| 37 |

1.2K 180 14
                                    

Happy reading guys! Sorry updatenya agak ngaret dari biasanya.

🍁

Gue belum tidur dari semalem. Gue ingin membuka kotak dari Kak Jae, tapi ragu dan takut. Takut kalo isinya nggak sesuai harapan gue. Takut kalo isinya malah membuat gue semakin sedih.

Setelah melewati perdebatan pikiran yang panjang, akhirnya gue berjalan menuju meja belajar untuk mengambil kotak yang ukurannya cukup kecil. Bahkan gue bertanya-tanya kotak sekecil itu bisa diisi apa.

Kalung.

Kotak itu berisi kalung dengan model sederhana, tapi gue tau kalau harganya nggak murah. Gue bisa tau karena Alisha sering minta kalung ini sama gue. Kak Jae beneran nggak main-main kalau memberi sesuatu. Oh, ternyata ada suratnya.

Hi, Alesha

Gua nggak tau lo akan suka hadiah ini atau nggak. Dipake ya, Le? Anggap aja kalung itu adalah gua. Setidaknya itu bisa nemenin lo kemana-mana kan? Gila, gua lebay banget?

I know this is hard for you, for us. I hope that you'll always be happy. Stay healthy because I can't be there for you. I'm happy because I could be your man for a year. Hopefully we can meet again some day with a better version of us. Don't miss me. Don't cry again, please.
I love you, Alesha. I always do.

Yours, Jae.

Gue meletakkan kalung ke dalam kotaknya kemudian gue simpan di dalam laci. Kalau seperti ini ceritanya, bagaimana caranya gue bisa move on? Gue bahkan nggak memberi Kak Jae hadiah. Gue jadi nggak enak.

Gue berbaring sambil mencoba memejamkan kedua mata yang terasa berat. Alarm di ponsel gue berbunyi. Gue mematikan dengan rasa kesal kemudian melemparnya ke kasur.

"ALESHA BANGUN! PLEASE INI MAH PENTING BANGET!" Alisha berteriak dari luar kamar.

Kemungkinan besar Shasha sudah tau kalau gue putus sama Kak Jae.

Tak kunjung mendapat sahutan dari gue, Alisha masuk ke kamar gue. Ia berlari menghampiri gue yang pura-pura tidur. Alisha menggoyangkan tubuh gue dengan semangat.

"Apaan sih?" sahut gue pada akhirnya.

"Kak Jae semalem buat instastory, Le. Dia mau kemana deh kok naik pesawat?" Alisha melirik gue curiga. "Ini juga kok ada tulisan 'au revoir' sih?"

Gue kembali berbaring dan menarik selimut. "Putus."

Alisha menarik selimut gue dengan paksa. "Kok bisa?"

"Nggak tau ah males. Tuh di laci gue ada kalung yang lo suka. Ambil aja, gue males pake gituan." Gue menutupi wajah dengan bantal kemudian memejamkan mata.

Alisha malah terkekeh. "Keren banget lo dapet kalung mahal, kirain Kak Jae pelit. Mainnya ke mekdi terus sih hehe."

Gue berdecak. "Gue emang nggak pernah minta, Sha. Ngapain juga kan? Gue nggak butuh. Terus kalo putus kaya gini, emang kita tau kalo dia selama ini ikhlas beliin buat kita?"

"Nggak usah nyindir gue juga kali, Sist." Alisha mendengus kesal.

Setelah puas tertidur selama beberapa jam, gue bangun pukul dua belas siang. Tiba-tiba gue teringat kalau ada janji sama Mama. Gue cuci muka kemudian keluar kamar.

Begitu gue menutup pintu, Alisha dan Mama langsung memandang gue. Mereka geleng-geleng kepala sambil tepuk tangan. Gue memasang tampang bingung dan mulai menuruni anak tangga.

Chasing You [Jae Day6] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang