12

4.4K 469 54
                                    

Yin's POV

"Hn, sampai besok.."

Aku menutup panggilan dari sahabatku, Prom, setelah ia memberiku nasihat panjang tentang ini dan itu. Lucu mendengarnya mengatakan hal-hal seperti ia adalah kakak laki-lakiku meski pada kenyataannya usia kami sama.

Tapi selain nasihat, hari ini Prom juga menceritakan hari dimana War mengutuk dirinya sendiri sambil menangis dan meraung ketika aku terbaring koma. Prom bilang itu adalah tangis keputusasaan War. Sahabatku itu sering melihatnya menangis, katanya. Tapi tak pernah ia melihat tangisan itu sebelumnya.

"Hari itu, ia benar-benar berada di puncak penderitaan.." kata Prom.

Dan saat itu juga Prom memutuskan untuk membawa War dengan segala kecambuk di dalam hatinya berikut aku yang terbaring koma, ke villa ku di pulau yang jauh dari jangkauan siapapun. Prom beranggapan bahwa War harus menata hatinya sebelum memulai apapun. Tapi apakah akan semudah itu? Aku yakin, tidak.

"Tuan muda, makan malam anda sudah siap." Suran memecah lamunanku dan berjalan mendekat. "Anda ingin makan di dalam kamar atau di meja makan?"

Ku tutup buku di pangkuanku sebelum meletakkannya bersama ponsel yang baru ku gunakan ke nakas samping tempat tidurku. "Aku akan makan di meja makan, seperti biasa."

Lalu Suran membantuku untuk duduk diatas kursi roda sebelum mengantarku ke meja makan. Tapi Suran berhenti dan menatapku ketika ia melihat War duduk disana, di meja makan setelah selama beberapa minggu enggan keluar dari kamarnya bahkan tidak bicada pada siapapun.

"Suran, bawa aku mendekat," perintahku.

"Baik, tuan muda."

Suran mendorong ku lebih dekat dengan meja makan dan menyiapkan segala sesuatunya sementara aku mencuri pandang pada War yang duduk tertunduk.

"Um, aku akan pergi.. Silahkan nikmati makan malamnya," Suran beranjak ragu-ragu, meninggalkanku berdua bersama War yang sedang bergerak pelan memindahkan makanan dari piring ke dalam mulutnya.

"Selamat makan, War.."

Aku tersenyun simpul begitu War kembali berfokus pada makanannya setelah sempat diam karena ucapanku. Tidak ada yang membuatku lebih bahagia daripada ini. Melihat War dari jarak sedekat ini adalah momen langka setelah malam itu, setelah aku jatuh dari tempat tidurku sementara War berlari menjauh karena rasa takutnya.

Setelah kejidan itu, aku menghubungi Prom dan meminta saran darinya. Dan Prom menyuruhku agar memberinya waktu untuk menerima keadaan ini dengan perlahan, aku melakukannya. Prom percaya semua hanya butuh waktu sampai War akan datang lagi padaku dan aku mencoba mempercayai itu.

"Makanlah ini," ku letakkan sepotong daging diatas piring War. "Kau butuh banyak nutrisi."

"Hm," gumaman itu diikuti senyum kecil yang membuatku yakin bahwa War sudah mulai luluh padaku.

Aku tahu ini masih terlalu dini untuk percaya diri, tapi aku tidak bisa menutupi rasa senangku. Berapa banyak pun waktu yang War butuhkan untuk menerimaku, aku hanya akan menunggunya.

"Aku sudah selesai," War bangkit dan pergi sebelum aku menghentikan langkahnya.

"War?" Aku menahan napas sebelum berkata, "Bisakah kau membantuku kembali ke kamar?"

War berbalik, mata itu bergerak-gerak gelisah sementara kedua tangannya saling menekan satu sama lain.

"Jika kau lelah, tidak apa-apa." Aku tersenyum begitu War menatapku. "Aku akan meminta bantuan Suran seperti biasa."

Dengan langkah ragu, War mendekat. Aku tahu tangannya gemetaran, aku bisa melihatnya dengan jelas tapi aku sungguh ingin berada di dekat War sebetar lagi. Aku ingin mencium aroma tubuhnya sedikit lagi, aku merindukannya. Tapi jarak ruang makan dengan kamar ku sangatlah dekat hingga dorongan War berhenti tepat di depan pintu kamarku.

Beautiful NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang