[9]

986 172 10
                                    

[9] Ayam Kfc (2)

Sehun menurunkan Lalisa di depan kursi, membuat gadis itu duduk dan mematung.

Lalisa menghembuskan nafas perlahan, tak menyangka perlakuan cowok itu yang sangat tiba-tiba. Dia benar-benar tak menyangka Sehun akan melakukan hal senekat itu sampai mereka dipandangi banyak pengunjung restoran.

Dan lagi cowok itu segera mengajak Rose untuk memesan beberapa makanan untuk mereka dan meninggalkannya bersama Kai, si biang masalah. Dia benar-benar tak tahu apakah dia akan tetap marah pada cowon di depannya ini atau justru berterima kasih.

Kai tersenyum di depannya dan beberapa kali tertawa kecil. "Gila si Sehun, gak nyangka nekat banget". Ucapnya yang langsung membuat Lalisa melotot masih tak percaya. "Lo sengaja ya ngambem begitu biar digendong Sehun"

Lalisa menggelng cepat, dia saja masih belum bisa mengontrol jantungnya. Mana mungkin dia sudah merencanakan sebelumnya.

"Lo jangan ngadi-ngadi ya,gue masih marah sama lo".

Kai menghembuskan nafas pelan. "Ya ampun Bu ketuaku yang terhormat, sebelum putus gue pikir pikir dulu lah, gue juga latihan sama beratnya kayak lo buat lomba ini, sama kayak Seulgi dan anggota lain. Lo jangan terlalu nganggep kita kayak bocah ya-"

"Ya tapi, lo gak liat muka Seulgi-"

"Gue liat Lis", jawabnya cepat. "Gue juga di sana kali. Gue tau lo berusaha keras buat tetep posisi eskul dance kayak yang dilakuiin kak Deka. Tapi lo gak perlu banyak pikiran gini sampai gak percaya sama Seulgi dan gue. Oke, emang sakit hati gak sembuh secepat lo jatuh cinta. Tapi gue dan Seulgi bakalan berusaha keras buat gak mikirin itu semua pas tanding, dan itu juga yang buat Seulgi semaleman di tempat les tari cuman buat nyempurnaiin tariannya yang salah pas di eskul"

Lalisa diam dan mempersilahkan Kai melanjutkan.

"Lo cuman perlu percaya sama anggota lo. Itu yang buat lo jadi ketua yang baik".

Lisa menghembuskan nafas perlahan, kini menerima penjelasan panjang cowok yang paling suka bercanda di eskul. Sebenarnya ia cukup tersentuh sekaligus tak percaya atas apa yang didengarnya tadi.

"Oke, gue bakalan percaya sama lo dan Seulgi. Dan gue berharap lo gak ngecewaiin gue sama yang lain"

"Gue yakin Kai bakalan bisa dipercaya", Sehun tiba tiba datang dan meletangkan satu buket ayam dan beberapa soda sedangkan Roseanne membawa beberapa es krim juga puding. "Makan, lo kebanyakan pikiran".

Lisa menghembuskan nafas pelan. "Gue gak boleh makan gorengan".

"Makan. Lo tu kurus", ucap cowok itu sambil menyerahkan sepotong ayam di depan wajah gadis itu. "Sepotong aja, lo gak bakalan segendut sumo".

Rose juga meletakkan es krim di depan Lalisa. "Es krim bagus buat hilangin badmood, kata Sehun sih gitu tadi".

Lalisa tersenyum kemudian mengambil ayam di tangan Sehun, mulai melahap ayam yang langsung diberikan oleh Sehun Anandara. Seseorang yang sejak lama telah ia perjuangkan.

"Thanks Sehun, Rose".

"Lah gue?"

Lalisa menggeleng pelan seakan tak menganggap suara Kai tadi.

"Heh Lalisa, kalau gak ada gue. Lo gak bakalan di gendong Sehun ya tadi, harusnya lo paling berterima kasih ke gue-"

Sehun memasukan satu paha ayam di dalam mulut Kai, memaksa cowok itu untuk berhenti bicara. Pipinya memerah malu. Lalisa terkekeh, cowok itu bisa blushing juga.

Padahal pipi gadis itu tak kalah merahnya.

Mereka berbicara cukup banyak, membuat Lalisa benar benar merasa diterima di lingkaran persahabatan mereka. Lalisa merasakannya, persahabatan yang tulus.

Sebenarnya, dia juga cukup dekat debgan Roseanne. Pertemuan mereka saat Rose terlihat ragu untuk masuk ke ruang dance membuka pintu pertemanan mereka. Tapi tentu saja, dia belum merasakan hal seperti ini pada persahabatan keduanya.

Jam menunjukkan pukul 6 sore, ponsel Lisa dan Kai telah berbunyi beberapa kali sejak sepuluh menit yang lalu.

"Bu ketua, kayaknya kita harus ke tempatnya Kak Deka deh",ucap Kai menghentikkan pembicaraan.

Gadis itu menghembuskan nafas pelan, benar, dia hanya izin sampai pukul 5.30 dan dia sudah telat hampir tiga puluh menit. Ini benar-benar jarang terjadi pada seorang Lalisa, tapi persahabatan mereka terasa seperti pelukan hangat yang sukar dilepaskan.

"Lis..."

Lalisa mengangguk dan segera bangkit, merapikan barang-barangnya. "Sorry ya Sehun, Rose, gue sama Kai harus balik duluan. Gue gak nyangka kita selama ini".

Sehun mengangguk. "Hm, nanti gue sama Chaeng pulang naik taksi".

Lisa dan Kai mengangguk kemudian segera pergi menuju perkiran. Meninggalkan Rose yang masih memesan satu buket ayam untuk dibawa pulang, dan Sehun yang masih setia memainkan handphonenya.

Dia tak tahu itu gadis bernama Rachel atau bukan. Tapi siapapun itu, ia harus melupakannya sebentar.

Kai dan Lalisa sampai di depan mobil dan segera menuju tempat les menari milik Deka. Mantan ketua mereka itu memang memiliki sebuah gedung yang salah satu ruangannya di ubah menjadi ruangan dance dan membuka les di sana.

Benar, Deka itu diam-diam adalah orang kaya.

Hal yang cukup mengejutkan dengan wajah yang hanya bercanda dia bisa memiliki apapun yang dia inginkan.

Sampai di sana keduanya segera berjalan menuju ruangan , dan tentu saja sudah banyak orang yang mulai melakukan pemanasan atau menari ringan.

Dan Deka duduk diam, memandangi keduanya dengan tatapan minta penjelasan.

Baiklah ini aneh, tadi Lalisa yang meminta izin pada Deka kalau Kai ada pertemuan keluarga sedangkan Lisa secara jujur mengatakan kalau dia ada pertemuan dengan pujuaan hati. Lalu sekarang keduanya datang bersama.

Pandangan mereka gila.

"Jadi keluarga lo Lalisa ya?", tanya Deka sambil berjalan mendekati mereka. Seulgi belum ada di sana dan membuat Lisa cukup tenang. "Seberapa jauh hubungan kalian sampai ada pertemuan keluarga segala?".

Lalisa menghembuskan nafas perlahan. "Bukan Kai",jawabnya. "Gue juga gak mau sama Kai".

"Terus kenapa dateng bareng?, satu mobil lagi".

Lisa memutar bola matanya bosan, memberikan penjelasan karena terlambat adalah hal yang paling menyebalkan. "Napa dah?, gue nebeng sama Kai kak Dekaaaa".

"Yakin lo?".

Kai mengangguk. "Iya, Lisa deket sama keluarga gue. Hampir pacaran, karena satu eskul ya mending pergi bareng, udah hemat ongkos sekaligus mengurangi kemancetan".

Deka menoleh pada gadis itu dengan cepat. "Siapa?"

"Cowok"

"Iya, siapa?"

Lalisa menghembuskan nafas kesal. "Bukan urusan lo deh Deka, udah... mendingan latihan aja. Kita cuman buang-buang waktu dengan bicara begini, kasian yang lain".

Lalisa berjalan mendekat namun tangannya di tahan cowok itu. "Siapa?"

"Kepo njir"

"Anak oliempiade itu?"

Lisa mengangguk saja, padahal hubungan mereka juga masih abu-abu, tapi selama Sehun tak ada, tak ada yang memprotesnyakan.

"Iya, biar keturunan gue otaknya encer", ucapnya pelan sambil melepaskan tangan Deka dari lengannya dan segera berjalan menuju yang lain.

Namun kakinya terhenti begitu saja begitu Deka membisikan sesuatu yang membuat Lisa membeku.

"Lo bisa gak usah deket sama dia gak sih?..






























..gue cemburu"

---*---

[LS2] : You Finally Answer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang