1. Nanon Korapat

20.2K 729 6
                                    

Suhu meningkat, keringat berkucur deras. Nanon yang kala itu tengah bermain dengan pulpen di tangannya, menyoreti kertas putih dan membuat gambaran Kota New York yang menjadi kota impiannya sejak kecil.

Sesekali tangannya mengganggu pria yang bertubuh lebih kecil darinya, yang tengah duduk di sampingnya itu.

"Awas pulpen lu! Hampir nyolok mata gua!" Nanon mendorong tangan Chimon yang berada tepat di depan wajahnya.

"Dih, lu penakut amat, lagian kecolok doang mah ngga bakal parah," jawab Chimon berusaha membela dirinya.
"eh, lu udah denger soal pertukaran pelajar, belum?" Lanjut pria berkulit putih itu.

"Hah? Belum. Emang kenapa?"

"Itu ke New York! Kota impian lu tuh!"

Nanon meletakkan pulpen yang sedari tadi ia goyangkan.

"Jangan becanda lu!"

"Dih! Lu tungguin aja pengumuman nanti,"

Nanon tersenyum simpul, melanjutkan coretan di atas kertas itu, menggambarkan kota impiannya itu.

Nanon menepuk pelan pundak Chimon, kemudian mengacak rambutnya.

"Gua bakal berusaha sih untuk ikut,"

Chimon mengangguk, sebelum akhirnya pandangan mereka berdua tertuju pada kepala sekolah yang masuk ke dalam ruangan kelas itu.

"Selamat pagi, maaf menggangu waktu belajarnya," kepala sekolah itu memulai ucapannya.
"Setiap tahun, sekolah kita mengadakan pertukaran pelajar ke luar negeri, tepatnya Kota New York. Trinity School, akan menjadi tempat kalian bersekolah selama di sana."

Nanon tersenyum lebar, menatap wajah Chimon.
"Itu beneran! Gua bakal ikut!"

"Lu ga percayaan sih sama gua,"

"Apa di sini tidak ada yang bersedia untuk mendaftarkan diri?" Lanjut kepala sekolah itu.

"Pak, apa saya boleh bertanya?" Nanon berucap sembari mengangkat tangan kanannya.

"Silakan,"

"Apa saja persyaratan yang diperlukan, pak?"

Kepala sekolah itu tersenyum.
"Yang paling penting, moral dan etika. Tidak peduli seberapa cerdas kamu. Untuk biaya keseluruhan, kamu akan dikenakan biaya sebesar 40juta. Sudah cukup dari keberangkatan hingga kepulangan."

Nanon menganggukkan kepalanya, kemudian kembali duduk.

"Itu mahal banget," bisik Nanon pada Chimon.

Kepala sekolah akhirnya meninggalkan ruangan itu setelah mengucapkan kalimat penutupnya.

"Lu masih yakin mau ikut?"

"Ngga tau sih, aku bakal berpikir lagi dulu,"

"Jangan kelamaan, slotnya ngga banyak,"

Nanon mengangguk, kemudian memalingkan pandangannya ke belakang.

"Ohm, lu ga mau ikut?" Nanon bertanya pada pria yang duduk di belakangnya itu.

"Ngga deh, aneh banget rasanya."

"Kenapa?"

"Ini kan pertukaran pelajar, di mana-mana juga yang namanya pertukaran pelajar itu di biayain sama sekolah atau pemerintah." Jawab Ohm dengan wajah serius.
"Ditambah lagi, kenapa hanya moral dan etika yang di utamakan? Bukannya biasanya pertukaran pelajar itu ngeberangkatin siswa terpelajar?"

Nanon mengerutkan keningnya, berpikiran bahwa ucapan Ohm masuk kedalam logikanya.

"Tapi mungkin ini beda," ucap Nanon.

The End of The Secret | OhmNanon 🔞 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang