Episode 17

264 20 0
                                    

(Yeon Hwa POV)

"Seol..." Sebuah nama yang kusebut membuat So urung untuk meminum arak yang baru saja kutuangkan. "Bagaimana kalau kita mengangkatnya sebagai putri kita?"

"Apa?" Ia bahkan tak sempat menutupi keterkejutannya di hadapanku.

"Aku menyukainya. Dia sangat pintar dan menyenangkan. Anak-anak juga suka bermain dengannya dan sudah menganggapnya sebagai kakak."

Matanya tampak bergerak-gerak gelisah, seperti seorang pendosa yang tertangkap basah melakukan kejahatannya.

"Kita sudah punya tiga putri. Lagipula dia memiliki orangtua."

"Begitu? Baiklah."

Ia meminum araknya dalam sekali teguk tanpa memandang ke arahku.

"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu kepadaku?" Tanyaku.

"Tentang apa?"

Aku mengangkat bahu, "rahasia terdalam? Sesuatu yang mungkin kau sembunyikan?"

Aku bersumpah, jika dia mengatakan semuanya, aku akan melupakan bahwa Seol adalah anak Hae Soo dan menyayanginya seperti putri yang kulahirkan dari rahimku sendiri.

Namun ia hanya diam seribu bahasa, menghabiskan dua botol arak, kemudian mencumbuku sambil memanggil nama wanita itu, seperti biasanya.

~~~

Hujan salju semalam mengubah tanah yang coklat menjadi putih. Anak-anakku, kecuali Ju, bermain di atas tumpukan salju, berlarian, lempar-lemparan bola salju, dan membuat boneka salju. Seol juga bergabung dengan mereka, bermain dengan riang. Saat putri bungsuku yang masih berusia 15 bulan menangis karena terjatuh, Seol menenangkannya, membuat ekspresi wajah yang lucu untuk membuat adiknya tertawa. Ia bertindak sebagai kakak yang baik untuk mereka. Ya, karena dia memang kakak tiri mereka, meski dia sendiri tidak tahu fakta itu.

"Kudengar kau memberinya banyak pakaian dan perhiasan. Aku tidak menyangka, kau akan menerima anak haram suamimu dengan lapang dada."

Aku melirik tajam kepada Won yang berjalan menghampiriku.

"Jangan menyebarkan rumor yang tidak benar, Pangeran Won," tegurku.

"Kakak!" Aku menoleh saat mendengar jeritan anak-anak.

Seol terduduk sambil mencengkeram dadanya. Mengangkat rokku, aku berlari menghampirinya.

"Sudah, jangan main di luar lagi. Udara dingin tidak baik untuk jantungmu, Seol."

"Ibu, kepalaku sakit," kata Hyohwa sambil memijat keningnya dengan kedua tangannya. Dari lubang hidungnya keluar darah dan ia tiba-tiba pingsan di pelukanku.

Aku begitu panik. Aku menyuruh para pelayan untuk memapah Seol ke dalam paviliun, sementara aku menggendong putraku. Tabib datang bersama dengan Wang So yang tampak ngos-ngosan, seolah baru saja berlari berkilo-kilo meter. Ia tampak sangat khawatir.

"Kenapa kau membiarkannya main di luar yang dingin!" Tegur So kepadaku.

"Aku... aku tidak tahu... Biasanya tidak apa-apa..." jawabku terbata di tengah isak tangisku.

Aku sangat ketakutan karena putra kami mendadak mimisan dan tak sadarkan diri. Tak perlu ia tegur, aku sudah menyalahkan diriku sendiri berkali-kali. Sejak tahun lalu, putra kedua kami memang sering mengeluhkan sakit kepala. Ia lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar daripada bermain di luar. Aku merasa kasihan kepadanya, sehingga kali ini kuizinkan rengekannya yang ingin bermain salju. Aku bersalah. Seharusnya aku tidak membiarkannya main di luar.

Namun kemudian aku terpaku, ketika So menghampiri Seol, bukannya Hyohwa.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya So lembut.

[IDN-MoonloverFF] Daemok: The Lonely Queen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang