| 33 |

1.4K 216 9
                                    

Maaf baru update, kemaren lupa hehe. Happy reading!

🍁

Liburan akhir semester pun tiba. Jujur aja kalo gue sangat bahagia karena Papa pulang dari Jepang. Entah itu besok, lusa, atau minggu depan, gue akan terus menunggu kedatangan beliau. Sekarang ini Mama sedang traveling bersama Mami dan Bunda. Tebak kemana?

Keliling Eropa.

Gue dan Alisha sampai nangis-nangis karena nggak diajak. Keliling Eropa adalah salah satu impian gue dan Shasha dari kecil. Suasananya yang tampak ramai, pemandangan yang luar biasa, dan kulinernya yang menggugah selera.

Alisha semakin menekuk wajahnya saat mendengar kabar kalau gue diajak Kak Jae berlibur ke Bali. Felix—pacar Alisha—sudah pulang ke rumah neneknya di Australia.

"Emang gue nggak boleh ikut? Kan kalo cuma berdua nanti yang ketiganya setan." Alisha memandang gue dengan melas, bahkan ia sampai memegangi jemari gue.

Gue tersenyum simpul. "Bukannya malah enak?"

"EH LO—SUMPAH GUE BILANGIN MAMA!" pekik Alisha.

Gue menoyor kepalanya pelan. "Mikir lah! Gue juga mentok-mentok cuma pelukan kali? Emang lo?!"

"Udah lah. Pokoknya gue mau ikut!" Alisha tetap kekeh dengan keinginannya. Ia ingin menelepon Bang Brian, tapi diurungkan ketika gue membuka suara.

"Gu–gue bareng anak enam hari dan ada kemungkinan mereka bawa ceweknya."

Alisha memandang gue iri. "Enak juga lo jadi pacarnya Kak Jae."

"Your head! Lo nggak tau aja dukanya jadi pacar Kak Jae!" sergah gue.

Alisha menganggukkan kepalanya sok mengerti. "Yaudah gue nitip oleh-oleh aja..."

🍁🍁

Kita berangkat dengan menaiki pesawat pada pukul sepuluh pagi. Kita hampir ketinggalan pesawat karena ulah Kak Dowoon. Bisa-bisanya ia lupa kalau kita berangkat hari ini pukul sepuluh. Untungnya, ia sudah packing.

Kak Sungjin dan Bang Brian pergi sendiri karena pacar mereka punya urusan yang lebih penting. Gue sedikit terkejut saat mengetahui kalau Kak Sungjin udah punya pacar. Nggak keliatan dan nggak pernah denger padahal cowok gue suka tau informasi yang sedikit nggak penting.

Gue nggak perlu merasa takut nggak nyambung sama obrolan anak enam hari karena ada Sowon dan Kak Sana—pacar Kak Wonpil—yang enak diajak ngobrol. Bener-bener dari turun pesawat sampai di perjalanan menuju villa, Kak Jae nempel terus sama gue.

Dua jam perjalanan memang waktu yang cukup singkat, tapi sukses membuat kita lapar. Akhirnya kita memilih untuk mencari makan di sekitar villa. Sebelumnya juga kita sudah menaruh barang bawaan di villa.

"Mau makan apa, Won?" Gue mempercepat langkah untuk menghampiri Sowon.

"Ngikut aja gue mah," kata Sowoon santai kemudian mengamit lengan Kak Dowoon.

Langkah Kak Sungjin terhenti. Ia memandangi teman-temannya. "Guys, pada suka seafood nggak?"

"Gas lah!" sahut Bang Brian semangat.

Gue menoleh ke arah samping dan mendapati Kak Jae dengan wajah yang tertekuk. Gue menarik-narik kaosnya pelan. "Kak Jae kenapa? Nggak suka seafood?"

"Bukan..." Kak Jae mendekatkan wajahnya ke telinga gue kemudian berbisik, "... Dompet aku ketinggalan."

Gue tertawa kecil. Kak Jae malah semakin menekuk wajahnya. Gue menepuk lengannya pelan. "Santai aja, Kak. Pake uang aku aja dulu."

"Aku makannya banyak. Beneran nggak apa-apa?" tanya Kak Jae.

"Boleh. Udah nggak usah sedih gitu, makin mirip ayam." Gue terkekeh kemudian menarik tangan Kak Jae agar berjalan lebih cepat.

Setelah makan-makan, kita pulang ke villa. Acaranya bebas sampai nanti sekitar jam lima. Kita berencana mau melihat sunset di pantai. Sekarang saatnya pembagian kamar. Daritadi kopernya cuma ditaruh di ruang tamu.

"Gua sebenernya males banget ya pas pembagian kamar..." Kak Sungjin melanjutkan, "... Pasti ada yang mau request biar sekamar."

Bang Brian melirik Kak Wonpil. "Pil, emang lo mau sekamar sama siapa?"

"Ya ceweknya lah, Bri. Masa sama gua?!" sergah Kak Jae.

Kak Wonpil senyum. "Sebenernya gua tadi maunya sekamar sama Dowoon, tapi Dowoonnya nggak mau."

"Kampret! Kok bawa-bawa gua?! Kak Dowoon memandang Kak Wonpil dengan marah.

"Udah lah kita acak aja," saran gue yang sudah lelah melihat pertengkaran yang nggak penting ini.

"Gua sama Sowon ya." Kak Dowoon merangkul Sowon kemudian menggeret kopernya masuk ke salah satu kamar.

"Sialan banget itu bocah!" Bang Brian memandang pintu kamar mereka dengan marah sambil mengepalkan tangannya.

"Pil, kita mau sekamar juga?" tanya Kak Sana.

Kak Wonpil menatap Kak Sungjin. "Boleh nggak bro?"

Kak Sungjin menghela napas. "Yaudah. Kalo ada apa-apa ditanggung sendiri ya."

"ASIK!" Kak Wonpil melompat-lompat kegirangan. Ia dan Kak Sana menggeret kopernya ke kamar mereka.

Di ruang tamu ini tinggal tersisa gue, Kak Jae, Kak Sungjin, dan Bang Brian. Kak Sungjin memandang gue dan Kak Jae secara bergantian. Bang Brian udah cuek aja karena tau hasilnya akan sama.

"Bang Bri, mau sekamar sama gue nggak?" tanya gue pelan.

"KOK SAMA BRIAN?!" Kak Jae protes sambil menatap gue.

"Asik! Mau dong, Le. Nanti kita kerjain Jisung." Bang Brian cengar-cengir kemudian kita tosan.

"Bri, udah sih ngalah sama gua." Kak Jae memandang Bang Brian dengan penuh harap.

"Iya dah, Bri. Nanti dia berisik banget kalo nggak diturutin," timpal Kak Sungjin.

"Kak, aku kalo tidur tuh jelek! Nanti—

Kak Jae momotong ucapan gue. "Le, aku juga kalo tidur merem kali? Siapa juga yang bilang kamu jelek? Lagi ngantuk apa gimana dia?"

"Bri, ayo kita masuk ke kamar. Disini malah jadi saksi perbucinan Jae Alesha." Kak Sungjin mendorong-dorong tubuh Bang Brian.

Bang Brian menoleh pada Kak Jae. "Awas lo macem-macem! Abis lo sama gua, Jae!"

"Takut banget nih, Bri!" ledek Kak Jae.

Gue terkekeh. "Parah lo!"

Gue dan Kak Jae masuk ke kamar yang ternyata kasurnya besar. Cocok banget untuk kaum rebahan kaya gue. Kak Jae lompat ke kasur kemudian merebahkan badannya yang kurus. Gue yang melihatnya cuma bisa geleng-geleng kepala. Gue memilih untuk cuci kaki di kamar mandi kemudian duduk di tepi kasur.

"Le, nanti bangunin ya. Mau tidur bentar aja," titah Kak Jae.

Gue berdecak. "Emang situ doang yang mau tidur?"

"Nanti kalo ditinggal gimana? Kita kan sama-sama kaum rebahan."

Gue merotasikan kedua mata. "Terserah."

Sedetik kemudian Kak Jae memejamkan matanya. Ia benar-benar terlelap. Tadi sempet gue gangguin, tapi ia tidak bergerak sedikit pun. Bosan. Gue pun keluar kamar dan duduk di sofa. Gue memandang satu per satu pintu kamar yang ditempati. Mau main sama Sowon, tapi takut ganggu. Mau rusuhin Kak Wonpil, tapi takut dimarahin Kak Sana.

Pintu kamar yang ditempati Kak Sungjin dan Bang Brian terbuka. Mereka keluar kamar sambil membawa cemilan yang entah kapan dibelinya. Kak Sungjin duduk di sebelah gue. Ia menawarkan keripik kentang yang tentu saja gue terima.

"Mana cowok lo?" tanya Kak Sungjin.

"Tidur. Padahal biasanya yang suka tidur kan Bang Bri." Gue melirik Bang Brian yang sedang asyik memakan cemilan.

"Gua terus yang jadi kambing hitam!" protes Bang Brian.

"Kenyataannya emang gitu, Bri." Kak Sungjin menepuk pundak Bang Brian kemudian pergi ke kamarnya.

🍁

Chasing You [Jae Day6] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang