Fifteen

866 138 24
                                    

Rasa asing dan sungkan tentunya masih menghantui Jisoo begitu menapakkan kakinya ke dalam Apartemen milik si pemuda Oh. Suasana dalam Apartemen masih sama seperti terakhir kali dia meninggalkannya tadi pagi.

Menghabiskan malam dengan tidur di ruangan yang baru membuatnya tak bisa menyelami qlam mimpi dengan damai seperti biasanya, semalaman kemarin dia berusaha memejamkan mata secepatnya namun gagal dan baru benar-benar bisa terlelap saat hampir dini hari.

Pagi tadi Jisoo sudah berusaha meminta Sehun membiarkannya pulang ke rumah, namun pria itu menolaknya mentah-mentah, bahkan tanpa mengatakan apapun sebelumnya Sehun malah menyuruh supir untuk menjemput Jisoo tadi saat pulang bekerja.

Jisoo kembali keluar dari kamarnya setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan setelan casual yang Sehun sediakan sejak kemarin, gadis itu berinisiatif untuk memasak makan malam. Kemarin malam Sehun harus memesan makanan secara delivery karena memang pria itu jarang memakan masakan rumah kecuali jika Bibi Nam yang merupakan asisten rumah tangga di Mansion sang kakek datang, itupun biasanya atas perintah sang kakek. Dalam sebulan dapat dihitung jari intensitas pria itu memakan masakan rumah.

Dapur Apartemen ini padahal jelas lebih lengkap di bandingkan dapur rumah rooftop Jisoo yang seadanya. Jisoo beralih mengeluarkan beberapa bahan makanan yang dia beli saat dalam perjalanan pulang tadi.

Menit demi menit ia habiskan dengan berkutat di dapur hingga kini beberapa makanan sudah tersaji di atas meja makan. Dia tak begitu yakin dengan selera Sehun, tapi sejauh ini orang yang mencicipi masakannya tak pernah berkomentar buruk.

Setelah memastikan makan malam sudah siap dan peralatan dapur yang dia gunakan untuk masak telah di bersihkan, Jisoo membawa langkahnya ke ruang tengah, hanya untuk sekedar menengok pintu utama yang nyatanya masih tertutup rapat.

Matanya kemudian tanpa sengaja tertuju pada lemari kaca di dekat televisi. Di sana terdapat beberapa bingkai foto yang terpajang. Jisoo tersenyum kecil melihat bagaimana potret perkembangan Sehun dari bayi bahkan sampai foto-foto kelulusannya. Dia juga menemukan foto Sehun bersama sang kakek, maupun dengan pasangan paruh baya yang Jisoo tebak adalah orangtuanya.

Sampai matanya berhenti pada sebuah potret yang menunjukkan kebersamaan Sehun bersama seorang wanita yang tak lain adalah Bae Irene, bukan hanya satu, terdapat tiga bingkai foto bersama gadis itu yang terpajang rapi di sana.

Tangan Jisoo meraih bingkai itu untuk melihat nya lebih dekat, wajah kedua sejoli itu terpotret dengan apik mengabadikan kebahagiaan yang tercermin lewat senyuman yang mereka bagi.

"Sedang apa?"

Prang!

Bingkai kaca itu lolos dari tangan Jisoo akibat keterkejutan yang disebabkan oleh suara Sehun yang tiba-tiba. Jisoo menoleh dan mendapati Sehun telah berdiri di sana, matanya kemudian tertuju pada bingkai kaca yang telah pecah di lantai bersama dengan potret di dalamnya.

"Ma-maafkan aku..." Gumam Jisoo yang bergegas mengambil potret itu dari serpihan pecahan kaca, detik berikutnya Sehun dengan kasar langsung merebut potret itu dari tangan Jisoo.

"Kenapa kau menyentuh barang ku tanpa izin?!" Jisoo tahu itu adalah kesalahannya dan suara geraman Sehun yang menandakan kekesalan merupakan sesuatu yang memang sudah sepantasnya dia terima.

"Maaf aku.. aku tidak sengaja." Lirih Jisoo yang kini dengan sedikit panik berusaha mengumpulkan pecahan kaca menggunakan tangannya.

"Harusnya aku memang tak membawa orang asing kemari." Gumam Sehun yang masih sampai di telinga Jisoo, membuat pergerakan tangannya sempat tertunda. Jisoo jelas merasa tersinggung dengan ucapan Sehun tadi. Gadis itu menghela nafasnya kasar.

LOVE SCENARIO [Sehun Jisoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang