19. Shot

2.4K 223 1
                                    

Perlahan ikatan itu dilepas oleh Prim, kemudian mereka semua berlari keluar dari gedung itu setelah lepasan terbuka sempurna, berikut borgol yang telah ia bobol.

"Rekamannya, aman?" ucap Ohm.

Nanon mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, kemudian mematikan rekaman suara disana.
"Aman."

"Apa kita harus pulang?" tanya Ohm.

"Ngga. Kakak gua belum bebas. Kita harus selamatkan dia juga," jawab Prim gugup.

"Oke, kita bakal selamatkan dia."

Mereka kemudian berlari kembali ke gedung persembunyian XXI Secret yang sebelumnya sudah mereka datangi.

"Prim, lu tunggu di sana, ya," ucap Nanon menunjuk pada sebuah cafe yang berjarak tidak terlalu jauh dari sana.

Prim menuruti itu, kemudian pergi menjauhi mereka berdua.

"Sepertinya kita harus mengambil senjata," ucap Ohm, kemudian bersembunyi di balik salah satu tembok, menunggu orang untuk melintas, dan mengambil senjata dari pria itu.

Seorang pria berkostum serupa melintas, Ohm kemudian menarik pistol dari celana pria itu.

"Dorr!"

Ohm menarik pelatuk pistol itu, dan menembakkan satu peluru tepat di dada pria itu.

"Ohm! Gua takut," ucap Nanon sembari memegangi lengan Ohm.

"Ngga masalah. Di tempat ini tidak berlaku yang namanya hak asasi manusia."

Ohm kemudian menembak satu orang lagi, dan memberikan senjata pada Nanon.

"Kita aman, bukan? Jika kasihan di tempat ini, maka mati yang akan menghampiri,"

"Ohm, sembunyi!" ujar Nanon kemudian keduanya jongkok di balik salah satu meja.

"Dorr dorr!" Peluru tertembak kepada salah satu orang yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Kita harus mencari ruangan tempat bos mereka."

Perlahan satu-persatu anak tangga mereka lalui, menuju ke lantai tiga gedung itu.

"Ayo ke ruangan paling ujung," ujar Ohm lagi.

Nanon kini mengikut di belakang Ohm, sembari mengawasi di arah belakang.

Perlahan Nanon membuka daun pintu itu lalu ...

"Dorr!" suara tembakan menggema di telinga Nanon.

Tubuh Ohm yang tiba-tiba terbujur kaku, kini terjatuh di lantai. Wajah Nanon berubah kaget. Air matanya benar-benar sudah berada di puncak. Amarahnya terkumpul seperti ada sebuah balon yang dipompa di dadanya. Napasnya begitu panjang, wajahnya memanas.

Nanon kemudian mengambil pestol dari Ohm, kemudian mengarahkan tembakan secara acak ke dalam ruangan itu.

"GO TO THE HELL, YOU PIECE OF SHIT!"

Teriakan Nanon di iringi dengan suara tembakannya yang tanpa henti, sembari air matanya membasahi wajahnya.

Seluruh orang di ruangan itu kini telah terjatuh di lantai, dipenuhi oleh darah yang hampir membasahi seluruh bagian lantai.

Nanon mengantongi pistolnya, kemudian mengangkat Nanon dan pergi dari sana.

"Lu ga papa Ohm?" tanya Nanon sembari menutup luka di lengan kanan Ohm.

"Gu–gua ga papa. Ini cuma tangan doang. Kita harus mencari puimek terlebih dahulu."

"Lu yakin ga papa?"

The End of The Secret | OhmNanon 🔞 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang