[28]

806 138 3
                                    

[28] What Do You Mean?

Lisa diam saja begitu Deka mengatakan perkataan yang aneh itu.

Apa yang kurang dari gue sampai lo malah suka ke dia?

Sebenarnya Lisa bisa dengan mudah mematahkan perkataan cowok itu. Hanya saja begitu melihat wajah seriusnya, cewek itu jadi ciut.

Ini bukan kali pertama cowok itu menatap matanya cukup dalam. Beberapa waktu lalu sebelum pergi ke Singapura, cowok itu juga mengatakan perkataan semacam ini.

Dan Lisa benar-benar tidak akan bisa menerima kenyataan kalau nantinya cowok itu akan menyatakan perasaannya. Kehilangan teman lebih menyakitkan dari pada harus jomblo beberapa tahun.

Setidaknya kalau ada teman, dia bisa saling mengisi satu sama lain.

Begitu melihat eskresi terkejut Lisa, Deka malah tertawa pelan. "Muka lo kok kayak gitu?, serius banget nanggapinnya. Dasar"

"Ha?, ha?, udah gue tebak.. lo tuh-"

"Hahaha, serius sih gue. Tapi lonya yang gak mau diseriusin", ucapnya tenang. Mulai bangkit dari tempat duduknya. "Ayo pulang aja, kalau masih ngadep lo guenya canggung mulu nanti".

Lisa diam, membeku di tempat. Cowok ini bisa-bisanya bersikap seperti biasanya. Masih tertawa tawa bodoh seakan tak ada yang salah dari apa yang dia katakan.

"Nape lo?, mau dijemput Sehun?", tanya cowok itu santai. "Iyasih, canggung kalau pulang sama gue yang baru aja lo tolak".

Tolak?, dia bahkan tak menyatakan perasaan. Hanya kode keras yang malah membuat Lisa tak mau mengangkat kepalanya saking bingungnya.

Gadis itu tak pernah memiliki perasaan lebih pada sosok yang ada di depannya ini. Okay, saat pertama kali bertemu dia akui dia cukup terpesona dengan karisma cowok itu, lalu mereka malah tiba-tiba dekat. Menjadikan Deka menjadi salah satu teman cowok Lalisa.
Teman dekat, seakan ada hubungan keluarga di antara mereka.

Yang tentu saja hanya dirasakan Lisa.

Saat pertama kali bertemu dengan Lisa, Melihat kepandaian cewek itu mengendalikan wajah serta karismanya di ruang latihan, senyum manisnya, juga beberapa kali tingkah lucunya membuat cowok itu tiba-tiba jatuh terlalu dalam.

Yang ternyata hanya dianggap becanda.

"Gue udah chat Kai suruh Sehun jemput lo", ucapnya tiba-tiba. "Sorry deh karena gak bisa nganter, gue kayaknya mau ngegalau dulu. Mau gue tungguiin Sehunnya-?"

"Kak...", suara parau gadis itu mulai terdengar. Begitu menongak matanya yang berair juga mulai terlihat. "Gue... gue, kenapa?, kenapa lo malah suka sama gue?, gue... gue.. gak mau kehilangan lo"

Deka tersenyum. "Kalau kita bisa milih sama siapa kita akan jatuh cinta, gue bakalan milih buat gak jatuh cinta sama lo. Gue tau banget lo gak pernah nganggep gue lebih dari sekedar kakak", ucap cowok itu sambil tersenyum, seakan tidak ada kesedihan di dalam hatinya. " Tapi sebagai cowok, ya... gue juga gak tahan kalau begini terus Lis. Gue mau lulus beberapa bulan lagi, gak mungkin gue cuman biarin perasaan gue ngambang aja. Gimanapun, mau jatuhnya ke lo atau gak, ya gue harus ngungkapin".

Lisa diam lagi, hanya terdengar isak tangis dari gadis itu. Deka yang melihatnya hanya menghembuskan nafas pelan, membelai halus rambut gadis yang sudah sejak lama mencuri perhatiannya.

"Jangan nangis.."

"Gue... gue gak mau kalau kita tiba tiba canggung. Lo temen baik gue, lo udah kayak kakak gue sendiri. Gue gak tau lagi apa yang harus gue lakuiin kalau lo malah ngejauh", ucap gadis itu diiringi isakan tangisnya. "Gimanapun, gue gak mau Deka... gue sayang banget sama lo".

"Lis, gue juga sayang sama lo. Tapi pada kenyataannya rasa sayang gue ke lo itu beda sama rasa sayang lo ke gue", ucapnya seraya tersenyum. "Udah ya, Kai bilang lima menit lagi sampai. Gue harus ngelatih dance dulu, lo... gue tinggal, bisa?"

Lisa menggeleng. "Lo jahat"

"Dih, kok gue?, lo yang nolak gue ya kampret", ucapnya tak santai. " Gini-gini gue juga sibuk Lis, gue juga bakalan banyak absen di eskul, jadi kita bakalan gak ketemu. Gak ada tuh yang namanya canggung-canggungan. Kita tetap santuy jadinya"

Lisa menghembuskan nafas pelan. "Lo kenapa gak simpen lebih lama aja sih?".

"Susah Lis... lo jadi gue juga pasti susah. Mending gue udah setahun lebih. Pas lo ketemu Sehun, lo sendiri gak bisa nahankan?, tiap hari ngirim surat ke loker nomor 34 itu. Tiap pagi jam 10, lo selalu izin sampai dimarahin guru piket. Lihat, kita sama".

Lisa membuka mulut hampir menyahut namun disanggah lagi oleh cowok itu. "Gue tau dari Jisoo", jawabnya cepat. "Jangan marahin dia, gue yang maksa biar dia ngomon".

"Terserah", ucap cewek itu pada akhirnya. "Lo bahkan belum nyataiin apapun, lo cuman kode", Lisa menghapus air matanya. "Dan ya, bahkan sebelum ngataiin itu semua, lo tau jawabannya. Gue emang suka orang lain. Sejak awal gue udah cerita sama lo".

"Hm"

"Tapi.... seberapa sakitpun hati lo, tolong jangan tinggalin gue Deka", Lisa menatap mata cowok itu dalam. "Gue... gue gak mah kehilangan seseorang lagi di hidup gue, tolong... stay"

Cowok itu mengelus rambut Lisa pelan. "Walaupun gue stay, gak bisa... semuanya gak bakalan sama", katanya. "Sudah ya, Kai kayaknya ada di depan, gue juga harus ceoat balik".

Lisa menggeleng. "Enggak, secanggung apapun itu... tolong jangab tinggalin gue... gue.. gue bakalan berusaha buat semuanya sama. Tolong, jangan tinggalin gue".

Deka tersenyum. "Gue... gue juga gak mau pergi Lis. Tapi biar lo gak nangis lagi, gue janji bakalan usahaiin buat selalu ada di samping lo", cowok itu tersenyum, dan mengelus rambut Lisa, yang kemungkinan terbesar untuk yang terakhir. "Udah ya, janji gue udah lunas. Lo udah makan enak, barusan dapat Line dari Kai katanya mereka ada di depan. Pulang ya".

Lisa menghempuskan nafas pelan, gadis itu masih mengucek matanya, mencoba menghilangkan jejak tangis beberapa menit lalu.

"Pake tisu aja", ucao cowok itu cepat."Jangan pake tangan, bahaya... banyak virusnya", Deka tersenyum. "Bye Lis, see you leter, byee", kata cowok itu sebelum benar-benar meninggalkan Lisa sendirian di meja dekat jendela tadi.

Gadis itu mengambil handphonenya, mulai berkaca dan memepebaiki riasannya yang cukup hancur karena tangisannya barusan. Namun, sekeras apapun gadis itu mencoba, tentu saja bekas tak hilang semudah itu.

Gadis itu menghembuskan nafas pelan, mengecek notifikasi handphonenya. Kai mengirimkannya pesan kalau dia ada di depan restodan. Ha, Deka memang selalu begini. Cowok itu begitu jujur, sebenarnya tak mengungkapkan apapun dan terlihat biasa saja adalah rekor untuk cowok itu.

Bayangkan betapa sedihnya kalau harus berpisah dengan seorang sepertinya. Dia pasti akan mereasa sangat kehilangan.

---*---

[LS2] : You Finally Answer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang