[23]

846 139 7
                                    

[23] Ngambek

Sehun sudah sampai di rumah Lisa beberapa menit lalu tapi gadis itu tak kunjung keluar. Pesan yang dia kirimkan bahkan tak kunjung terbalaskan, memang gadis ini kenapa lagi sih?, apa iya masih ngambek karena kejadian semalam?. Memang perkataannya seburuk apa sampai cewek itu jadi sakit hati begini?.

Cowok itu mengerang, okay, usahanya bangun pagi memang tidak membuat Lisa menunggunya. Tapi malah membuatnya menunggu cewek itu.

"Ahhh, kenapa cewek harus gak jelas gini sih?", ucapnya kesal, membuatnya segera turun dari mobil namun segera kembali masuk begitu Lisa terlihat keluar dari pintu rumahnya.

Gadis itu terlihat sama, masih setia dengan poni juga senyum manis begitu dia menyapa kucing liar yang ada di rumahnya tadi. Perlakuan sederhana, tapi entah kenapa malah membuat dirinya semakin terlihat mempesona.

Lisa masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara, dia masih sibuk memainkan handphonenya sambil beberapa kali tertawa.

"Lis..", ucap cowok itu pelan, dan Lisa tidak menoleh padanya. Lihat, betapa arogannya gadis ini. "Lo masih marah?"

Lisa menghembuskan nafas pelan, kali ini melepaskan handphonenya. Baiklah, sekuat apapun dia mencoba, dia tidak akan bisa membiarkan wajah layu Sehun.

Cewek itu mengambil kotak bekal di dalam tasnya. "Nih"

"Apa ini?"

"Bom"

Sehun mengerenyit. "Lo buat bom?"

Lisa mendecak. "Bukan, Roti isi", jawabnya pelan. "Rose bilang lo gak sarapan sebelum ini karena takut telat jemput gue".

Sehun mengangguk, tersenyum begitu saja melihat tingkah gadis di sampingnya. Walaupun wajahnya tak kunjung menatap wajah cowok itu, kelakuannya malah membuat Sehun semakin gemas.

"Apa sekarang?, Ice Girl Lisa?", kekehnya. Cowok itu membuka kotak bekal berwarna biru itu kemudian menyantap roti isi yang diberikan Lisa. "Kok enak?"

"Y"

"Kayak Rasa Roti"

"Hm"

Sehun tertawa lagi, kemudian kembali melahap rotinya. Setelah menghabiskan satu potong, dia segera mengendarai mobil. Takut terlambat.

"Lis...", cicitnya pelan, dan tentu saja masih tak dibalas cewek itu. "Kok roti lo isinya sama kayak gue?"

"Ha?"

"Di-KACANG-in"

Lisa menoleh mendorong pelan wajah cowok itu. "Garing. Gak lucu. Sehun bego"

"Dih, gue dapet juara 1 olim ya"

Lisa memutar bola mata bosan. "Iye, yang langsung ketemu cecan", sindirinya. "Lagian gue gak peduli, terserah".

Sehun terkekeh, kembali mengacak poni gadis itu. "Jangan begitu", ucapnya. "Kalau gue sukanya sama Rachel, gue gak bakalan nghabisin bensin cuman buat jemput lo".

Lisa melotot, kemudian menangkis tangan cowok itu. "Oh gak ikhlas?, ayo mampir ke SPBU, gue beliin lo bensin, sekalian buat lo minumin tiap hari".

"Lah, ntar gue sakit"

"Lo kira gue peduli?"

Sehun mengangguk santai. "Kalau gue sakit, yang sakitin lo siapa?"

Lisa terkekeh pelan. Namun segera kembali mengontrol ekspresinya. "Idih, lo sakit-sakit aja sana, gak peduli gue".

"Oh, gak peduli?"

Lisa mengangguk mantap. "Gue mau suka sama cowok lain, ngapaiin sama lo"

Sehun terkekeh. "Siapa yang mau sama lo?"

Lisa melotot, dan kembali mendorong kepala cowok. "Lo gak liat tiap semester banyak yang ngantri pengen ketemu gue?"

"Idih, itu mah pendaftaran"

Lisa memutar bola mata bosan. "Gue kirimin surat ke pacar adek lo, juga pasti bakalan oleng ke gue".

"Adek gue lebih cantik dari lo ya", ucapnya cepat. "Lagian, gak mungkin cowoknya Rose mau sama lo"

"Emang napa?"

"Karna dia takut sama gue"

"Loh kok takut sama lo?"

"Lo kan sama gue"

"..."

"Gila"

Lisa membeku. Lagi, cowok itu mengatakan sesuatu yang tak berdasar. Mau baper takut malu, tapi Lisa gak bisa kalau gak baper. Apalagi tiap lihat muka senyumnya Sehun tadi, Lisa gak kuat.

"Kenapa diem?"

"Menurut situ?"

"Lo kira gue bisa baca pikiran lo?"

"Ga"

Sehun menghembuskan nafas pelan. "Jangan terlalu dipikirin perkataan gue", gadis itu melotot tak percaya. "Gue ngomong gitu bukan berarti minta hubungan ini dilebihin".

Lisa diam saja. Malas membalas perkataan cowok itu.

"Seperti yang udah gue bilang, gue mau buka hati ke lo", jawabnya pelan. "Tapi sebelum gue tau semua tentang lo, gue gak mau buka hati gue sepenuhnya. Takutnya lo malah bawa bom dan bunuh gue dari dalam".

Lisa menghembuskan nafas pelan. "Gue...sorry"

Sehun mengerenyit. "Napa?, kok lo jadi minta maaf?. Pensiun jadi ice girl Lisa?"

"Jangan becanda"

Sehun diam, kali ini membiarkan gadis ini menguasai pembicaraan.

"Gue beneran gak tau lo setrauma apa sama hubungan", ucapnya pelan. "Sorry, tapi Kai bocor ke gue".

"Bocor?"

"Ngasih tau"

Sehun mengerenyit. "Apa?"

"Katanya masa lalu lo sama kebencian lo sama dancer ada hubungannya".

Sehun mengangguk. "......Iya "

"Gue gak tau apa masalah lo, dan seberat apapun itu Hun". Lisa berkata pelan. "Tapi, sebobroknya gue, gue gak bakalan bikin lo malu atau nyakitin hati lo. Gue bakalan berusaha keras buat gak ngelakuiin itu, apalagi sampai bawa bom".

Sehun terkekeh pelan. "Tau gak Lis?, dia juga ngomong begitu dulu"

Lisa diam kemudian berkata. "Gue gak bakalan nyia nyiaiin usaha gue buat kirim puluhan surat itu cuman buat nyakitin lo".

"Surat mulu dibahas"

Lisa memutar bola matanya. "Lo orang pertama yang buat gue sampe muter kepala, buat gue pusing gimana caranya deket sama lo. Padahal, saat itu gue deket sama Rose tapi lo gak mandang gue". Lisa menghembuskan nafas pelan. "Gue bukan orang yang suka buang-buang tenaga Hun, sebagai cewek yang beberapa kali dikejer cowok. Gue punya ego besar buat deketin cowok lebih dulu, dan tiba-tiba lihat lo waktu nolongin anak kecil itu, gue jatuh. Sesimple itu, gue juga bingung. Kenapa first love gue malah mendarat ke cowok dingin kayak lo".

"But.. you are not my first love, Lisa"

"I'm the second and i'm okay"

"I never talk that you are the second", kekeh Sehun sembari mengelus rambut gadis itu pelan. "But... i hope so".

Lisa tertawa. "Kasih gue waktu, gue bakalan buat lo beneran suka sama gue. Dan gak perlu mikir lagi buat nembak gue".

"Lah?, pede banget". Sehun menggeleng tak percaya dengan ungkapan percaya diri gadis di sampingnya ini. "Lo kali yang pertama kali bilang suka ke gue".

"Iye, tapi gue gak pernah nembak".

"Ehm?, bener?"

"Iya", jawab gadis itu datar. "Gimanapun, cewek boleh ngejer duluan, tapi untuk nembak, ego gue terlalu besar".

Sehun tertaaa pelan, mengangkat sebelah alisnya. "Yakin?"

"Yakin 200 persen".

"Hm, let see".

---*---

[LS2] : You Finally Answer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang