Seven

983 159 8
                                    


•••••


Hari ini adalah hari terakhirku di Jeju sebelum akhirnya nanti sore aku akan kembali ke Seoul. Sejak pagi buta aku sudah bangun, hari ini aku berencana untuk mendatangi Sungsan ilchubong sebuah bukit yang menjadi salah satu spot terbaik untuk melihat sunrise di pulau Jeju. Mereka bilang tidak lengkap jika mengunjungi Jeju tanpa melihat sunrise indah yang disajikannya.

Hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit bagiku untuk sampai ditempat tersebut. Dengan semangat aku menapaki anak tangga demi anak tangga tersebut untuk sampai di puncak, rasanya aku sudah tidak sabar untuk sampai diatas sana. Selang beberapa menit kemudian, aku sempat menghentikan langkahku untuk beberapa saat. Ternyata mendaki seperti ini cukup melelahkan, aku bisa merasakan kakiku yang mulai pegal.

Tapi aku tak mau menyerah begitu saja, kulanjutkan langkah kakiku walau rasanya kakiku ini hampir terlepas dan semuanya terbayar begitu aku sampai di atas sini. Seolah terhipnotis, mataku terpukau dengan pemandangan menakjubkan yang tuhan ciptakan dengan begitu apik.

Matahari dengan warna keemasan kebanggannya itu tersaji dihadapanku, berpadu dengan garis cakrawala milik lautan.

Langkahku membawaku untuk berdiri lebih dekat, tepatnya dibalik pagar pembatas yang terbuat dari kayu itu. Kedua tanganku berpegangan pada pagar kayu, sedangkan tubuhku sedikit condong kedepan menutup mataku seraya mengambil nafas dalam-dalam, berusaha meluapkan perasaan dalam dadaku.

Rasanya aku hampir menangis, kutautkan kedua tanganku kemudian menunduk dan memejamkan mataku, membisikan beberapa harapan dalam hatiku.

••

Jisoo melangkah ringan menapaki jalanan kecil yang ada disepanjang sisi tebing yang mengarah langsung kepantai. Tepiannya dibatasi oleh pagar kayu yang berbaris sebagai pembatas. Sedangkan sisi lainnya menyajikan pemandangan padang rumput dan pepohonan.

Jisoo mengeluarkan ponselnya, kemudian mulai memotret pemandangan disekitarnya tak lupa juga memotret dirinya. Menunjukan senyuman manis, walau sebenarnya suasana hatinya tak sebahagia itu.

Saat sibuk berswafoto, Jisoo tanpa sengaja melihat benda yang melingkari lehernya belakangan ini. Sebuah kalung yang dia beli atau lebih tepatnya Oh Sehun bayar tempo hari saat dia menjadi buronan pria asing itu.

Jisoo terdiam, menyentuh kalung tersebut beberapa saat. Dia bahkan tak begitu menyadari keberadaan kalung itu. Haruskah dia mengenyahkan kalung itu? Tapi sudut hatinya yang lain tak membiarkan hal itu terjadi. Aneh!

Tiba-tiba mata Jisoo beralih tertuju pada kerumunan orang disalah satu spot lokasi tempat indah itu.

Sepertinya sedang ada pemotretan, gumamnya dalam hati. Jisoo hanya berdiri ditempatnya, enggan untuk mendekat. Lagipula untuk apa?
Dia lebih memilih untuk duduk disebuah bangku dibawah pohon yang ada disana, sambil menikmati pemandangan yang tersaji dengan indah dihadapannya.

Saat Jisoo menatap kesekitar, tanpa sengaja dia menangkap bayangan sosok pria bertubuh tinggi yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk. Pria itu diam disana dengan kedua tangan tersimpan dalam saku celananya, mata tajam itu dibingkai oleh kacamata berwarna hitam yang justru kian menambah pesonanya.

“Oh Sehun.” Jiseol bergumam lirih.

Tapi entah bagaimana ceritanya pria itu justru seolah mendengar panggilannya hingga membuatnya menoleh kearahnya saat ini. Jisoo tersentak dalam duduknya, pria itu memergokinya! Jisoo segera membuang pandangannya dan saat itu pula dia bisa melihat siapa yang sedari tadi menjadi pusat lensa sang fotografer. Bae Irene.

LOVE SCENARIO [Sehun Jisoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang