part 9

42K 1.1K 12
                                        




Bab 9

Pertemuan tak Terduga



Em.

Telepon dari nenek Rahayu menyadarkanku tentang tujuan awal datang ke tempat ini. Sudah seminggu kupersiapkan kepulanganku. Ajakan dari mentor semasa kuliah untuk bergabung dalam jajaran kepengurusan tempat penelitian baru di Virginia juga sangat menggiurkan. Tetapi semua hanya bisa kupandangi dan kubaca dalam diam. Ada perasaan haru yang tiba-tiba menyelinap, bahwa kerja kerasku selama ini membuahkan hasil. Setidaknya ada beberapa lembaga penelitian dan sekolah kedokteran yang menawariku bergabung. Jujur, aku lebih senang jika masih diberi waktu tiga tahun lagi agar bisa melanjutkan beberapa riset yang nantinya dapat mendukung disertasi ku jika kelak aku memilki kesempatan lagi melanjutkan pendidikan. Diberi waktu beberapa tahun lagi untuk menikmati semua ini lebih lama. Ya, lebih lama. Aku butuh waktu lebih lama sebelum sebuah kenyataan pahit menungguku.

Kupandangi tiket online yang telah kubeli di sebuah situs travel di internet. Besok waktu keberangkatanku. Perjalan Amerika-Indonesia memakan waktu hampir seharian penuh. Jika tidak ada aral melintang maka besok malam aku sudah berada di Indonesia. Suharti yang telah kuanggap sebagai kakak menyambut dengan baik kabar yang kusampaikan. Tidak lupa kuberikan dia beberapa ratus dollar untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarganya di Indonesia.

tujuh tahun yang singkat untuk mempelajari semua hal. Bagiku masuk di sekolah kedokteran tidaklah mudah. Lebih tidak mudah lagi keluar tanpa hambatan. Materi sungguh tidak berpengaruh untuk memuluskan langkahku.

Meski banyak yang menyayangkan keputusanku untuk memilih berkarir di indonesia, karena sebagian keilmuanku pasti tidak akan dapat diterapkan disana karena perbedaan sistem pembelajaran serta kerumitan jalur birokrasi yang ada. Ya. Fakta bahwa aku akan bekerja dirumah sakit milik keluarga suamiku memang tidak diketahui oleh teman-temanku. Untuk apa? Hanya untuk pamer? Pamer memilki seorang suami kaya? Atau pamer bahwa sebentar lagi aku menyandang status janda? Atau pamer bahwa aku menukar biaya pendidikanku dengan status jandaku?

Kata Suharti tidak banyak yang berubah dari diriku. Ya aku tidak ingin banyak berubah. Aku lebih senang tampil apa adanya.

Andai sekali saja aku memiliki keberanian untuk menghubunginya. Ya. Untuk menghubunginya. Menanyakan, apakah aku bisa menambah waktu keberadaanku disini. Apakah dia akan mengijinkannya? Atau dia malah memintaku pulang dan bermaksud mengenalku lebih dekat? Aku yakin dia pasti menemukan seseorang disana.

Perkumpulan pelajar indonesia di Amerika juga cukup membantuku di awal. Menghadapi masa-masa sulit beradaptasii terhadap, waktu, makanan, serta cuaca. Dan sampai hari ini aku lebih terbiasa dengan cuaca lembab. Ya. Aku suka hujan dan salju. Kalau boleh aku ingin semua musim dimana aku tinggal hanya ada musim hujan. Aku tidak begitu suka sinar yang menyengat. Entah apa sebabnya. Bapak mengatakan mungkin saja karena dulu terik matahari identik dengan peluh dan kerja keras. Identik dengan semangat berlomba mengumpulkan rupiah demi sepiring nasi.

Berbicara mengenai oleh-oleh aku sudah mempersiapkannnya jauh-jauh hari. Termasuk beberapa untuk iparku. Aku teringat Tri. Adik iparku. Entah bagaimana kabarnya sekarang. Aku harap ia sukses mewujudkan cita-citanya, meski terkendala restu kedua kakak nya. Kabar terakhir Tri Puspita sedang meneruskan kuliahnya di Inggris, padahal aku tahu pasti bahwa dia sedang mewujudkan mimpinya menjadi seorang Pilot. Untuk itu, aku sama sekali tidak ingin ikut campur. Aku berharap, dapat menemuinya untuk memberinya oleh-oleh.

Bertekuk Lutut (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang