[20]

901 153 8
                                    

[20] Protes

Lisa sampai di kelas dengan wajah ceria. Tadi Bu Naria bilang akan mentraktir seluruh anggota dance makan enak besok, belum lagi Deka yang akan mentraktirnya lusa. Rezekinya memang gak kemana.

Gadis di samping cewek itu menatapnya bingung. Entah datang dari mana, udah senyum-senyum sendiri. Belum lagi beberapa baju yang dia bawa. Ini sahabatnya kenapa lagi sih?.

"Gue seneng banget deh Soo", ucapnya dalam. "Gue makan enak terus 3 hari berturut-terut, gratis lagi. Ditraktir"

Jisoo menganga. "Kok bisa?", tanyanya iri. "Ihh gue mau juga di traktir, lo gak mau traktir gue gitu?, kan udah menang".

"Kan udah dibeliin sendal".

"Kan itu oleh-oleh Lis"

"Idih, sama aja ya", ucapnya kesal. "Lagian nih, gue tuh memerlukan usaha yang cukup besar untuk mendapatkan ini semua Jisoo. Gak asal dapet, lo usaha dulu deh biar hasilnya juga manis".

Jisoo memutar bola matanya kesal, namun segera memperbaiki posisi duduknya ketika guru Kimia yang dikenal galak itu masuk ke dalam kelas 11 Mipa 4.

Suasana yang awalnya ribut total menjadi sunyi seketika. Mata guru yang tajam itu menatap beberapa murid, membuat suasa semakin tegang.

Beliau duduk di meja guru, meletakkan beberapa buku Kimia yang setebal dua ibu jari itu. Dia membenarkan kacamatanya, dan kembali memandang ke seluruh kelas.

Lisa menghembuskan nafas kesal, dia benar-benar tak suka keadaan kelas yang mencekam seperti ini. Bagaimana bisa dia memperhatikan pelajaran kalau tatapan gurunya seakan membekukan mereka. Bagaimana pelajarannya bisa nempel terus di otak Lisa coba.

"Ehem", guru itu mendehem pelan, kembali membenarkan posisi kacamatanya. "Saya merasa kalian semua sudah pernah mendengar kabar kalau Sehun Anandara kelas 11 Mipa 1 berhasil meraih juara 1 oliempiade kimia tingkat nasional", ucapnya yang langsung membuat Lisa menegak.

Benar, separah apapun orang itu, kalau dia membahas apapun yang kita suka. Semuanya terasa baik-baik saja.

Guru itu kembali memandang beberapa murid, dan tatapannya sempat berhenti pada gadis berponi itu sebelum tatapannya kembali menjalar ke seluruh kelas.

"Siswa pertama dari sekolah kita yang berhasil merebut gelar itu. Secara pribadi, saya bangga padanya", ucap guru itu pelan, dan kembali menatap Lisa. "Dan saya harap, kalian semua juga bisa melakukan hal yang sama".

Lisa menghembuskan nafas pelan. Melihat guru itu menatapnya membuatnya sedikit kesulitan bernafas, jantungnya juga berdegub cukup cepat. Masa sih, guru ini tahu kalau dia dan Sehun berangkat bersama tadi pagi dan berharap kalau Lisa juga bisa mendapatkan nilai tinggi?

"Sekarang, taruh semua buku kalian ke dalam tas", perintah guru berusia lanjut itu pelan. "Kita ulangan sekarang".

Punggu Lisa menegak, matanya melotot. Beberapa siswa juga melakukan hal yang sama, ingin protes tapi pasti guru ini tak akan merespom apapun.

Guru itu berjalan pelan, mulai membagikan lembaran soal pada 25 murid di kelas Lalisa. Beberapa dari mereka mengumpat pelan, cukup kesal dengan kelakuan seenaknya dari guru ini.

Setelah semua soal dibagikan, ulangan dimulai dan dapat dilihat secara secara jelas mereka terlihat kebingungan. Mata mereka saling melirik berusaha mengirimkan sinyal, tapi tetap saja berhasil ditangkap guru itu.

Lisa menghembuskan nafas sekali lagi. Kalau begini, mau ngelakuiin apapun pasti bakalan percuma, yang ada dia malah bikin malu diri sendiri kalau nanti ketahuan nyontek.

Ah, kalau begini memang tak ada pilihan lain.

Gadis itu mulai menjawab soal yang sama sekali tidak dia mengerti, dia izin sekolah selama 5 hari lebih dan saat tiba dia malah dijejalkan soal sebenayak jni. Dan parahnya dia belum belajar apapun.


Kenapa disaat dia baru saja dapet kabar bahagia, dia malah dapet hal begini sih?.

---*---

Lisa mendecak kesal, sejak tadi pandangan guru itu selalu menatapnya. Tak mengalihkan pandangan ke arah manapun, ingin sekali mengomel di depan guru itu tentang apa yang dia lakukan. Lagi pula, Si Sehun Anandara bisa memenangkan kompetisi itu karena otaknya jenius, belum lagi pergaulannya juga sehat, kelas enstein gitu kok.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa saat yang lalu, tadi sesudah mengumpulkan ulangan asal-asalan itu dia mengirimkan Sehun pesan, meminta cowok itu untuk mengatarkannya pulang ke rumah.

Dan cowok itu menerimanya. Dan tidak asal menerima, dia bilang

Walaupun gak disuruh kita memang pulang bareng.

Gimana Lisa gak lemah kalau begitu. Cowok cool itu bukan hanya hangat tapi juga pintar menerbangkan hati gadis itu.

Lisa tersenyum cerah begitu melihat sehun melambai pelan ke arah cewek itu, dia segera menghampiri Sehun dan merogoh sesuatu di tasnya.

Itu kacamata yang dia beli bersama Seulgi kemarin, gadis itu langsung memaikannya ke Sehun hingga membuat cowok itu termundur pelan. Cukup terkejut dengan perlakuan gadis di depannya.

"Buat lo, oleh-oleh kemarin", kata cewek itu seraya tersenyum. Memperhatikan senyum canggung cowok.

Sehun mengangguk, melepaskan kaca mata itu kemudian tersenyum tulus. "Thank you sudah inget hadiah buat gue", Sehun menghelus poni Lisa lembut. "Tadinya gue kira lo cuman mau kasih Deka".

Lisa mengerenyit, saat dia bersama Deka cowok ini ada di depannya. "Lo di sana?", Sehun diam saja tak membalas. "Hem... tapi ya, oleh oleh dari gue buat lo beda sama punya Kak Deka".

"Apa bedanya?"

Lisa tersenyum, kini berganti membelai halus rambut cowok itu. "Lebih spesial yang gue kasih ke lo. Perjuangannya lebih hehe".

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Lisa, Sehun malah diam. Menikmati wajah yang kini jaraknya tak jauh dari wajahnya. Wajah imut yang sejak kelas sepuluh sudah diperbincangkan orang-orang. Wajah cantik yang berhasil mengunci pandangannya.

"Ayo pulang", ajak Lisa yang langsung membuat cowok itu tersadar.

Sehun mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil, menjalankan mobilnya dan selama perjalanan berusaha mencuri pandang pada gadis itu. Entah kenapa, Sehun betah memandanginya lebih lama.

"Sehun", panggil Lisa pelan. "Besok gue mau makan bareng sama anggoga dancer", Sehun diam saja tidak merespon. "Dan lusanya gue ditraktir kak Deka buat makan bareng".

Cowok itu terdiam, hampir saja memberhentikan mobil ini secara tiba-tiba. Dia meminggirkan mobilnya dan menoleh ke arah cewek itu, menatapnya lembut.

"Kenapa sama Deka?"

Lisa terdiam, cukup bingung dengan tingkah cowok ini tiba-tiba.

"Sama siapa perginya?"

"Sama Kak Deka"

"Berdua?"

Lisa mengangguk. "Dia janji mau traktir gue kalau gue menang lomba. Dan gue menang, jadi ya..."

Sehun menghembuskan nafas pelan, menatap jalan raya yang dilalui beberapa kendaraan. Cowok itu kembali mengalihkan pandangannya pada Lisa, menatap gadis itu cukup intens.

"Jangan pergi berdua. Gue gak suka".

---*---

[LS2] : You Finally Answer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang