#13

41 5 0
                                    

Woojin masuk ke dalam kelas dan langsung duduk disamping Jaehwan yang sedang meminum susunya sambil membaca majalah mingguan kampus melalui handphone nya.

"Kim Jaehwan."

Jaehwan menoleh pada Woojin tanpa mengatakan apapun. Woojin duduk disebelah Jaehwan lalu memberikan buku bahasa Inggrisnya pada Jaehwan.

"Kenapa dengan buku bahasa Inggrismu?"

"Tolong belajar, untuk aku. Guanlin bilang kelas dia ada kuis dadakan. Kita punya dosen yang sama dengan dia, bisa jadi kita juga akan kuis dadakan! Kalau kamu sudah belajar kan aku bisa menyalin jawabanmu."

"Apa?!"















#13












ㅤㅤ

Jaehwan tidak mau membantu Woojin dan membiarkan Woojin untuk menyalin jawabannya. Tentu saja, dosen bahasa Inggris mereka itu dosen killer. Tapi sebagai gantinya Jaehwan memanfaatkan 20 menit sebelum kuis dimulai untuk menjari Woojin. Beruntung, Jaehwan pernah mempelajari soal ini dengan Guanlin.

"Kamu paham tidak?"

Tampaknya, Woojin tidak memperhatikan penjelasan Jaehwan sama sekali. Woojin hanya diam memperhatikan Jaehwan yang sedang menjelaskan. Jaehwan menghela nafas karena tampaknya Woojin hanya melamun sejak tadi.

"Hei, kamu paham tidak?"

Woojin tersadar dari lamunannya. Tanpa menjawab Jaehwan, Woojin langsung membereskan buku-buku nya untuk dimasukkan ke dalam tas ranselnya.

"Sudahlah, tidak penting untuk dimengerti."

Jaehwan hanya bisa mengatakan heol tanpa suara untuk menanggapi perkataan Woojin. Jaehwan memutuskan untuk fokus pada bukunya, tidak menyadari kalau selama Jaehwan belajar, Woojin terus memperhatikannya dari kejauhan.

'I think I fall in love to you, Kim Jaehwan.'









+++









Pada saat jam makan siang, Woojin tidak berniat untuk makan. Selera makannya hilang. Saat ini Woojin merasa sudah gila, karena isi kepalanya mendadak dipenuhi dengan Jaehwan. Karena itu Woojin berniat menemui Guanlin, di perpustakaan. Berharap berbicara dengan Guanlin bisa membantunya melupakan perasaan aneh ini.

"Guanlin!"

Guanlin terkejut karena Woojin tiba-tiba saja memanggilnya dengan keras, tidak hanya Guanlin, mahasiswa lain yang sedang mengerjakan tugas pun ikut terkejut karenanya.

"Woojin, kecilkan suaramu. Ini diperpustakaan."

"Aku tidak peduli. Bantu aku."

"Ada apa?"

"Mengobrol denganku. Aku merasa seperti akan gila saat ini."

[ PANHWAN ] STAY WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang