Episode 22 - END

491 23 9
                                    

(Yeon Hwa POV)

Percuma.
Semua usahaku untuk memulihkan kondisi Wang So kembali tak ada gunanya. Morfin dari asap lilin aromaterapi yang ia hirup selama beberapa tahun telah menyatu dengan darah yang mengalir di seluruh tubuhnya. Ia menjadi sangat ketergantungan dengan lilin itu. Ketika aku menghentikan pemakaiannya, ia semakin tak terkendali. Ia mengalami kejang dan kesulitan bernapas. Ia menjerit kesakitan setiap malam.

Dan aku tak pernah beranjak dari sisinya, memeluknya, meski memar dan goresan luka menghiasi tubuhku, hasil karyanya ketika sedang sakau. Aku pantas mendapatkannya, karena dia jadi seperti ini gara-gara aku.

"Nyalakan! Nyalakan lilin itu, kumohon Yeon Hwa... Aku sudah tidak sanggup!" Jeritnya.

"Bertahanlah, Pyeha. Kau tidak boleh memakainya lagi agar cepat pulih."

"Bunuh saja aku, Yeon Hwa..." ia membenamkan wajahnya di dadaku, terisak.

Ia tak sanggup menahan rasa sakitnya, aku pun tak sanggup untuk terus melihatnya kesakitan.

Tiba-tiba ia mendorongku, lalu meraih tusuk konde yang kukenakan. Ia hendak menusuk lehernya sendiri. Beruntung, tanganku berhasil menghalangi lehernya tertusuk ujung hiasan rambutku yang cukup tajam itu. Telapak tanganku mulai mengalirkan darah segar oleh tusuk konde yang masih menancap di tengahnya, sementara dia jatuh pingsan di pangkuanku.

~~~

Sudah hampir satu jam So menatap tanganku yang sudah diperban. Ia juga menyentuh bekas luka di pergelangan tanganku, yang kudapatkan saat aku melakukan percobaan bunuh diri setelah kematian Hyohwa.

"Sudah berapa kali aku melukaimu?"

Aku mengangkat bahu.

Ia tersenyum sedih, "terlalu banyak ya, sampai tak bisa kau hitung?"

Aku hanya tersenyum, tak menampik, tak hanya luka fisik, luka hatiku juga sudah akut dan tak bisa disembuhkan lagi. Hatiku sudah hancur lebur tak berbentuk. Aku sendiri tidak mengerti, bagaimana bisa puing-puing hati yang telah berserakan itu masih bisa mencintainya dengan luar biasa.

Ia membelai pelan memar di rahangku, "kau tidak perlu menemaniku lagi. Biarkan aku menghadapi rasa sakit itu sendiri saja."

Aku menggeleng keras.

"Aku takut aku tak sengaja melukai, atau bahkan membunuhmu."

"Aku akan menerimanya dengan senang hati sebagai hukuman. Sudah seharusnya aku dihukum mati olehmu, karena apa yang kulakukan terhadapmu merupakan bentuk dari pemberontakan."

"Bagaimana mungkin aku menghukum mati seseorang yang kucintai?"

"Mengapa tidak? Kau seorang raja. Ayah kita menghukum mati Selir Oh yang sangat ia cintai. Kak Moo menghukum mati Eun, adik yang ia sayangi."

"Mereka melakukannya karena terpaksa. Kau tahu itu. Mereka langsung jatuh sakit dan meninggal setelah membunuh orang yang mereka cintai. Aku tidak ingin mati dalam kesedihan seperti mereka."

"Tapi kau hampir menghukum mati Ju. Apa karena..." kupalingkan wajahku, "kau tidak menyayanginya? Kau tidak menyayangi anak-anak yang kulahirkan."

"Mengapa kau berpikir seperti itu?"

"Kau selalu dingin kepada mereka, tapi hangat kepada putrinya Hae Soo."

Kurasakan ia bergeser mendekatiku, memeluk pinggangku, meletakkan dagunya di atas bahuku.

"Maafkan aku. Aku tahu, dosaku padamu tak termaafkan, tapi aku tetap meminta maaf. Aku terlambat menyadari bahwa cintaku padamu telah kembali. Tidak," ralatnya, "aku menyadarinya tapi berusaha mengelaknya. Aku ingin membencimu, karena aku mengetahui beberapa kejahatan yang telah kau lakukan. Kau yang menjebak Hae Soo dalam tuduhan meracuni Kak Moo. Kau yang menyebabkan Eun dihukum mati..."

[IDN-MoonloverFF] Daemok: The Lonely Queen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang