"Hei, Guanlin."
Jihoon duduk di bangku yang disediakan disebelah ranjang tempat Guanlin sedang berbaring, dan Guanlin menyambut kedatangan Jihoon dengan senyum hangat walau wajahnya masih terlihat pucat. Beberapa hari yang lalu, keadaan Guanlin kembali drop. Beruntung Jaehwan sedang bersamanya dan langsung menelepon ambulance untuk mengantar Guanlin ke rumah sakit. Sementara Jihoon mengupas sebuah apel yang dia bawa memang untuk Guanlin, Guanlin mencoba untuk membagi pikirannya yang sedang mengganjal di otak nya, mengenai keadaannya yang kata dokter terus menurun, bersama dengan Jihoon, karena dia percaya sepupunya ini bisa memberinya jawaban.
"Jihoon."
"Iya?"
"Aku tidak yakin aku bisa sembuh, berhubung dokter mengatakan kalau keadaanku terus menurun...tapi aku tidak mau menyia-nyiakan perasaan aku pada kak Jaehwan. Haruskah aku ungkapkan sekarang?"
Jihoon menghentikan aktifitasnya setelah mendengar pertanyaan dari Guanlin.
"Guanlin..."
Jihoon diam, mencoba membayangkan seandainya Guanlin sudah menyatakan perasaannya pada Jaehwan, dan Jaehwan menerimanya dengan suka rela walau mungkin Guanlin tidak meminta Jaehwan untuk menerimanya. Jihoon yakin cepat atau lambat, setelah Jaehwan berpacaran dengan Guanlin, Jaehwan pasti akan tahu tentang penyakit Guanlin. Dan Jihoon yakin, apapun yang terjadi, Jaehwan pasti akan nekat untuk menemani Guanlin walau hatinya terluka.
"Maaf, tapi...menurutku..."
Jihoon merasa sangat bersalah pada Jaehwan, karena telah melanggar janjinya pada Jaehwan. Ini peluang besar untuk Jaehwan dan Guanlin untuk bersama, tapi Jihoon tidak mau membiarkan itu terjadi. Jihoon terlalu sayang pada sahabatnya itu, Jihoon tidak mau Jaehwan terluka.
"Lebih baik tidak usah."
Dalam keheningan itu, Jihoon dan Guanlin tidak menyadari kalau diluar pintu kamar rawat Guanlin, Woojin mendengar apa yang Jihoon katakan pada Guanlin. Dan itu membuat emosi Woojin meningkat. Meskipun Woojin juga menyukai Jaehwan, tapi melihat keadaan Guanlin yang seperti ini membuat Woojin ingin Guanlin bahagia dengan Jaehwan, dan jawaban Jihoon untuk Guanlin membuat Woojin mulai berburuk sangka pada Jihoon.
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ#16
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤBaru saja Jihoon membuka pintu kamar rawat Guanlin, Jihoon sudah berpapasan dengan Woojin yang sedang menatapnya dengan ekspresi datar. Jihoon yang merasa canggung mengingat kejadian saat kemarin Woojin memboncengnya sampai rumah hanya bisa memasang senyum canggung pada Woojin.
"Woojiㅡ"
"Jihoon, kamu egois."
Senyum Jihoon luntur bersamaan dengan tertutupnya pintu ruang rawat Guanlin setelah Jihoon mendengar perkataan Woojin yang tiba-tiba itu.
"Mㅡmaksud kamu apa? Kenapa tiba-tiba kamu berkata seperti ini?"
"Kamu melarang Guanlin untuk bersama dengan Jaehwan karena kamu iri 'kan? Kamu sudah aku tolak, jadi kamu tidak mau melihat orang lain bahagia?"
Jihoon terdiam, tidak menyangka kalau Woojin berburuk sangka padanya. Itu sangat berbanding jauh dengan apa yang Jihoon pikirkan.
"Bukan begitu! Aku hanya tidak mau Jaehwan sedih kalau Guanlin pergi nanti!"
"Segitu yakinnya kamu kalau dia akan meninggal?"
"Guanlin juga tidak yakin dia bisa bertahan."
"Sebagai sepupunya, tidak bisakah kamu menyemangati dia?"
Woojin mendorong tubuh Jihoon dari posisinya dengan kasar lalu masuk ke dalam kamar rawat Guanlin. Jihoon yang emosinya sudah memuncak memutuskan untuk pergi dari tempat itu.
ㅤ
ㅤ
ㅤDi pintu masuk lobby rumah sakit, Jihoon berpapasan dengan Jaehwan yang sudah membawa buket bunga untuk Guanlin ditangannya. Tapi, karena mengingat percakapannya dengan Woojin tadi, Jihoon langsung menarik Jaehwan tanpa mengatakan apapun pada Jaehwan.
"Hey! Hey! Jihoon! Kamu kenapa? Kita mau kemana?"
"Temani aku makan di kantin."
"Tapi aku mau menjenguk Guanlin!"
"Nanti saja, sudah ada Woojin kok."
Mendengar Jihoon menyebut nama Woojin, Jaehwan tahu kalau Jihoon dan Woojin pasti baru saja bertengkar karena suatu hal. Jaehwan sangat paham kalau hubungan Jihoon dan Woojin tidak bagus semenjak Woojin menolak cinta Jihoon, jadi Jihoon memutuskan untuk mengikuti Jihoon.
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ+++
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤDi lain tempat, setelah Woojin memastikan Guanlin baik-baik saja dan memastikan kalau Guanlin sudah tertidur, Woojin meninggalkan Guanlin untuk pergi ke suatu tempat. Woojin berdiri didepan pintu ruang seorang dokter dengan nama "Yoon Jisung", dokter yang menangani Guanlin. Baru saja Woojin hendak mengetuk pintu ruangan tersebut, pintu itu sudah dibuka dari dalam.
"Woojin? Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Guanlin?"
Ya, Jisung memang sangat mengenal Woojin karena Woojin adalah salah satu orang yang selalu menemani Guanlin dan berada disamping Guanlin sejak Guanlin masuk rumah sakit. Benar-benar sahabat yang setia.
"Tiㅡtidak, tapi, dokter....ada yang ingin aku bicarakan."
"Apa itu?"
"Di dalam saja."
Jisung menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam ruangannya kembali, bersama dengan Woojin. Jisung duduk di kursinya sementara Woojin duduk berhadapan dengan Jisung.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Guanlin bisa sembuh dengan operasi 'kan?"
"Untuk keadaannya sekarang masih memungkinkan untuk melakukan operasi, jadi, iya."
"Apa boleh...dokter memeriksakan sumsum tulang belakangku? Apakah cocok untuk Guanlin...?"
"... Woojin, kamu sudah pikirkan ini baik-baik? Menyumbangkan sumsum tulang belakangmu sama saja mengorbankan nyawamu."
"... Nanti, saat jantungku sudah berhenti berdetak."
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤTo Be Continued
ㅤ
ㅤ
ㅤAku kembali ke akun ini, karena akun baruku error nggak bisa dibuka (mungkin memang tidak ditakdirkan untuk membuat akun baru) jadi aku memutuskan buat melanjutkan semua FF aku disini. Tapi, kalau aku buat FF baru nanti mungkin aku baru akan pakai bahasa Inggris, semoga kalian nggak keberatan dengan itu. ❤️
See you guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
[ PANHWAN ] STAY WITH ME
FanfictionJaehwan, mahasiswa Jurusan Seni Musik semester tiga yang masih setia menyandang status jomblo sampai saat ini. Sejauh ini, Jaehwan mengaku belum pernah merasakan namanya jatuh cinta. Namun, semua berubah ketika temannya memaksa Jaehwan untuk menjad...