[32]

827 130 2
                                    

[32] Bed Talk

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan kedunya masih berbicara tentang banyak hal. Entah hal penting atau hal tidak jelas yang biasanya mereka alami.

"Jadi nih gak masuk sekolah besok?" Lisa menoleh ke arah sahabatnya itu dengan tatapan dalam. "Gue tahu ya besok biologi pelajaran kesuakaan lo".

Mendengar hal itu Jisoo malah terkekeh pelan. "Apaan dah, mager gue. Lagian belajarnya pake zenius atau ruang guru aja biar cepet. Langsung paham guenya".

"Lah? Oke deh".

"Eh Lis, lo masih inget pas gue bilang ada nomor yang selalu nelfon gue gak?" Tanyanya. Jisoo segera mengambil handphone bercasing pikaco kesukaannya kemudian menunjukkan pada Lisa. "Dia tetep nelfon njir, katanya salah sambung tapi terus-terusan"

Lisa menongok sebentar. "Yaudah sih, block aja", jawabnya cepat. Dia mengambil handphone milik Jisoo kemudoan membuka profil picture orang itu. "Eh njir, tapi ganteng. Sayang kalau di block "

"Foto pp mah gampang pake foto orang lain kali Lis". Ucap Jisoo, cewek itu kembali mengambil handphonenya dan melihat seksama foto yang baru saja dibuka Lisa. "Temennya Kak Suho, jadi kayak males gitu"

Lisa mengerjab kemudian tertawa pelan. "Suho mantan lo?, serius?"

"Iye. Makanya males gitu, gue jabanin pendek-pendek tetep aja di balesnya panjang. Gak paham sama orangnya, aneh".

"Mirip Suho dong?", tanya Lisa. "Sama sama aneh, lo kan lemah sama cowok aneh tapi mukanya berkelas?".

"Tapi yang ini gue gak tau mukannya", ucap Jisoo cepat. "Ah udah ah, lo sama Sehun udah sampai mana?, kapan jadiannya?, deket mulu tanpa jadian njir, digantung lo?".

Lisa menggeleng cepat. "Tau dah tu orang", Lisa bangkit dari tempat tidurnya, mengambil beberapa snack dan duduk di sofa pink milik Jisoo. "Katanya mau nguatin hati dulu. Soalnya masih trauma masa lalu, gak tahu nguatinnya sampai kapan", gadis itu menghembuskan nafas pelan. "Gue cuman harus percaya aja sama Sehun, mau ngebrontak juga gak bisa Jis, gak mungkin gue egois sampai maksa dia jadi cowok gue disaat traumanya masih menghantui dia. Jadi ya... jalan satu-satunya sabar".

Jisoo mengangguk pelan, sedikit prihatin pada sahabatnya. Lisa bukan seseorang yang mudah kagum pada laki-laki, katanya 'sehebat apapun tuh cowok, gue pasti bisa lebih', bahkan beberapa cowok yang dengan berani mengungkapkan perasaan malah ditolak tanpa pikir panjang oleh cewek itu.

Sehun adalah orang pertama, orang yang membuat mata Lisa terbuka lebar, membuat Lisa beberapa kali belajar kimia dengan serius walau akhirnya menyerah, membuat Lisa dengan memberanikan diri mengirim cowok itu banyak surat yang baginya adalah hal yang menggelikan.

Tapi Jisoo bersyukur, setidaknya surat-surat itu dapat membuat Lisa lebih dekat dengan Sehun walau cowok itu belum meresmikan hubungan keduanya.

"Napa diem Jis?", tanya Lisa begitu melihat sahabatnya itu terdiam cukup lama. "Jangan prihatin gitu dong, lo prihatin sama diri sendiri aja yang belom bisa move on".

Mendengar itu, bantal guling di sebelah Jisoo segera mendarat di wajah Lisa. "Jangan ngadi-ngadi ya anjir".

Lisa tertawa pelan. "Napa dah?, kan kenyataan Jis".

"Gue udah move on kali", balas cewek itu yakin. "Lo aja tuh cepet cepet resmiin hubungannya, nanti tahu-tahu Sehun malah kepincut cewek lain yang gak punya latar belakang kayak lo"

"Dih sorry ya, Sehun udah tergila-gila sama princess Lalisa haha", katanya dengan wajah sombong. "Udah ah, gak faedah banget omongan kita".

"Sejak kapan hubungan gue sama lo berfaedah, kampret?".

"Ah anda bener juga", kekeh Lisa. "Yaudah deh, tidur ajalah, walaupun besok bolos tapi setidaknya kita harus bangun pagi".

---*---

Lalisa bangun lebih pagi dibandingkan Jisoo. Setelah bangun dia segera memanggang beberapa roti untuknya, Jisoo juga kedua kakak sahabatnya itu.

Lisa memang cukup dengan kedua kakak Jisoo yang bisa dibilang cukup asik. Keduanya memiliki pembahasan yang lebih dekat dengan lingkungan Lisa dan Jisoo, jadi walaupun kedua orang tua Jisoo masih sibuk dengan urusan mereka, setidaknya Jisoo tidak kesepian karena kehadiran dua orang kakak.

"Gue coklat, Jisoo kacang, Kak Serli Anggur, kak Verdi juga coklat", ucapnya seraya mengabsen roti yang baru saja dibuatnya. "Eh, ada roti sisa mending buat Sehun aja", ucapnya.

Cewek itu sekali lagi memanggang roti untuk cowok yang beberapa bulan ini menemani hari-harinya. Setelah makanannya selesai, Kak Verdi datang lebih dahulu, mencomot roti sebelum akhirnya pergi dengan terburu-buru.

Dilanjutkan dengan Jisoo yang beberapa kali menguap, terlihat jelas dari mata dan nguapannya cewek itu masih mengantuk. "Thanks chef lili", ucap gadis itu yang akhirnya dibalas anggukan oleh Lisa.

Tak lama setelah itu kak Serli ikut bergabung dengan keduanya, memakan roti buatan Lisa dan memeriksa beberapa email yang masuk ke handphonenya. "Ah, napa tugas gue gak selese selese sih, mau nonton drakor gue", Serli menatap kesal pada layar handphone. "Pingin jadi pengangguran yang punya duit lima trliunan huaa".

Jisoo menatap kakaknya pelan, kemudian melihat ke arah jam dinding sebelum akhirnya kembali menatap kakaknya. "Lo pergi aja sana,telat nanti", ucapnya. "Gue sama Lisa mau males sehari, pengen ngerasaiin punya keterangan alfa di rapot".

Serli menatap adiknya datar, kemudian segera bangkit dari tempat duduknya. "Terserah lo njir, gue aduiin papa mama kalau bolos lebih dari hari ini".

"Hm. Yaudah gue pergi dulu", ucap kak Serli sebelum akhirnya meninggalkan keduanya di ruang makan.

"Lo gak makan Lis?", tanya Jisoo seraya menoleh melihat Lisa yang masih fokus dengan sepasang roti di panggangan. "Lo buatin siapa lagi?. Jangan buatin gue lagi, gue kekenyangan, begah gue".

Lisa mengangguk. "Hm, gue bukan buatin lo. Gue buatin Sehun,", ucapnya cepat seraya meletakkan roti bakar itu di meja. "Pinjem hape lo bentar Jis", ucap Lisa yang langsung direspon cepat oleh Jisoo.

Begitu menerima Handphone Lisa segera menelfon Sehun untuk memintanya mampir lebih dahulu ke rumah Jisoo. Setelah mendapat persetujuan cowok itu, Lisa akhirnya duduk dan makan sarapannya.

Beberapa menit berlalu sampai akhirnya terdengar bunyi klakson. Tanpa menunggu lama, Lisa segera membawa kotak makan berwarna biru langit milik Jisoo ke luar. Menemui cowok yang sudah lama mengisi hatinya.

"Kok lo belum siap-siap?" Tanya cowok itu begitu melihat Lisa yang masih menggunakan piama. "Jangan bilang lo mau bolos hari ini?"

Lisa terkekeh geli kemudian mengangguk. Memajukan wajahnya lebih dekat ke arah cowok itu. "Lihat?, mata gue sembab banget, gue males ditanyaiin kalau ke sekolah malah begini".

"Pede banget mau ditanyaiin", Sehun menghembuskan nafas pelan, setelah mendorong wajah gadis itu sedikit lebih jauh. "Lo nangis buat Deka lama banget, begadang buat nangis lo?"

Gadis itu menggeleng. "Gak ih, gak cuman Deka", jawabnya. "Tadi malem bahas semua yang sedih-sedih sama Jisoo jadinya nangis mulu gue", tambah gadis itu.

Sehun menghembuskan nafas pelan kemudian mengangguk. "Yaudahlah, lo jangan ngerepotin orang mulu ya. Gue duluan, nanti pulang sekolah gue anter ke rumah".

Lisa mengangguk. "Iya, hati-hati".

---*---

"We accept the love we think we deserve"



-Stephen Chbosky-

[LS2] : You Finally Answer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang