki melemparkan sepotong roti pada bocah lelaki lainnya yang terlihat lusuh.

Bocah lusuh itu mengambil sepotong roti tersebut.

"T-terimakasih," gumamnya pelan.

"Apa? Aku tidak dengar! Kalau kau memang bersyukur atas kebaikanku, seharusnya kau berterimakasih dengan lantang!!" Bocah lelaki satunya berseru, kemudian menghempaskan roti yang ada di tangan bocah lusuh sehingga roti tersebut jatuh ke tanah dan terkena lumpur.

Roti itu sudah tidak layak untuk dimakan, namun perut bocah lusuh sudah terlalu lapar sehingga ia terpaksa kembali meraih roti tersebut dan hendak memasukkan roti tersebut ke dalam mulutnya.

"Jangan! Jangan makan roti itu!!"

Suara bocah lain terdengar tidak jauh dari tempat bocah lusuh dikerumuni bocah-bocah perundung.

Bocah itu berambut putih, membuat penampilannya tampak begitu menyolok.

Ia merampas roti yang hampir dimakan oleh bocah lusuh.

"Kau lihat, roti ini sudah berjamur! Selain itu roti ini juga sudah kotor terkena lumpur! Kau bisa sakit perut kalau memakannya!"

Usai berujar demikian, ia menjejalkan roti tersebut ke mulut bocah nakal yang merundung bocah lusuh.

"Lebih baik kau saja yang memakannya, lalu katakan bagaimana rasanya baru berikan pada orang lain!!" Tangan bocah berambut putih itu masih sibuk menjejalkan roti sementara dua bocah lain yang merupakan teman si bocah nakal hanya terdiam. Terkejut karena temannya diperlakukan seperti itu.

Akhirnya bocah nakal itu melawan, ia berusaha memukul tangan bocah rambut putih guna menghentikan tangannya yang terus-menerus menjejalkan roti basi.

Namun hal itu sia-sia saja, bocah rambut putih jauh lebih kuat. Ia mendorong bocah nakal hanya dengan sekali gerakan sampai dirinya jatuh tersungkur ke belakang.

"Sialan kau! Akan aku laporkan pada Ayahanda!! Kau tidak tau? Ayahku adalah penguasa desa ini!" Begitu seru si bocah nakal. Wajahnya tampak merah dan matanya berkaca-kaca.

"Begitukah? Baiklah, laporkan saja. Biar aku bilang pada Ayahku untuk tidak menjual bahan makanan pada keluargamu. Kami tidak butuh uang dari keluarga yang suka menindas mereka yang tidak mampu!!" Seru bocah rambut putih.

Bocah nakal itu dibantu kedua temannya untuk berdiri dan segera kabur dari tempat itu. Harga diri mereka seperti diinjak-injak, selama ini tidak ada bocah manapun yang berani melawan tindakan mereka karena keluarga mereka merupakan keluarga yang terpandang dan disegani oleh semua orang.

"Kau tidak apa-apa? Apa mereka melukaimu?" Tanya bocah rambut putih.

"A-aku baik. Terimakasih sudah menolongku," bocah lusuh menjawab pelan.

"Namaku Ericson Godrich, boleh aku tau namamu?"

"Aku Samael. Samael Irving,"

"Baiklah, salam kenal Samael! Aku harap kita bisa berteman baik kedepannya!" Eric mengulurkan tangannya, membiarkan tangan kotor Samael meraih tangannya yang putih bersih. Eric membantu Samael untuk berdiri namun tubuhnya terlalu lemah sehingga dirinya hampir kembali terjatuh.

Selain itu terdapat luka terbuka di salah satu kaki Samael, membuatnya kesulitan untuk berjalan.

Eric tersenyum hangat kemudian berjongkok didepan teman barunya itu.

"Naiklah ke punggungku, Samael. Kakimu pasti sakit,"

Samael sedikit ragu-ragu karena dirinya enggan mengotori baju bersih Eric.

Full Moon • The Boyz [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang