13

4.4K 425 31
                                    

War's POV

Sudah menjadi kebiasaan baruku sejak berpindah ke rumah ini untuk duduk di halaman samping menikmati senja ditemani angin yang berhembus pelan, menyapu anakan rambutku yang halus dan menyebabkannya bergerak kesana kemari.

"War?"

Ku dengar panggilan itu, tapi aku sama sekali tidak menoleh. Tidak ada alasan pasti, aku hanya tidak ingin.

"War, ayo kita masuk. Udara semakin dingin dan kau sudah terlalu lama duduk disini," Tangan itu memegangi kedua pundakku dan meremasnya lembut. "Aku takut kau akan menggigil lagi seperti semalam."

"Aku masih ingin disini."

Terdengar helaan napas dari arah belakangku. "Baiklah, aku akan menemanimu." Katanya sebelum masuk lalu kembali lagi dengan selimut kecil di tangannya. "Ini akan menghangatkanmu," selimut halus itu membungkus tubuhku dan memberi rasa hangat yang menyenangkan.

Lama kami berdiam, hanya duduk memandang langit sampai saat suara itu memecah keheningan diantara kami.

"Kau sedang memikirkan sesuatu?"

Aku menggeleng pelan. "Tidak ada."

"Kau sangat buruk dalam hal berbohong."

Kalimat itu membuatku menoleh, "Apa sangat jelas?"

Ia mengangguk pelan dengan senyum sendu. "Sangat," katanya. "Jika terlalu berat, bagilah denganku apa yang ada di kepalamu. Aku siap mendengarkan, mungkin juga memberi beberapa solusi jika aku bisa. Tidak perlu khawatir soal Prom karena aku pandai berbohong. Tak akan ku ceritakan apapun padanya,"

Ku pegang erat liontin di dadaku sebelum menoleh lagi ke arah Benz yang masih menungguku. Meski ragu, namun tatapan itu membuatku mempertimbangkan kalimatnya yang terdengar menggiurkan. Bisakah aku bercerita sedikit padanya?

"Ada sesuatu tentang Yin yang mengganggumu?"

Sepertinya Benz bisa membaca pikiranku. Tebakannya benar-benar sesuai dengan apa yang ada di kepalaku. "Hn-mmh," gumamku pelan, entah ia bisa mendengarnya atau tidak.

"Apa kau merindukannya?" tanya Benz. "Kita bisa datang besok untuk melihat Yin dan Prom pasti akan sangat setuju dengan ide itu karena selama beberapa hari ini ia sedang kesulitan mencari alasan untuk datang."

Aku menggeleng sebelum menjawab. "Bagaimana mungkin aku datang ke villa tuan muda dan mengatakan bahwa aku merindukannya?"

"War-"

"Bukankah tindakan itu terlalu tidak tahu diri untuk seseorang yang telah dibuang?" Aku tersenyum miris.

Benz mendekat dan memegang kedua tanganku yang sangat dingin. "Itukah yang selama ini kau pikirkan tentang Yin? Bahwa dia telah membuangmu?"

"Tuan muda bahkan mengatakan di depan wajahku bahwa kami bukan mate, lalu dia mengirimku pergi. Apalagi sebutan untuk itu jika bukan dibuang?" kedua alisku terangkat, menunggu Benz membenarkan ucapanku.

"War, kenapa kau berpikir seperti itu? Tidak tahukah kau bahwa Yin melakukan semua ini untukmu?"

"Untukku?" aku tertawa kecil. "Jangan konyol, Benz."

"War.. aku akan bertanya satu hal padamu sebelum ku katakan semua yang ku tahu," Benz menatapku serius. "Apa alasanmu memilih untuk menetap bersama kami dan bukannya Bever?"

"Bukankah sudah jelas bahwa aku tidak mungkin tinggal bersama dengan pria yang bukan mate ku?" jawabku. "Aku tidaklah sehina yang tuan muda pikirkan. Aku tidak mungkin tinggal bersama Bever,"

Beautiful NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang