One

4.2K 258 4
                                    

[Love Scenario]


Aku menghembuskan nafasku berat. Mataku tertuju pada layar monitor dihadapanku dan memberinya tatapan suntuk. Otak ku rasanya buntu sebuntu-buntunya hingga bahkan mengetikkan satu kalimat saja sulit rasanya. Sepertinya otakku tersumbat sesuatu.

BRAKK!

Aku hampir terlonjak dari kursi yang ku duduki saat mendengar suara yang berasal dari meja yang baru saja digebrak tepat dihadapanku.

Takut - takut aku mengangkat wajahku, dan lembaran kertas menyambutku kemudian.

"Kim Jisoo!" Pria paruh baya dengan wajah sangar dan mata dibingkai kacamata tebal itu menggeram menyebut namaku. Wajahnya menunjukkan aura membunuh siap mengeluarkan unek-uneknya.

Aku menelan ludahku susah payah, mempersiapkan diri menerima kenyataan yang akan terjadi padaku setelah ini.

"I-iya?" Cicitku.

"APA-APAAN KAU INI? Kenapa terus saja mengusulkan cerpen roman picisan seperti ini hah? Aku butuh artikel berita! Berita yang menarik!!" semprotnya dengan mata bulatnya yang kian membulat saat mendelik, seperti akan keluar.

Aku membuka mataku kembali setelah tadi kupejamkan karena semprotan amarahnya.

"Ma-maafkan aku Kepala Kim. Aku tidak menemukan berita yang cukup menarik belakangan ini." Ujarku dengan wajah memelas meminta belas kasihan darinya.

Jujur saja, dalam hati aku diam-diam mulai ragu apakah aku benar-benar berbakat dalam bidang ini?

"Ini karena kau tak mau mencarinya! Hah!" Kepala Kim membentakku, membuat tubuhku rasanya ingin menciut saat ini juga.

Dia kemudian berkacak pinggang seraya membuang nafasnya jengah. Aku masih bungkam, jika aku buka suara sama saja aku bunuh diri.

"Sepertinya memang ini keputusan yang benar.." Dia bergumam, aku mendengarkan. Jantungku berdebar menunggu dengan penasaran keputusan apa yang sebenarnya ia bicarakan?

"Kim Jisoo, mulai besok kau tidak usah datang ke kantor."

Deg.

Aku membelalakan mataku, terkejut. Seketika kepalaku terangkat dan menatapnya nanar.

"Kepala Kim kumohon jangan pecat aku!" Aku merenggek histeris padanya, membuat beberapa rekan kerjaku menatap kearah kami.

Aku menyatukan kedua telapak tanganku memberinya pose ala lagu sorry sorry milik Super Junior.

"Ya! Ya! Kau kuberi cuti seminggu." Ralatnya sebelum akhirnya berlalu meninggalkanku.

Aku terdiam, mencoba mencerna ucapannya. Apa? Cuti? Dia memberikan aku cuti? Benarkah? Kenapa? Ya! Jisoo pabo! Bukankah itu bagus? Kau bisa liburan dan menyegarkan otak mu! Wuahh! Ini akan menyenangkan! Ekspresiku sebelumnya kini tergnatikan dengan wajah sumringah.

"Yee! Aku akan liburan!" seruku tertahan.



Tepat saat Jisoo berjalan pergi keluar ruangan untuk ke kamar mandi dengan masih memasang wajah tersenyum, para rekan kerjanya kemudian saling berbisik.

"Aku iri dengannya, aku juga ingin liburan." Keluh gadis berbaju coklat dengan wajah murung.

"Habislah dia!" kata salah satu dari mereka, gadis berbaju biru. Dia tergolong sudah lama bekerja di tempat ini alias senior. Gadis berbaju coklat yang memang seangkatan dengan Jisoo pun mengerutkan keningnya, tak cukup paham.

"Maksudmu?" tanyanya.

"Dulu juga ada yang pernah mengalami hal sepertinya, Kepala Kim hanya beralasan memberinya liburan, setelah itu..." Gadis berbaju biru tak melanjutkan kalimatnya, lebih memilih menjelaskannya dengan isyarat tubuh yaitu melambaikan tangannya. Gadis berbaju coklat membelalak ngeri.

LOVE SCENARIO [Sehun Jisoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang