_Happy reading_
SELURUH siswa kelas XII SMA Adiwara, kini telah mempersiapkan Ujian Nasional. Tidak terasa masa putih abu-abu mereka akan berlalu. Upacara rutin hari Senin, kini telah berjalan dengan khidmat. Para murid berseragam abu-abu putih dengan topi yang terpasang di kepalanya, tampak menundukkan kepala ketika pembina upacara mengucap kata 'Mengheningkan cipta, mulai'.
Dua minggu telah terlewati, sejak Bulan masuk rumah sakit. Gadis itu masih saja tertidur. Mungkin juga, dia sedang hanyut dalam mimpi-mimpinya. Selama dua minggu ini pun, Angkasa, Bintang, dan juga teman-temannya sering ke rumah sakit untuk menjenguk kondisi Bulan. Walaupun mereka hanya bisa melihatnya dari luar.
Dan sejak dua minggu berlalu ketika Bintang dipersatukan dengan keluarganya, gadis itu nampak mulai menerima kenyataan.
Upacara telah selesai. Angkasa berjalan gontai sambil mengibaskan topinya di depan muka untuk berkipas.
"Kangen nggak sama Bulan?" tanya Sagara, begitu cowok itu merangkul Angkasa.
Angkasa hanya melengos. Masalah rindu? Jangan ditanya lagi. Kini, hari-harinya sudah tidak ada lagi gadis ceria yang suka dia jahili. Tidak ada Bulan yang selalu menjadi tujuannya untuk mondar-mondir di koridor kelas IPS.
"Makanya, jadi cowok jangan kekep. Dibilangin dari dulu malah jawabnya, gue cuma temenan, Bulan itu sahabat gue, ya kali gue suka sama sahabat sendiri," imbuh Darma menirukan logat Angkasa yang selalu menjawab dengan kalimat itu setiap kali ditanya bagaimana perasaannya kepada Bulan.
"Kekep?" beo Rains.
"Keras kepala, Jan," kata Dirga menjawabnya
"Ntar lo jenguk dia lagi?" tanya Elang. Cowok itu kini sudah tahu apa yang sebenarnya diderita Bulan.
"Tiap hari," sahut Dirga. Cowok itu lalu beralih merangkul Angkasa. "Jangan buang kesempatan lagi. Ntar kalo Bulan udah sembuh, lo harus siap mantapin hati lo kemana yang harus dituju." Dirga tiba-tiba berkata bijak.
Rains dan Sagara terkekeh pelan. "Inget, Sa! Gue yakin perasaan lo goyah lagi. Karena si Bintang udah putus sama Elang. Pasti lo ada kepikiran buat ngejar dia lagi, kan?" tanya Darma meledek.
Teman-teman Elang memang sudah mengetahui semuanya, semenjak cowok itu sendiri bercerita seminggu yang lalu.
Angkasa menghela napas berat. Dia mengubah posisinya menjadi menghadap lapangan yang panas. Mereka tentu tidak langsung masuk kelas setelah upacara.
"Gue gak tau. Gue sempet udah yakin," ujar Angkasa.
"Sempet udah yakin sama siapa, Sa?" tanya Sagara, kepo.
Angkasa hanya membalasnya dengan tatapan kesal.
"Jangan ditanya, Gar. Lagi ngambek baby honey," ujar Dirga menanggapi. Sagara bergidik mendengarnya.
"Lo masih lurus kan, Ga?"
Dirga mengangguk mantap. "Jalan ke rumah gue gak belok-belok soalnya."
"Bukan itu." Darma tertawa-tawa.
"Hah?"
"Lo masih lurus buat gak suka sesama jenis, kan?" jelas Sagara. Detik itu juga, Dirga tersenyum masam. Nasib ... nasib!
"Ap tu yu! Ai don kerrr!" kesal Dirga.
"Gak usah sok inggris lo, Ga. Ngakak gue dengernya," ejek Darma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Galaxy (End)
Teen FictionKisah tertulis tentang sebuah hubungan terlarang, kebohongan yang terbongkar, dan juga cinta yang bertepuk sebelah tangan. Persahabatan yang sangat berbeda, namun memberi kisah yang takkan terlupa. ©️ copyright Elinta Maya_2020