✃p̶a̶r̶t̶ ̶1̶2̶✃

17 6 0
                                    

║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║

Cerita ini dibuat oleh:

Kelompok 3 [Ineffable Lazuardi Yaf]

Dan
Diperuntukkan untuk:

author_project

║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║

Perlahan Claudia pun sadar dan memegang lehernya yang membiru karena tercekik.

"Sakit sekali," ucap Claudia dalam hati.

Claudia pun segera mengambil es batu dan mengompres lehernya tersebut lalu mengambil ponselnya kemudian menelepon Talia.

Tut ... tut ....

"Diangkat," batin Claudia.

"Halo Talia," ujar Claudia.

"Hem ... ada apa malam-malam begini memanggilku? Aku lagi memimpikan dia dan kau mengacaukannya!" ungkap Talia geram.

"Eh ... maaf, tapi aku ingin bertanya sesuatu padamu, kalau aku menginap di rumah mu boleh tidak?" tanya Claudia tanpa basa-basi.

"Hah? Menginap? Tumben sekali kau ingin menginap dirumahku, memangnya ada apa?" Talia nampak begitu kebingungan.

Perlahan Claudia  menjelaskan semua kejadian yang dialaminya barusan.

"Apa? Kau bercanda! Baiklah menginaplah besok di rumahku, jangan lupa ceritakan nanti ya. Tapi bagaimana dengan kondisimu sekarang? Kenapa kau tidak menginap dulu di kamar Olivia?"

Claudia terdiam sejenak, ia mulai berpikir jernih. Sesaat ia berpikir untuk segera berlari keluar dan mengetuk pintu kamar Olivia sekeras mungkin agar ia bisa masuk dan tidur di sana dengan tenang.

"Tapi, aku belum begitu dekat dengannya. Aku yakin suasana akan menjadi canggung. Sudahlah tak apa aku pasti bisa menahannya," batin Claudia.

"Terima kasih atas pengertianmu Ta, aku akan datang ke rumah mu besok," lanjut Claudia.

Percakapan berhenti, sekilas Claudia masih tegang. Bola matanya terus liar mengamati sekitar bak radar pendeteksi. Namun sekarang ufuk fajar pun belum menampakkan sinarnya pertanda ia memang harus kembali tidur, meski dengan perasaan yang berkecamuk.

¸.*☆*¸.*♡*.¸

"Selamat datang di kosanku Claudia, semoga kau nyaman tinggal disini," sambut Talia tak sabar untuk tinggal bersama sahabatnya itu. Di dalam, Claudia melihat kamarnya yang sangat berantakan dengan banyak alat musik berhamburan.

"Apakah kau suka bermain musik?" tanya Claudia lalu diangguki oleh Talia.

"Ya! Ibuku dulu sering memainkan gitar ini untukku sebelum ..." Dialognya terhenti ada segurat sendu di raut wajah manisnya.

"Ada apa Talia?" tanya Claudia.

"Sebelum Ibuku mengalami kecelakaan 2 tahun yang lalu," ujar Talia dengan sedih.

"Oh maafkan aku Ta, aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih. Dan aku turut berduka cita untuk kepergiannya Talia," kata Claudia lalu seluruh ruangan pun diliputi kesedihan yang mendalam untuk sesaat.

"Tapi sudahlah, itu hanya masa lalu. Jadi kau ingin melakukan apa hari ini?" tanya Talia kembali mencoba memasang raut wajah gembira.

"Mungkin aku akan mengerjakan tugasku dulu, karena kau tahulah ... tugasku sangat tidak masuk di akal," ujar Claudia lalu mengeluarkan laptop nya dan mulai mengetik.

Hidden Subject [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang