10 - 2

4.9K 502 41
                                    

Yin's POV

Aku menarik diri ketika mata berair War tertutup sementara darah segar mengalir deras dari bagian bawahnya.

"War!" Ku guncang tubuh War, tapi dia tidak bergerak. "War!!"

Aku tidak tahu apa yang terjadi dan aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Bercak darah di tempat tidur semakin meluas meski mata War terpejam.

"Please.."

Ku ambil ponsel di kamar dan segera ku hubungi seseorang yang mungkin bisa membantu. "Prom!" Suara dan tanganku sama-sama bergetar ketika panggilan telepon itu diangkat oleh sahabatku. "Prom- War.. Tidak, maksudku.. darah-"

"Yin? Ada apa?" tanya Prom dari seberang telepon.

"Darah.. Prom- darah War.."

Aku tidak lagi kuat menahan telepon di genggamanku hingga benda itu jatuh. Aku berjalan kesana kemari memikirkan apa yang harus ku lakukan sambil menarik rambutku frustasi.

"Brengsek!"

Sebuah tinju melayang ke jendela kamarku dan kaca kokoh itu berubah menjadi serpihan setelahnya. Aku benar-benar frustasi. Aku tidak tahu apa yang harus ku perbuat sampai saat Prom datang dan membawa War pergi.

"Tetaplah disini," kata Prom sebelum meninggalkanku sendiri. "Aku akan menjaganya untukmu."

●●●

Aku merasakan panas dan sakit di sekujur tubuhku. Ini bukan sakit seperti saat kau menahan hasrat ketika rut-mu datang, rasa sakitnya lebih dari itu, lebih dari yang bisa orang lain bayangkan. Rasa sakit ini sepertinya datang dari War. Karena kini kami terikat, maka rasa sakit War, sekalipun ia dalam keadaan tidak sadar akan berdampak padaku.

"Arghh!!"

Aku melampiaskan rasa sakit yang ku alami dengan memecahkan seluruh barang yang ada di sekitarku, termasuk kaca jendela.

"War!!"

Aku tahu, malam ini tidak akan ku lewati dengan mudah. Aku tahu rasa sakit ini akan bertahan sampai besok dan itulah mengapa Prom mencegahku pergi, karena ia tahu ini akan terjadi.

"Breng- sseekkk!!"

●●●

Saat Prom datang, aku masih terkapar di lantai dengan pakaian yang sama, yang ku kenakan tiga hari lalu ketika ia membawa War pergi. Ku rasa Prom muak, karena ia hanya memandang jengah ke arahku sambil berkacak pinggang dan mengusap kasar wajahnya sendiri sebelum mengangkatku ke atas tempat tidur.

"Bocah tolol," gumam Prom. "Kau pikir apa yang sedang kau lakukan disini?"

Aku tidak menjawab pertanyaan Prom. "Apa dia baik-baik saja?"

Prom mendecak tidak senang. "Kau pikir setelah memperkosanya seperti itu dia akan baik-baik saja?" Prom bangkit dari duduknya. "Aku tidak mengerti setan apa yang merasukimu sampai kau berbuat seperti itu? Bukankah beberapa minggu lalu kau mengatakan akan berubah untuknya?"

"War.. dia menyulut emosiku," balasku. "Dia mengatakan tepat di depan wajahku bahwa dia mencintai Bever,"

"Bajingan ini!" Prom terlihat memijat ringan lehernya. "Wah, aku benar-benar bisa gila!"

"Lalu bagaimana keadaan War?" ku ulangi pertanyaan yang belum Prom jawab. "Bisakah aku menemuinya sekarang?"

Prom mengangguk. "Berjanjilah kau tidak akan mengacau meski menemui hal yang tidak menyenangkan disana," ancam Prom. "Hoi? Berjanjilah!" kata Prom yang melihatku hanya diam.

Beautiful NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang