12

13.9K 1.8K 196
                                    

Vote, komen, dan share jika kamu suka
Terima kasih dan selamat membaca 💕

•°•°•

UMPATAN beruntun berdesakan di pangkal lidah Paras yang sangat ingin dia muntahkan pada abang sepupunya, Prabusena 'laknat' Efendi Muzaffar. 'Istri yang seperti Paras', hah?! Cerdas! Mengapa tidak sekalian saja 'aku mau bikin anak sama Paras' supaya Rosa serangan jantung!

Lihat? Rosa bergeming tak bernapas selama sepuluh detik. Gejala apa itu? Kaget? Syok? Trauma? Ambyar?

Namun kemudian Rosa menggeleng pelan dan mendengkus. "Nggak sopan kamu, Pra. Paras ini adikmu. Minta maaf!"

"Nggak sopan di mananya, Ma?" Prabu mengerucutkan bibir. "Aku cuma minta Mama bayangin. Masih bayangin aja dulu. Bayangin Paras jadi mantu Mama, gimana rasanya?"

"Nikahnya sama siapa?" desak Rosa.

"Sama anak Mama lah. 'Kan mantu Mama?"

"Anak yang mana?!"

"Yang terlanjur cinta sama Pa--"

"Bude," potong Paras. Tegas. Menatap Rosa lurus dan sebisa mungkin menahan matanya agar tak bertemu dengan Prabu. Sangat memohon pengertian dari Rosa agar tidak memperpanjang pembicaraan ini. "Paras izin masuk dulu."

"Ya," jawab Rosa kaku. "Iya, masuk, Ras. Jangan dipikirin. Masmu ini kadang ngawurnya kelewatan. Bude minta maaf, Nduk."

Ngawur? Prabu menyeringai sarkastik.

Tetap menjaga unggah-ungguh, Paras berpamitan lantas bergegas pergi. Menyisakan Rosa yang menghempas punggung di kursi dan menyilangkan kaki tak nyaman. Menghunus tatap tajam tepat pada Prabu yang tak sadar diri masih memerhatikan dapur tempat Paras menghilang.

"Jangan cari gara-gara sama Om Purnomo dan Tante Suci, Pra. Kamu bikin malu."

"Maa..." keluh Prabu, yang segera terputus karena Rosa mengangkat tangan sebagai gestur penolakan.

"Cari istri yang bener kamu. Jangan ganggu Paras dia itu adikmu. Kamu nggak lihat dia syok tadi?! Mikir kamu, Pra! Jangan kamu rusak adikmu. Jangan rusak silaturahmi sama Om Purnomo dan Tante Suci. Dan jangan rusak nama Papa dan Mama kalau kamu masih anak kami!"

Prabu mengembus kasar. "Paras bukan adik--"

"Kalau kamu se care itu sama Paras, adikmu," Rosa menekankan, dalam, dan jelas, "jauhi dia. Keluarga besar masih memandang Paras sebelah mata dan itu nggak bagus untuk dia. Jangan kamu tambah masalahnya, dan jangan ikut-ikutan jadi anak bermasalah."

"Ikut-ikutan? Anak bermasalah siapa?!" suara Prabu meninggi.

Rosa menepuk meja satu kali lantas beranjak keluar dari mejanya. Meninggalkan Prabu setelah menutup pembicaraan dengan, "jam lima, Prabusena. Kerja kamu."

•°•°•

"Haaa--ch!"

Masker yang menutup hidung dan mulut Paras terasa lembap setelah bersin berkali-kali padahal belum separuh ruangan tersapu. Dia menegak sejenak meletakkan sapu dan pengki. Meregangkan tubuh sebab tulang-tulang terutama di punggungnya sangat ngilu. Kepalanya dipenuhi denyutan yang menyiksa. Matanya panas dan hidungnya berair.

TERSIPU (Tersandung Cinta Sepupu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang