05

5.8K 536 56
                                    

War's POV

Jika yang orang lain lakukan di akhir pekan adalah beristirahat, aku justru bekerja membersihkan setiap sudut apartemen tuan muda Wong. Aku tidak melakukan pekerjaan di hari senin sampai jumat karena jadwal kuliahku cukup padat, untungnya tuan muda tidak mempermasalahkan hal itu. Dia memberiku banyak kelonggaran. Tuan muda berkata, aku cukup menyiapkan sarapan dan makan malam saja untuknya. Jika ku pikirkan lagi, tuan muda adalah orang yang baik terlepas dari kebiasaannya meneriaki ku.

"Apa ini?"

Aku menemukan sebuah benda yang cukup tebal di bagian bawah lemari pakaian tuan muda. Saat ku buka ternyata benda itu adalah album foto. Ku tolehkan kepalaku ke arah kamar mandi dan bisa ku dengar suara gemericik air. Bukankah itu berarti tuan muda masih akan berada di dalam beberapa saat lagi?

"Lucu sekali," gumamku pelan. "Aaa~" aku tidak bisa menahan rasa gemas melihat seorang anak kecil yang tersenyum lebar didalam salah satu foto. Apakah anak kecil yang tampan itu adalah tuan muda?

"Bukankah kau harus meminta izin sebelum menyentuh barang orang lain?"

Aku tidak bisa berkata apapun dan berakhir hanya menunduk sambil menggigit bibir bawahku.

"Kau hanya akan diam?"

Bisa ku lihat tuan muda berjalan mendekat dan ia hanya mengenakan handuk yang di lilitkan di pinggangnya.

"M- maafkan aku, tuan muda."

Tuan muda menundukkan tubuhnya dan menarik daguku. "Jangan sentuh apapun di kamar ini tanpa persetujuanku, mengerti?"

Aku mengangguk setelah ia melempar daguku.

"Keluar, aku akan berpakaian."

●●●

"Ada apa dengan lemari pendingin yang kosong ini? Apa ibuku tidak memberimu uang belanja?" Tuan muda keluar dari kamarnya dengan kaus putih polos dan celana jeans. Aku benar-benar menyukai tampilan tuan muda yang seperti ini, ia terlihat segar dan sangat tampan.

"Apa kau mendengarku?"

Aku mengangguk. "Aku akan belanja sebentar lagi, tuan muda."

Entah kemana tuan muda akan pergi, tapi ia mengenakan sepatu dan mengambil kunci mobilnya. "Ayo," katanya sambil berjalan ke arah pintu.

Aku masih asik dengan lamunanku sampai saat tuan muda berteriak, "Hei, War?!"

"A- anda mengajakku p- pergi, tuan muda?"

"Memangnya ada orang lain lagi selain dirimu?" Aku reflek menutup mataku ketika ia berteriak lebih kencang dari sebelumnya. "Ayo, cepat!"

Aku berlari setelah mengunci pintu dan berdiri beberapa langkah di belakang tuan muda sambil mengimbangi langkah lebarnya. Dari sudut ini, aku bisa melihat betapa tampan tuan muda meski yang terlihat hanya bagian belakang tubuhnya saja. Aku banyak berpikir tentang betapa beruntungnya orang-orang yang selalu bisa menatap tuan muda di depan wajahnya sementara aku bahkan tidak pernah melihat wajahnya secara langsung meski kami tinggal serumah.

"Jangan mencoba duduk di belakang! Aku bukan supir mu!" Kata tuan muda saat aku membuka pintu belakang mobilnya.

Aku bahkan tidak pernah berpikir bahwa kami akan berada di dalam mobil yang sama dan duduk berdampingan, tapi inilah yang terjadi. Dadaku bahkan berdebar keras entah untuk alasan apa. Mungkin aku terlalu gugup.

"Kau memang payah dalam hal apapun, ya?"

Napas ku tertahan dan degupan di dadaku semakin kencang, hal-hal di sekitarku terasa lambat saat wajah tuan muda hampir tidak berjarak denganku dan mata kami bertemu. Ini pertama kalinya dalam beberapa bulan. Aku menatap matanya. Mata itu. Mata abu-abu terang itu. Aku hanya bisa mendeskripsikannya dalam satu kata, indah.

Beautiful NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang