11

4.3K 449 13
                                    

War's POV

Semilir angin menyapu wajahku sementara sinar matahari berdesakan merasuk ke dalam retinaku. Aku tidak lagi seperti waktu itu yang buru-buru memasukkan oksigen ke dalam paru-paru begitu terbangun dari mimpi buruk, kali ini aku lebih tenang dan napasku lebih stabil.

Entah karena mimpi yang ku lalui begitu panjang atau memang aku merasakan kelegaan atas terbukanya mataku, aku tidak tahu. Aku masih menentukan jawabannya sampai saat ku lihat sepasang asing menghampiri tempat dimana aku terbaring.

"Kau merasakan sesuatu? Kau ingat namamu?"

Apa maksudnya pertanyaa itu? Aku tidak tahu mengapa seseorang yang mengenakan jubah layaknya seorang dokter menanyakan apa aku mengingat namaku yang jelas-jelas sangat ku ingat. Aku adalah War. Memangnya bisa menjadi siapa lagi aku?

"Kau bisa mendengarku?" dokter itu menatapku penuh perhatian. "Jawab aku atau anggukkan kepalamu jika masih terlalu sulit untuk bicara?"

"Aku War," jawabku yang membuat dokter itu nampak lega. "Maaf, tapi apa yang terjadi padaku hingga harus terbaring disini? Apa terjadi sesuatu?"

Dokter itu diam, ia justru saling menatap dengan perawat yang datang bersamanya. Tapi begitu pintu kamar rawatku terbuka, kami semua berfokus kesana.

"War!" orang itu menyebut namaku dengan ekspresi yang sulit di artikan. Aku mengenalnya, tapi kami tidak seakrab itu untuk menyebut nama satu sama lain. Bahkan selama ini, ketika bertemu kami hanya saling menatap. "Dokter, apa keadaannya sudah membaik?" tanyanya pada dokter yang bahkan belum menjawab pertanyaanku.

"Apa yang kau lakukan disini, Prom?" tanyaku sebelum dokter menjawab pertanyaan orang itu.

"Kau mengenaliku?" Prom terlihat bingung. "Bagaimana bisa? Apa ingatanmu sudah kembali?" Prom kemudian beralih pada dokter. "Benarkah ini? War sudah kembali?"

Apa maksudnya itu? Semula apanya? Bukankah aku selalu seperti ini? Kenapa ia bertanya pada dokter seolah-olah aku telah kehilangan diriku?

"Nampaknya begitu," balas sang dokter. "Tapi kita harus menunggu hasil pemeriksaan lab keluar terlebih dahulu untuk memastikan bahwa semua baik-baik saja."

Aku sungguh tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Tapi satu yang ku tahu pasti, saat ini kepala dan perutku terasa sangat sakit, bahkan kini aku mual untuk alasan yang belum ku tahu.

"Bayiku!" Napasku tercekat. "Dimana bayiku?" Aku menatap satu per satu setiap orang di hadapanku untuk mencari tahu apa yang terjadi saat ku rasakan sesuatu hilang dari perutku. "Dimana bayiku?!"

"War, tenanglah.."

Aku melepaskan lengan Prom dari tubuhku. "Jawab aku! Dimana bayiku? Kenapa tidak ada apapun di perutku?! Katakan sesuatu!"

Kepanikanku membuat Prom mengguncang tubuhku. "War!"

"Bayiku.."

Napasku tersendat-sendat namun aku tak bisa berpaling dari mata Prom yang memandangku pilu.

"Bayimu.." Prom menelan kasar liurnya sebelum berkata. "Bayimu sudah pergi.."

Aku tertawa keras sesaat setelah kalimat Prom meluncur ke telingaku. "Pfftt.." aku benar-benar tidak bisa menahan rasa geli yang menggelitik seluruh tubuhku.

"Kau mungkin butuh waktu untuk memahaminya, jadi.. kami akan meninggalkanmu disini.."

Aku menarik lengan kemeja Prom begitu dia mencoba bangkit dari duduknya sementara dokter dan perawat yang sebelumnya berdiri di dekatku sudah pergi. "Kenapa? Bagaimana?" Air di pelupuk mata tak lagi bisa ku tahan. "Bagaimana ia bisa pergi? Apa yang terjadi?"

Beautiful NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang