08

5K 519 47
                                    

Yin's POV

Setelah War dibawa pergi oleh bodyguard ibu, kami semua berkumpul di ruang tengah atas perintah ayah. Sudah sepuluh menit berlalu, tapi tak ada satupun dari kami yang bersuara. Aura gelap menyelimuti ruang tengah, rasanya begitu tenang dan mencekam. Feromon ayah, yang terkuat diantara kami menguar memenuhi ruangan. Ayah seolah sedang menunjukkan bahwa ia adalah orang yang paling berkuasa dan kuat diantara semua anggota keluarga.

"Aku hanya akan bertanya satu kali," semua orang menaruh perhatian ketika ayah mulai bicara. "Dan kau harus menjawab dengan jujur."

Ayah memang tidak secara langsung menyebut namaku, ia bahkan hanya menatap lurus ke depan, bukan ke arahku. Tapi entah bagaimana aku tahu pertanyaan yang akan ia lontarkan selanjutnya ditujukan padaku.

"Apa benar yang War katakan?"

Aku terkesiap mendengar pertanyaan itu. "Ayah.. Aku-"

"Katakan apa benar kau sudah menidurinya?"

Mata semua orang mengarah padaku. Aku merasa seperti seseorang yang sedang tersudut atas sebuah kesalahan besar. Tapi pada kenyataannya yang ku lakukan hanya memperkosa omega rendahan itu, lalu apa masalahnya? Ia bahkan hanya seorang budak di rumah ini.

"Anan Wong jawab aku!"

Aku menarik napas panjang sebelum menjawab, "Aku tidak menidurinya, aku memperkosanya."

Kepalaku tertoleh ke arah kiri dan pipi kananku terasa kebas. Aku tidak ingin mempercayai apa yang baru saja terjadi, tapi ayah benar-benar menamparku.

"Ayah?" Ku pegangi pipiku yang terasa panas sementara mataku menatap ayah dengan amarah yang berkumpul di dada.

Kerah ku di tarik paksa. "Apa kau sudah kahilangan akal?" Dari jarak sedekat ini aku bisa melihat amarah di mata ayahku. Ini bukan seperti ayah yang ku kenal yang selalu bisa menjaga emosinya. "Dimana kau letakkan pikiranmu, hah?!"

"Aku tidak mengerti dimana letak kesalahanku?"

Aku mungkin sudah babak belur di tangan ayah jika kedua kakakku tidak mencoba melindungiku dan menahan amarah ayah yang semakin menjadi.

"Ayah, tenanglah. Biarkan aku yang bicara pada adikku,"

Aku mencoba memahami situasi ini dan juga kemarahan ayah, tapi aku tetap tidak mengerti. Apa yang salah?

"Katakan, apa kau menyentuhnya saat rut-mu datang- tidak.. apa saat itu War sedang dalam masa heat?" tanya kakak pertamaku.

Aku menggeleng. "Bagaimana aku tahu apakah War dalam masa heat atau tidak? Saat pertama memperkosanya, aku bahkan tidak tahu kalau dia adalah seorang omega."

"Apa maksud dari kalimat itu?" tanya kakak keduaku. "Apa kau memperkosanya lebih dari satu kali?"

Aku mengangguk.

"Kau.." kakak pertama menatapku tidak percaya. "Kau benar-benar.." ia kehilangan kata-kata dan menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Yin harus segera mating." Aku menahan napas mendengar kalimat ayah. "Yan, Jay, kalian urus masalah ini dan temui keluarga Nene." Itu adalah kalimat terakhir ayah sebelum pergi meninggalkan rumah diikuti ibu dan kedua kakakku.

●●●

Kaki ku bergerak beriringan dengan kedua tangan yang terus memberi pukulan keras pada sasak di depanku. Meski keringat bercucuran dan membasahi dada telanjangku, aku tidak ingin berhenti, setidaknya sampai rasa kesal ku hilang.

"Aku menyerah," kata Prom yang kemudian terduduk sambil menopang tubuh dengan kedua tangannya. "Aku bisa mati kehabisan napas jika terus mengikuti gerakanmu."

Beautiful NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang