07

5.3K 539 25
                                    

War's POV

"Mnnhh!"

Aku tidak bisa menahan desahanku ketika tuan muda menarik pinggang ku ke atas dan mendorong miliknya lebih dalam. Hentakannya begitu kuat hingga kepalaku membentur pintu mobil beberapa kali.

"Ahh,"

"T-ttuan m-hahh nggghh,"

Tuan muda mengenai titik terdalam yang membuatku mendesah lebih kencang dari sebelumnya. Aku tidak bisa berpikir lurus, kepalaku pusing karena tempo gerakan tuan muda rasanya semakin cepat.

"Kau terdengar seperti seorang pelacur yang memohon untuk dimasuki lebih dalam,"

Kenapa dia berkata seperti itu? Tidak, aku bukan pelacur. Aku hanya melakukan ini dengan tuan muda.

"Mmhh,"

"Nggggaaahhh,"

Tubuhku sudah sangat lemah, aku tidak lagi berdaya. Sudah lima kali aku datang sementara tuan muda belum sekalipun. Aku tahu dia alpha, tapi tidak ku sangka staminanya bisa sehebat ini.

"Ah! Fuck!"

Tubuhku masih terlonjak-lonjak bahkan sangat cepat ketika kesadaranku hampir hilang, aku tahu tuan muda akan datang kali ini.

"AH!"

Hal terakhir yang bisa ku ingat sebelum tak sadarkan diri adalah perutku yang hangat karena sesuatu mengalir ke dalam sana.

●●●

Meski belum sepenuhnya pulih, aku memaksakan diri untuk datang ke uni. Aku tidak ingin mendatangkan masalah untuk tuan besar yang sudah berbaik hati memberiku beasiswa. Beliau mungkin akan kecewa jika tahu aku sudah sering membolos dengan alasan yang tidak jelas sementara nilaiku terus menurun.

"Ketua yayasan menunggumu di ruangannya," kata seseorang yang tak ku kenali begitu kami berpapasan di lorong fakultas bisnis.

Aku menoleh untuk memastikan perkataannya. "Aku?"

"Tidak cukup menjadi omega dan seorang pelacur, apa kau juga tuli?"

Aku terkejut mendengar kalimat sinis itu datang dari seseorang yang bahkan tidak ku kenali. Tapi bagaimana ia tahu bahwa aku adalah omega? Apa maksudnya dengan kata pelacur itu? Dan kenapa ketua yayasan memanggilku?

"Apa yang sedang terjadi?"

Orang itu pergi tanpa menjawab pertanyaanku sementara langkah ku terasa semakin berat, kaki ku bahkan lebih gemetar dari sebelumnya. Tapi aku harus secepatnya mendatangi ruang ketua yayasan untuk tahu masalah apa yang sedang menantiku.

"Semoga semua baik-baik saja," bisikku pada diri sendiri sebelum melangkahkan kaki ke dalam ruangan ketua yang terasa begitu dingin.

"Silahkan duduk,"

Aku mengikuti kata-kata ketua yayasan dan diam di tempatku sementara mendapat tatapan menyelidik dari pria tua di depanku.

"Apa kau tahu kesalahan apa yang sudah kau lakukan sehingga aku memanggilmu kemari?"

Aku menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, ketua."

Jawabanku membuat ketua terlihat tidak senang, lalu ia menghadapkan laptopnya padaku dan membuatku terkejut dengan apa yang baru saja ku lihat.

"Apa ini? Kenapa anda menunjukkan video ini padaku, ketua?"

Ketua menghela napas kasar. "Kau masih berpura-pura tidak tahu?" tanya pria di depanku. "Apa kau berencana tidak akan mengakui perbuatanmu meski buktinya sudah sejelas ini?"

Beautiful NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang