03

5.6K 598 45
                                    

War's POV

Aku benar-benar takut sekarang, bukan hanya karena perlakuan tuan muda yang kasar tapi juga karena feromonnya yang begitu kuat. Kakiku bahkan gemetaran sementara aku terpaksa memasak untuk makan malam.

Dalam diam aku memperhatikan punggung tuan muda sementara ia menonton televisi sambil memainkan ponselnya. Aku tidak tahu kenapa tuan muda bisa sampai semarah itu pada gadis asing tadi. Mungkinkah mereka berpacaran kemudian terjadi sesuatu yang menyebabkan tuan muda kecewa? Aku benar-benar penasaran tentang apa yang terjadi.

"Akh!"

Pisau di tanganku tergelincir dan darah segar menetes dari jari telunjukku. Tuan muda menoleh dengan wajah datar.

"Aku hanya memintamu memasak makan malam, kenapa kau sampai melukai jarimu? Apa kau bodoh? Sebaiknya gunakan matamu!"

"Ma- maaf tuan muda," tidak ada yang bisa ku katakan untuk membalasnya selain kata maaf. Dia bahkan tidak membantuku mengobati luka ini, tapi kenapa dia marah? Sudah tiga tahun aku bekerja di keluarga Wong, tapi semua alpha di keluarga itu nampak berbeda dengan tuan muda. Maksudku, tuan muda adalah alpha yang memiliki tingkat emosi paling tidak stabil diantara anggota keluarga Wong yang lain. Itukah alasan mengapa tuan besar mengirimnya ke luar negeri? Entahlah. Sepertinya aku harus terbiasa dibentak dan diteriaki mulai sekarang.

"Berapa lama lagi aku harus menunggu? Apa kau ingin membuat aku mati kelaparan?"

Lagi-lagi ia membentakku.

"T-tunggu sebentar lagi, tuan muda."

Aku buru-buru menyelesaikan masakanku dan merapikannya diatas meja makan sebelum mempersilahkan tuan muda duduk bersamaku.

"Apa ada yang salah, tuan muda?" tanyaku ketika tak ku lihat alpha di depanku mengangkat sendoknya. "Apa kau tidak menyukai makanan yang ku hidangkan?"

"Tidak. Aku hanya heran mengapa kau dengan percaya dirinya duduk bersebrangan denganku saat aku akan makan."

Seketika aku bangkit dan menarik diriku, menjauhi tuan muda dan meja makan. Benar. Aku hanyalah budak disini. Mengapa lancang sekali aku duduk di depannya seperti itu? Sepertinya aku sudah kehilangan akal sehat dengan berpikir kami bisa lebih dekat karena tinggal di apartemen berdua saja.

"M-mm- maafkan aku," ku lepas apron di tubuhku dan menggantungnya di tempat semula. "Silahkan menikmati makan malam anda," tambahku sebelum berlalu.

●●●

Malam semakin larut dan yang ku lakukan hanya berguling-guling diatas kasur karena perutku terus berbunyi. Aku memang belum makan apapun sejak pagi, bahkan aku tidak makan siang saat di kampus karena aku lupa membawa uang. Setelah memasak untuk tuan muda pun aku tidak lagi keluar kamar karena terlalu takut padanya.

"Aku lapar sekali," gumamku sendirian.

Apakah tuan muda menyisakan makan malamnya? Apa aku harus mengecek ke dapur sekarang? Bukankah tidak apa-apa karena tuan muda mungkin sudah tidur, jadi aku tidak akan mengganggunya. Benar. Aku harus melihat apakah masih ada sisa makanan untukku.

Ku buka pintu kamar dan melangkah perlahan menuju dapur. Aku tidak bisa menahan senyum ketika melihat makanan diatas meja. Aku akan memakan semua sisa makanan itu.

"Apa makan sembunyi-sembunyi adalah kebiasaan mu?"

Aku bangkit dan menundukkan tubuhku, "Maafkan aku, tuan muda. Aku lapar sekali jadi aku memakan sisa makanan mu," jawabku sambil meremas jari-jariku. "Aku belum makan apapun sejak pagi."

"Lain kali nyakakan lampu dan jangan makan dalam keadaan gelap, apa kau tidak takut tersedak?"

Kalimat tuan muda mengejutkanku. Ku pikir ia akan marah, tapi jawaban itu membuatku lega.

Beautiful NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang