06

18.1K 2.5K 258
                                    

Vote, komen, dan share jika kamu suka
Terima kasih dan selamat membaca 💕

•°•°•

TENDANGAN Angga sukses menggeser meja beberapa senti dan memecah perhatian Prabu yang semula hanya tertuju pada Paras. Tatapan lembutnya seketika menjadi awas, menancap pada Angga yang lantang menepis dengan sorot tidak kalah tajam. Paras yang terperangkap di tengah sungguh ingin meninggalkan mereka saat sedang sayang-sayangnya.

Ehm, maksudnya, ingin meninggalkan ruang staf ini.

Tetapi Angga lebih dulu beranjak dan menyeringai, "sori, kesandung," lantas melangkah meninggalkan keduanya. Paras memejam terkejut saat pintu dibanting. Kepalanya langsung pening.

Ya Tuhan. Kenapa lah bocah satu itu.

"Berondongmu unch, deh, Ras." Prabu terkekeh.

Paras menelengkan wajah kesalnya. "Mas Prabu. Monmaap aku nggak bisa tinggal sama Mas. Mas gila, hah?! Mas memang saudaraku, keluargaku, tapi kita bukan mahram! Mas sendiri yang bilang kita saudara tapi bukan saudara kandung!"

Melirik langit-langit sekilas, Prabu bergumam lugu. "Memangnya aku nawarin tinggal bareng, Ras?"

"Lah. Yang tadi?" Paras terbeliak.

"Aku cuma bilang kamu bisa nempatin rumah yang aku tinggali sekarang," ulang Prabu lambat. "Kalau kamu mau di rumahku aku bisa pindah ke rumah Mama lagi. Awalnya aku pisah rumah sama Mama karena Mama berisik setiap hari nyuruh kawin. Tapi pas udah tinggal sendiri sepi juga nggak ada yang cerewet."

"Hmm..." Paras mendesah. "Tapi aku nggak enak sama Bude sama Pakde, Mas."

"Keep it secret. Papa sama Mama nggak perlu tahu kamu tinggal di rumahku. Lagian cuma sementara sampai kontrakan ada yang kosong."

"Rumah Mas daerah mana?"

"Ijen Panorama blok A nomor 10."

Seharusnya Paras tidak perlu terkejut jika rumah Prabu berada di salah satu perumahan tertua paling elit se kota Malang. Berlokasi di pusat kota dan memiliki akses mudah kemana pun termasuk Ge Cafe dan Gema Medika. Namun tetap saja istana megah terdengar berlebihan ketika yang Paras dan Taksa butuhkan hanya sebuah ruangan sederhana yang hangat.

Paras tertawa satir. "Mending aku resign trus lamar jadi ART rumah Mas Prabu aja deh. Ngurus rumah Mas kayaknya lebih capek daripada kerja di sini."

"Sudah ada ART, ada sekuriti, kamu tinggal masuk."

Paras ternganga sesaat.

"Terus kalau aku tinggal di situ aku bayar ART sama sekuriti juga?!"

Prabu tersenyum. Manis. Terlalu manis hingga Paras bergidik ngeri. "Kamu cuma perlu datang dan tinggal."

Hah. Ya Tuhan. Paras berdecak tak percaya.

"Jangan bilang sewanya gratis."

"Memangnya kenapa?"

"Jadi, iya?"

"Kalau iya kenapa?"

TERSIPU (Tersandung Cinta Sepupu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang