Langit sedikit mendung, tapi hal itu tidak menyurutkan semangat gue untuk pergi ke rumah Kak Wendy. Podcastnya akan dilakukan di ruangan yang sudah disediakan. Wah, pasti keren deh rumahnya.
Gue berangkat dianterin sama Alisha yang tumben banget baik. Bener-bener dia cuma pake hoodie sama celana pendek dan belum mandi.
"Tumben banget?" heran gue sambil melihat Alisha yang memakai seat belt.
"Mau jadi kembaran dan kakak yang baik buat lo," jawabnya.
"Idih, kenapa lo? Aneh banget?" Gue memandang Alisha dengan tatapan aneh.
Alisha menjalankan mobilnya, "Sorry ya Le, gue waktu itu juga denger."
"Denger apa?" tanya gue bingung.
"Obrolan Papa Mama yang abis itu lo mau charge laptop," jawab Alisha.
"Oh..." Gue melanjutkan, "... Yaudah sih nggak usah dipikirin. Papa udah dapet proyek gede juga kan?"
Alisha melirik gue, "Then tell me, kenapa lo suka nyanyi di cafe?"
Gue menghela napas, "Awalnya mah iseng aja, tapi setelah denger itu ya uangnya gue tabung buat bayar kuliah. Lumayan buat jajan, Sha."
"Sorry ya, secara nggak langsung itu karna gue. Maaf banget gue ngerepotin kalian semua karna bercita-cita jadi dokter–
Gue mengusap pundak Alisha, "Hey, that's not your fault. Semua orang berhak punya cita-cita. Cita-cita lo mulia banget, Sha. Gue bangga jadi kembaran lo."
"Le, beneran ini mah gue mau nangis," bisik Alisha.
"Kuat nyetir nggak? Tukeran aja deh. Gue masih mau hidup, belum jadi pacarnya Kak Jae soalnya," tawar gue.
Alisha tertawa, "Hahaha ternyata belom ditembak juga. Kasian banget sih? Le, tinggalin aja apa dia main-main doang itu mah."
Gue mengangkat jari jempol, telunjuk, dan kelingking secara bersamaan, "Lo tau artinya nggak?"
Alisha melirik gue sekilas, "Tau! Metal kan?"
Gue menggeleng, "Selain metal ada nggak?"
"Bahasa isyaratnya i love you, Le," jawab Alisha santai.
"HAHH?!" pekik gue.
"Makanya gue kira lo sama Kak Jae udah pacaran. Asal lo tau aja gue kemaren sampe berdiskusi sama Jisung. Demi lo tuh!" kata Alisha kemudian menyisir rambutnya dengan jari.
Gue terkekeh, "Udah akur sama Jisung?"
"NGGAK LAH!" bantah Alisha dengan tegas.
Setelah gue sampai di depan rumah Kak Wendy, gue meneleponnya. Tak lama kemudian, Kak Wendy datang dan membukakan pintu gerbang. Setelah gue masuk barulah Alisha pulang.
Rumah Kak Wendy ini tipe-tipe yang dari luar kecil ternyata di dalemnya lumayan luas. Ada aquarium juga. Kak Wendy langsung mengajak gue ke ruangan kita buat podcast.
"Hai, aku Wendy! Rumah aku susah nggak dicarinya?" sapa Kak Wendy ramah banget.
Gue senyum, "Haii, Kak Wendy. Aku Ale. Rumahnya gampang kok dicarinya hehe."
"Glad to hear that! Anyway, nama kamu lucu," puji Kak Wendy.
Gue terkekeh, "Biasa aja tau, Kak? Nama aku Alesha."
"Mau mulai sekarang atau makan dulu?" tanya Kak Wendy.
"Sekarang aja, Kak. Soalnya biar enak nanti makannya hehe." Gue cengar-cengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [Jae Day6] ✓
أدب الهواةTipe idaman Alesha: Anak band, tinggi, pake kacamata. "Coy, itu siapa namanya?" "Bang Jae." Oh jadi namanya Kak Jae.