• DUA PULUH ENAM •

143 19 18
                                    

Delapan Belas Hari Setelah Kematian Karen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Delapan Belas Hari Setelah Kematian Karen.

SMA Nusantara, Jakarta.

Ngedate yuk?

Stella memejamkan mata dan menggeleng kuat-kuat di depan pintu kelasnya sekarang, berusaha menepis ingatannya akan ucapan Samuel semalam sebelum bertemu dengan cowok itu. Ia lalu memegang tali totebag berwarna hitam di pundaknya erat-erat dan menarik napas, membulatkan tekadnya untuk berpura-pura bersikap normal di depan teman sebangkunya seolah tidak ada sesuatu yang terjadi tadi malam sebelum akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam kelasnya.

Karena tidak bisa tidur semalaman akibat satu kalimat keramat dari Samuel, Stella jadi terlambat bangun pagi ini dan sepertinya ia juga sedikit ketinggalan dibandingkan dengan Samuel yang kini sudah lebih dulu duduk di kursinya. Stella melihat Samuel sudah berada di tempat duduknya dan tampak santai seperti biasa seolah memang tidak terjadi apa-apa semalam.

Namun netra hitam Stella mendapati cowok itu tidak sedang sendirian, karena Clara kini duduk di sampingnya dan mereka tampak mengobrol di sana.


Stella kemudian berpikir mungkin keberadaan Clara bisa menjadi alasan baginya menghindari Samuel--barang sebentar saja--sampai cewek itu melupakan perkataan Samuel tadi malam dan kembali terbiasa dengan keberadaan cowok itu. Cewek berzodiak Capricorn itu lantas menghampiri meja Clara dan duduk tanpa permisi dengan santai hingga membuat sang pemilik kursi dan Samuel langsung menoleh kepadanya dengan ekspresi bingung.

"Stell? Kok duduk di sana?" Clara menggaruk tengkuk lehernya dan beranjak dari kursi milik Stella. "Gue tadi lagi nanyain tugas matematika ke Samuel, tapi sekarang udah selesai. Lo bisa duduk di--"

Stella berbalik dengan cepat dan buru-buru menyela, "Boleh tukeran tempat duduk nggak, La?"  sebelum Clara sempat menyelesaikan kata-katanya.

Kedua alis Clara sempat terangkat naik karena kaget. "Kenapa? Tumben lo mau duduk di depan." lalu melihat Samuel yang sama sekali tidak bergeming dari kursinya, "Kalian nggak lagi berantem, 'kan?" dan bertanya dengan nada curiga.

Stella melirik Samuel yang tampak masih mengamati pembicaraan antara dirinya dan Clara sesaat sebelum akhirnya ia kembali menatap memohon kepada sahabatnya itu dengan sedikit memaksakan senyum di bibirnya. "Anu ... gue harus duduk di sini soalnya mata gue lagi sakit hari ini. Kalau duduk di tengah-tengah, pemandangan gue ketutup sama si Bombom," dalihnya.

Bombom, siswa paling gendut di kelas pun menoleh karena merasa namanya disebut-sebut. Namun Stella langsung membalas tatapan Bombom dengan ekspresi apa-lo-liat-liat-kesini hingga cowok bertubuh tambun itu mendengkus kesal dan membuang pandangannya ke arah lain.

BESTFRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang