Yin's POV
Dengan mata yang masih terpejam sementara kesadaran belum sepenuhnya terkumpul, aku meraba tempat disampingku yang terasa kosong, mencari seseorang yang sebelumnya berbaring disana.
"War?"
Setelah membuka mata dan mendapatkan sepenuhnya kesadaran, aku terbangun dari tempat tidur, mencari ke setiap sudut villa tapi aku tidak bisa menemukan War dimana pun.
"War?!"
Aku dibuat menoleh ke arah belakang ketika pintu kamar mandi di lantai bawah terbuka dan begitu War muncul dari sana, aku bergerak cepat ke arahnya, mendorong tubuhnya dengan keras dan mencekik lehernya.
"Apa kau tuli, hah?!"
War terlihat kesulitan bernapas dan mencoba melepaskan tanganku dari lehernya. "Tu- agh! Lepashh-"
Aku melepaskan War ketika ku lihat cincin di jari manisnya. Belum pernah ku lihat cincin itu sebelumnya. Apakah itu cincin tanda mating? Mungkinkah Bever yang memberikannya?
"Kau sudah mating?"
War tidak menjawabku, dia hanya memegangi lehernya dengan satu tangan dan menyembunyikan tangan lain yang menggunakan cincin di belakang punggungnya.
●●●
Perjalanan ku dari kota menuju villa yang ku beli di pulau terpencil beberapa bulan lalu memakan waktu kurang dari tiga jam. Aku mengendarai speedboat ku sendiri. Tentu saja aku harus melakukannya, karena tidak boleh ada seorang pun yang tahu dimana letak villa yang aku dan War tinggali kecuali seorang maid yang bekerja untuk kami.
Aku masuk ke dalam villa setelah turun dari speedboat yang sudah tersandar di pinggir pantai. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanyaku pada seseorang yang mencoba membuang makanan ke dalam tempat sampah. "Bukankah itu makan siang War?"
"T- tuan muda," maid bernama Sina itu terkejut hingga menjatuhkan piring di tangannya. "An- anda kembali lebih cepat hari ini?"
Deripada menjawab sapaan yang hanya basa-basi itu, aku lebih memilih meletakkan kantung belanja ditanganku ke atas meja dan menghampiri Sina. "Apa selalu seperti ini?" tanyaku, menuntut penjelasan Sina.
"Tuan muda, maafkan saya.."
Kalimat itu sudah cukup untukku menyimpulkan apa yang terjadi. Rupanya omega sialan itu selalu menolak untuk makan, itulah sebab mengapa tubuhnya menjadi begitu kurus akhir-akhir ini.
"Siapkan makanan baru untuk War,"
Sina melakukan apa yang ku perintahkan sesaat setelah ia membersihkan kekacauan yang terjadi.
"Letakkan itu di meja," kataku pada Sina yang sudah siap dengan nampan berisi makanan di tangannya. "Aku yang akan membawanya naik,"
"Tapi, tuan muda-"
"Kau bisa pulang lebih awal hari ini," kataku sebelum naik ke kamar War.
●●●
Aku disambut kalimat penolakan begitu membuka pintu. War mungkin tidak tahu jika yang datang adalah aku dan bukannya Sina karena kini War sedang terduduk di pinggir ranjangnya sambil memandang laut yang berada di balik jendela.
"Harus berapa kali ku katakan bahwa aku tidak akan makan, Sina. Jadi bawa makanan itu keluar."
"Kau menikmati waktumu saat memerintah orang lain?"
War membalik badan dan nampak terkejut. Ia terus menatapku yang mendekat padanya dengan tatapan awas.
"Makanlah," kataku setelah meletakkan nampan yang ku bawa ke atas nakas disamping tempat tidur. "Jika kau tidak menyukai apa yang Sina sajikan, setidaknya besok beritahu dia apa yang ingin kau makan. Tapi hari ini makanlah makanan itu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Nightmare
FanfictionYin-War Omegaverse 🔞🔞🔞 Disclaimer: mengandung kekerasan verbal, fisik dan seksual.