✃p̶r̶o̶l̶o̶g̶✃

221 27 0
                                    

▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║

Cerita ini dibuat oleh:

kelompok 3 [Ineffable Lazuardi Yaf]

Dan
Diperuntukkan untuk:

author_project

║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║

Gelap malam mulai menerkam, Claudia masih termangu menanti Olivia datang menjemputnya. Sahabatnya itu tengah sangat resah mendengar Claudia pulang malam seusai dengan upayanya untuk menuntaskan seluruh tugas kuliahnya.

"Oliv kamu dimana?" Tanya Claudia menelepon sahabatnya itu.

"Siapa?"  Tanya Olivia samar.

"Ini aku Claudia, suaramu aneh. Jangan bilang kau tengah mabuk?"

"Ohh claudia ya. Aku sibuk pulang saja sendiri," balas Olivia memutuskan telepon.

Awalnya Olivia hendak menjemput sahabatnya karena rasa cemasnya. Namun apa yang terjadi sehingga ia berubah pikiran secepat itu? Claudia masih berspekulasi jika Olivia tengah mabuk, namun ia masih tak yakin dan menyangkal suara batinnya yang terus berkecamuk.

"Dasar! Anak ini, tidak punya pendirian. Yasudah lebih baik aku pulang sekarang sebelum semakin larut."

Selama beberapa menit berlalu tak ada transportasi yang dapat ia tumpangi. Akhirnya, berjalan menuju apartemen adalah pilihan terakhir yang ia miliki.

Semilir angin membekukan tubuhnya, rasa sakit menjalar dari kedua telapak kakinya. Jarak antara tempat kuliah dan apartemen memang tak jauh jika dengan kendaraan, anehnya jika dilewati dengan berjalan kaki ia berasa seperti tengah berjalan tanpa arah tujuan.

Di bibir gerbang apartemen ia menghela nafas berat, "Akhirnya sampai, syukurlah."

Gadis itu berjalan, menyusuri tangga menuju kamarnya yang berada di ujung lorong lantai dua.

"Oh ya aku tiba-tiba teringat Olivia. Apa mungkin ia tengah mabuk? Aku merasa sangat khawatir sekarang."

Sesampainya di ujung lorong Claudia menoleh ke arah pintu kamar Olivia, sahabatnya. Ia sangat ingin mengetuk pintu kayu di hadapannya, namun ia urungkan niatnya tersebut.

"Ahh ... akhirnya aku dapat bertemu denganmu lagi kasur," gadis itu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.

Suara notifikasi ponsel membangunkannya. Pesan yang paling ia takutkan adalah yang dikirim oleh dosen. Akankah? Tepat!

Pak Gunawan: "Claudia, besok saya akan periksa tugasmu. Tolong simpan di meja kantor saya besok ya."

Claudia tak habis pikir dengan lelah yang ia rasakan sekarang. Ia merasa didesak. Namun apa boleh buat?

Gadis itu tak berkutik dan kembali menuju meja kerjanya, hingga suara dentuman pintu menusuk gendang telinganya.

"Dag ... dag ..."

"S-suara dentuman apa itu? aku harus mengeceknya, tidak mungkin datang tanpa alasan. Namun, siapa yang datang di larut malam begini?" Claudia terpaku di depan meja, dengan setumpuk tugas yang tak kunjung usai. Ia menatap lekat ke arah pintu. Kakinya bergetar, ketakutan mulai merasukinya.

Nampak di balik pintu, berdiri sesosok wanita berpakaian lusuh dengan rambut panjang, terus menghantam kepalanya pada pintu kamar Olivia yang diduga tetangganya. Agaknya wanita itu mabuk berat. Akan tetapi, kamar keduanya terletak di lantai dua dan mengapa ia harus membenturkan kepalanya pada pintu kamar Olivia?

Claudia masih mengamatinya yang tak henti bertingkah aneh. "Perempuan itu, sebenarnya dia sedang apa?" suaranya lirih.

Sosok itu terdiam, ia menoleh ke arah Claudia. Jantungnya berpacu tak karuan, hingga tersungkur karena terlonjak kaget. Apa mungkin suara bisikan tersebut terdengar olehnya?

Claudia berjalan mundur menjauhi pintu dengan nafas tak beraturan. Namun sosok tadi masih menjadi tanda tanya besar yang terus mengusiknya.

Drak!

Suara dentuman yang keras membuyarkan lamunanya. Perlahan Claudia kembali. Langkah demi langkah ia susuri, dengan rasa ingin tahu yang terus menghantuinya. Bola matanya mengintip melalui kaca pintu, sosok itu kini beralih mengganggunya.

Ia kembali tersungkur ke lantai, rasa takut dan kaget mendominasi kalutnya. Semakin lama suara itu terdengar semakin brutal hingga akhirnya menghilang.
Claudia bernafas lega ia tak lagi ingin kembali memeriksa dan berniat melanjutkan tugasnya.

Suara gagang pintu kembali menghentikan niatnya, kali ini ia memberanikan diri membuka pintu.

"Kriet ..." Bunyi pintu yang terbuka pun memenuhi ruangan.

"Hah?"

Tak ada seorangpun di sana. Claudia beranggapan halusinasi nya mulai tak terkendali. Ia berusaha tenang dan kembali, saat tepat seseorang berdiri di belakangnya.

"Siapa?!" Nada suaranya mulai meninggi.

Dia akan mengira bahwa dia akan menerima jawabannya, namun yang ditangkap gendang telinganya hanyalah suara nafas seseorang dari arah belakang. Alih-alih menoleh, sosok itu kini mencekiknya.

Claudia tak henti mencoba melepas telapak tangan yang mencekiknya dan segera berteriak, namun nihil sosok itu kini mengangkat tubuhnya dan menghempaskannya ke ujung tembok.

Claudia terkapar lemah, lamat-lamat ia menengadah mencari sosok perempuan tadi.

"Siapa?" Suaranya terdengar lemah.

Perempuan itu semakin dekat, dan dekat menuju Claudia lalu menerkamnya.

𝕋𝕠 𝔹𝕖 ℂ𝕠𝕟𝕥𝕚𝕟𝕦𝕖𝕕

All member Ineffable Lazuardi Yaf:

Stefi1909
Regina_alya
LabilWriter
RatuHati5
PaperPen_Ink

Hidden Subject [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang