"Nah, dengan begitu kisahnya berakhir,"
Bocah laki-laki berambut cokelat itu sontak terduduk, wajahnya mengernyit tampak sedikit kesal.
"Cuma begitu? Astaga, pasti penulis cerita itu tidak terkenal ya, nek? Bagaimana bisa membunuh Matthias sesingkat itu. Kalau begitu apa yang terjadi pada Edgar? Dan bagaimana dengan Eric dan Samael? Apakah mereka selamat? Lalu bagaimana dengan Ethan dan Eleanor? Kenapa ceritanya berakhir sedih begitu, sih?!" Cerca bocah itu sambil melipat tangannya di depan dada, bibirnya cemberut lucu.
"Terkadang sebagian cerita memang cukup diakhiri seperti itu, cucuku. Dan kisah itu tidak sepenuhnya berakhir sedih, karena pada akhirnya walaupun Matthias tidak bisa diselamatkan, Eleanor dan Ethan berhasil bertahan sampai tua dan bahkan memiliki keturunan laki-laki yang juga merupakan seorang manusia serigala," ujar nenek tua itu, mengelus rambut cucunya.
"Kenapa Eleanor jahat sekali pada Matthias, nek? Padahal Matthias sangat tulus padanya," bocah laki-laki itu kembali berbaring di ranjangnya, menarik selimutnya sampai ke leher.
"Kita tidak bisa menentukan kebahagiaan seseorang, walaupun Eleanor tau Matthias sangat tulus, tapi hatinya tidak bisa berbohong. Kebahagiaanku adalah Ethan, bukan Matthias," ujar sang nenek.
"Kebahagiaanku? Maksud nenek kebahagiaan Eleanor? Eh, tapi benar juga nama nenek 'kan Eleanor," bocah itu tampak bingung.
"Pasti kakek buyut memberi nama nenek terinspirasi dari cerita itu, ya?"
Sang Nenek tersenyum kecil.
Tok tok tok
"El? Kau belum selesai?"
Muncul seorang laki-laki tua dari balik pintu, di bagian pelipis kirinya terdapat sebuah bekas luka yang cukup terlihat. Mata laki-laki tua itu terlihat tajam dan mengintimidasi walaupun sudah lanjut usia.
"Kakek!!" Bocah kecil itu berseru kemudian berlari memeluk perut kakeknya.
"Nenek baru saja selesai menceritakan sebuah kisah tentang kerajaan manusia serigala! Tapi aku baru sadar nama karakter yang digunakan mirip sekali dengan nama nenek, kakek, bahkan ada namaku juga!" Ujar bocah itu penuh semangat.
Sang Kakek melirik sang Nenek, "begitukah, Eleanor?" Dan Nenek mengangguk membenarkan ucapan si bocah laki-laki.
"Nenek pasti cuma mengarangnya saja 'kan, kek?"
Bocah itu sudah dibawa kembali ke tempat tidurnya oleh sang Kakek.
"Nanti, suatu saat kalau kau sudah besar, kau akan tau semuanya, nak," ujar sang Kakek.
"Tapi sebelum itu, kau harus cepat tidur supaya cepat besar! Ayo tidur, anak kecil mana yang masih bangun pukul setengah dua belas seperti kau ini!" Kakek mengacak rambut cucunya sambil terkekeh, begitu juga Nenek yang hanya ikut tertawa di samping tempat tidur.
"Ayo, El. Biarkan dia tidur."
Kakek merangkul pundak Nenek, membawanya keluar melalui pintu kamar.
"Selamat malam,"
"Selamat malam, Nek, Kek," bocah itu tersenyum manis hingga senyumannya hilang dibalik pintu yang tertutup.
"Selamat malam, anakku," lirih Eleanor.
Ethan mengusap pundak Eleanor yang tampak berkaca-kaca.
"Sampai kapan kita akan membohonginya?"
"Sampai Matthias besar dan siap untuk menerima semua kenyataan ini, El. Kelak kalau sudah waktunya, aku yakin Matthias akan paham kenapa kita menyembunyikan semua ini darinya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Moon • The Boyz [✓]
Fanfic"𝕿𝖍𝖊 𝖗𝖎𝖘𝖊 𝖔𝖋 𝖙𝖍𝖊 𝖋𝖚𝖑𝖑 𝖒𝖔𝖔𝖓, 𝖙𝖍𝖊 𝖗𝖊𝖛𝖊𝖆𝖑 𝖔𝖋 𝖙𝖍𝖊 𝖙𝖗𝖚𝖊 𝖐𝖎𝖓𝖌" Sebuah kerajaan werewolf mempunyai dua orang anak laki-laki sebagai calon pewaris takhta. Namun hanya satu yang pantas untuk mengambil alih takhta ter...